Temu bulanan Plan Indonesia Youth Network (PlaNet) kembali hadir untuk ke-4 kalinya pada Jumat (22/12). Pentingnya Kesadaran Komunitas dalam Mencegah Kekerasan Seksual menjadi tema diskusi, sekaligus dalam rangkaian 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (16HAKTP).Â
Direktur Influencing Plan Indonesia, Nazla Mariza, menyampaikan bahwa diskusi ini mengajak kaum muda untuk melawan segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual.Â
“Anak perempuan mengalami tantangan yang mungkin lebih berat karena dipandang lebih rentan terhadap segala bentuk kekerasan seksual. Di sini kita coba untuk mengkampanyekan itu, berjuang bersama sebagai komunitas, melindungi diri dari segala bentuk kekerasan, dan menjadi bystander aktif,” jelas Nazla dalam sambutannya.Â

Alasan Peran Komunitas Penting dalam Mencegah Kekerasan SeksualÂ
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Republik Indonesia mencatat, sepanjang 2023 terdapat 23.638 kasus kekerasan seksual, dengan persentase korban perempuan 80.7 persen dan korban laki-laki 19.3 persen. Â
Sementara, riset dari Indonesia Judicial Research Society (IJRS) melaporkan, mayoritas pelaku kekerasan seksual merupakan orang terdekat korban. Ironisnya, orang yang dianggap korban sebagai pelindung, pembimbing, atau panutan justru berpeluang besar untuk melakukan kekerasan seksual terhadapnya.Â
“Riset membuktikan bahwa pelaku ekerasan seksual (memiliki hubungan yang) sangat dekat dengan korban. Jadi kenapa peran komunitas penting? Karena kasusnya sering terjadi dalam komunitas itu sendiri,” tegas Salisa Azzahro selaku Peneliti IJRS dan salah satu narasumber di temu bulanan PlaNet #4.Â
Selain itu menurut Salisa, peraturan dan hukum yang ada belum cukup untuk melawan kekerasan seksual. Maka itu, peran komunitas sangat penting untuk meningkatkan edukasi. Tujuannya agar dapat turut menangani dan mengawasi kasus kekerasan seksual dengan perspektif gender dan berperspektif korban.Â
Aksi Nyata Kaum Muda Lawan Kekerasan SeksualÂ
Seperti yang telah dilakukan oleh Neisya, mahasiswa yang tergabung dalam HopeHelps Universitas Indonesia (UI) sekaligus alumni Girls Takeover Plan Indonesia 2023. Â
Bersama teman-temannya di HopeHelps, Neisya menyediakan layanan tanggap kekerasan seksual bagi civitas academica UI. HopeHelps menerima laporan, memeriksa, memberikan psychological first aid, hingga menjadwalkan pertemuan dengan korban dan/atau pelapor untuk memetakan kebutuhan dan keinginan korban, hingga pendampingan hukum.Â
“Namun sebagai kaum muda, langkah preventif yang bisa kita lakukan di antaranya memperkaya diri terkait isu kekerasan seksual, memahami batasan dan consent, tidak menormalisasi bercandaan seksis dan rape jokes, hingga menjadi bystander,” sebut Neisya, dalam kesempatan sama.Â
Aditya Septiansyah selaku Campaign Lead Plan Indonesia menambahkan, Plan Indonesia turut mengkampanyekan peningkatan kesadaran serta peran aktif kaum muda dalam melawan kekerasan seksual. Di antaranya melalui kampanye-kampanye 16HAKTP, No! Go! Tell!, hingga Bystander Tuk Ruang Aman.Â
“Dari kampanye-kampanye ini, di antara dampaknya itu adalah mampu mempengaruhi persepsi terkait kekerasan seksual, baik untuk mencegah maupun menanganinya. Yang terpenting membuka relasi antara kaum muda serta mendorong munculnya kolaborasi di komunitas,” ujar Aditya yang juga mendorong para anggota PlaNet untuk saling berjejaring.Â

Tentang PlaNet Plan IndonesiaÂ
PlaNet merupakan sebuah platform dari Plan Indonesia untuk youth champions atau aktivis muda penggerak perubahan, yang memiliki minat dalam isu sosial terutama isu terkait kesetaraan anak perempuan. Â
PlaNet saat ini beranggotakan lebih dari 400 youth champions yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Mereka merupakan aktivis muda yang pernah terlibat dalam kampanye maupun program Plan Indonesia di beragam isu. Mulai dari kekerasan terhadap anak, kekerasan berbasis gender, perubahan iklim, kewirausahaan kaum muda, kepemimpinan kaum muda, kesehatan remaja, air bersih dan sanitasi, stunting, dan lainnya.Â
Temu bulanan PlaNet pertama kali hadir pada September 2023 dengan mengusung tema Partisipasi Politik Kaum Muda. Sementara, temu bulanan ke-2 pada Oktober 2023 dengan tema Mendobrak Stigma dan Membangun Kesejahteraan Mental. Di November 2023, temu bulanan ke-3 digelar berbarengan dengan Girls Leadership Class sebagai rangkaian dari Girls Takeover 2023.Â
