Pada tanggal 16-18 Oktober 2018 Yayasan Plan International Indonesia mengadakan Workshop Kewirausahaan Sosial di Nusa Tenggara Timur untuk asistensi teknis rencana usaha dan akses permodalan. Melalui workshop ini, YPII bertujuan untuk mendampingi usaha-usaha sosial dalam konsep bisnis inkubasi guna memperkaya pengetahuan dan memiliki dampak ekonomi kepada masyarakat. YPII akan memainkan peran sebagai fasilitator untuk mendorong pembuatan bisnis sosial dan pinjaman usaha berskala mikro. YPII berharap untuk mengubah pola pikir bisnis kaum muda agar lebih berfokus pada keberlanjutan, dan siap mengambil lebih banyak opsi pembiayaan komersial.
Acara ini merupakan tindak lanjut dari workshop pertama dan telah menghasilkan 10 ide bisnis sosial. Beberapa ide bisnisnya adalah sebagai berikut :
- Penggemukan ternak sapi oleh organisasi masyarakat lokal Yafa, Yabiku, dan Futuru de Timor untuk memberikan lapangan pekerjaan bagi kaum muda serta meningkatkan harga ternak.
- Usaha tenun ikat oleh Yayasan Sanggar Suara Perempuan di Soe untuk mengembangkan budaya dan mempertahankan motif lokal.
- Pengembangan tanaman farmaka seperti temulawak oleh Bengkel APPeK dimana kelompok budidaya dapat memanfaatkan lahan pekarangan mereka dan tidak perlu keluar daerah untuk bekerja.
- Penggemukan dan pembuatan sosis babi oleh PPSE di Atambua untuk meningkatkan pendapatan kaum muda perempuan dan laki-laki serta lembaga.
- Bisnis sabun organik berbasis buah lokal yang melimpah seperti alpukat dan timun oleh Oisca.
- Usaha hortikultura dengan konsep demplot dan inti-plasma oleh Organisasi Masyarakat Sipil Gerbang Mas, selain untuk pendapatan juga untuk peningkatan pengetahuan budidaya dan supply-chain yang berkelanjutan.
- Pengembangan sistem kredit biogas dengan bayaran pupuk bio-slurry dari reaktor biogas dari Koperasi Jasa Kamanggi di Sumba Timur yang menghasilkan gas, lingkungan bersih dari kotoran ternak serta pupuk organik.
- Organisasi Masyarakat Sipil Wadah Air Timor yang mengembangkan usaha air minus bagi badan usaha desa sebagai solusi permanen atas masalah air.
Workshop kedua ini juga mengundang beberapa lembaga keuangan seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank NTT, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa, serta Permodalan Nasional Madani untuk membagikan pengetahuan mengenai peraturan, produk keuangan dan pinjaman mikro yang dapat diakses untuk wirausaha. Juga hadir dalam kegiatan ini perwakilan jaringan investor ANGIN dan start-up fintech Crowde.
ANGIN (Angel Investment Network Indonesia) membagikan materi mengenai investasi yang memiliki dampak sosial, konsep investasi malaikat dimana pendanaan kebanyakan berasal dari individu yang bersedia mendanai pengembangan bisnis di tahap awal, keadaan ekosistem investasi di Indonesia, serta langkah-langkah untuk mengakses jenis pendanaan ini. Sementara Crowde yang merupakan platfrom investasi untuk pemodalan petani membagikan pengetahuan mengenai situasi dan ekosistem usaha pertanian di Indonesia serta cara kerja Crowde dalam mendukung usaha pertanian untuk pemberdayaan para petani.
Pada akhir kegiatan, masing-masing usaha diminta untuk menganalisa resiko, bisnis, serta dampak sosial yang akan dihasilkan dari bisnisnya. Menindaklanjuti hasil workshop kedua ini, Yayasan Plan International Indonesia akan memberikan pendampingan implementasi bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan berdampak sosial untuk masyarakat luas.