Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) terus mendukung pencegahan dan penurunan angka stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT), termasuk dengan melibatkan berbagai pihak terutama kelompok masyarakat.
Beberapa wilayah tersebut adalahKabupaten Lembata, Ngekeo, Belu, Malaka, Manggarai dan wilayah lainnya di Provinsi lain. Di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) misalnya, remaja melalui posyandu remaja dan mereka sendiri menjadi kadernya, ayah dengan kelas ayah, pemerintah desa melalui pembuatan peraturan desa terkait keharusan ayah baduta untuk mengantar anaknya setiap bulan ganjil ke posyandu, kehadiran tenaga kesehatan desa yang terus memantau aktivitas berkaitan dengan pencegahan stunting.
Berbagai aktivitas Ini menjadi hal positif dengan harapan generasi mendatang terhindar dari stunting. Tokoh agama misalnya, setiap hari minggu usai kebhaktian, dilibatkan untuk menyampaikan pengumuman terkait posyandu di mimbar gereja, kelas ayah terus dikumadangkan.
Baru-baru ini, dengan melibatkan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dan Dinas Kesehatan, Pemerintah Desa, Tenaga Kesehatan Desa (TKD), Kader Posyandu Remaja dan Kader Bina Keluarga Balita Emansipasi Masalah Stunting (BKB EMAS) .Plan Indonesia menyelenggarakan berbagai lomba di tujuh desa dampingan, mulai dari lomba balita sehat, orang tua hebat, kader posyandu dan kader kesehatan remaja kreatif, dan ayah siaga yang secara keseluruhan mencapai 250 peserta. Lomba-lomba ini menjadi alat pengukuran sejauhmana pemahaman orang tua, tenaga kesehatan dan juga remaja serta pemerintah desa dalam memahami pencegahan dan penurunan angka stunting di desa.
Ada hal menarik dalam lomba-lomba ini, di sesi lomba untuk orang tua hebat misalnya, ada permainan ular tangga BKB EMAS. Ular tangga ini dikemas dengan berbagai informasi terkait tumbuh kembang, pola asuh, keterlibatan ayah dalam penagsuhan anak, dan lain-lain.
Dalam permainan ular tangga BKB EMAS sendiri, terdapat enam sesi mulai dari sesi satu tentang penerapan delapan fungsi keluarga pada masa 1000 HPK (hari pertama.kehidupan), sesi dua tentang kesehatan fisik dan Mental ibu hamil dan menyusui, dan sesi tiga tentang pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi ibu hamil dan Baduta. Selanjutnya,sesi empat mendorong stimulasi perkembangan anak pada masa 1000 HPK, sesi lima menekankan peningkatan peran ayah dan anggota keluarga lainnya, akhirnya sesi enam mengangkat pengasuhan yang tanggap (cepat dan tepat) terhadap kebutuhan anak.
Dalam kesempatan lomba kali ini, panitia menampilkan ular tangga dengan sesi satu, yaitu berkaitan dengan peran ayah dalam penerapan delapan fungsi keluarga. Saat lomba, terlihat jelas peserta sangat menikmati berlangsungnya lomba, ada senyum dan tawa. Namun, dari semua itu sajian yang terpenting adalah berbagai informasi untuk pengasuhan yang lebih baik.
Salah satu bapak peserta lomba berkisah, ia sangat menikmati berlangsungnya lomba, “Luar biasa, kami bersyukur pertama kali saya mengikuti lomba seperti ini, di samping kita bermain, lucu-lucu tapi banyak ilmu yang kita dapatkan. Terima kasih banyak untuk pendampingan selama ini, saya sebagai kader BKB EMAS dan juga peserta lomba sangat terbantu dengan pendampingan yang sudah dilakukan,” kata Arki Sae yang juga merupakan peserta lomba orang tua hebat.
Arki Sae juga menambahkan bahwa pihaknya berharap, ke depan kegiatan seperti ini bisa terus dilakukan. Sehingga, kader BKB EMAS bisa termotivasi agar lebih baik lagi ke depannya, lalu sebagai peserta bisa tahu lebih banyak terkait pencegahan stunting melalui beberapa kegiatan yang dilakukan, seperti kelas ayah, posyandu remaja, dan lain-lain.
“Keadaan stunting di desa kami sendiri mengalami penurunan yang signifikan dalam dua tahun terakhir. Jikasebelumnya terdapat 14 anak yang teridentifikasi mengalami stunting, saat ini tersisa enam anak” jelas Arki.
“SELAMAT ANDA TELAH MENJADI ORANG TUA HEBAT.” Demikian kutipan yang terdapat dalam permainan ular tangga ketika sang pemainnya mencapai garis finish.