Jakarta, 20 Juli 2023 – Menjaga keamanan anak di sekolah tidak cukup dengan memitigasi risiko bencana akibat ancaman alam saja. Diperlukan juga perhatian khusus terhadap isu sehari-hari, seperti perundungan, kekerasan seksual, hingga ketidaksetaraan gender. Tujuannya, agar lingkungan sekolah dapat menjamin anak-anak terbebas dari segala risiko yang ada dan bisa belajar dalam Satuan Pendidikan terhadap Aman Bencana.
Untuk membantu mewujudkan tujuan tersebut, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) bersama Sekretariat Nasional (Seknas) SPAB Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), dengan dukungan Prudence Foundation dan Prudential Indonesia, meluncurkan Modul SPAB Komprehensif di Jakarta, Kamis (20/07/2023). Modul ini akan digunakan oleh guru dan fasilitator di seluruh Indonesia, sebagai referensi atau panduan dalam mengimplementasikan SPAB di tingkat satuan pendidikan.
Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Plan Indonesia, menyebutkan bahwa modul ini dibuat dengan mengedepankan kepentingan dan keselamatan anak di seluruh Indonesia.
“Kita perlu memastikan bahwa semua anak, termasuk anak perempuan dan penyandang disabilitas, bisa merasa aman dan nyaman dalam kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dituangkan secara nyata, mulai dari modul panduan yang membahas rancangan fasilitas hingga manajemen bencana satuan pendidikan dalam konteks sehari-hari,” sebut Dini dalam peluncuran modul SPAB Komprehensif di Jakarta, Kamis (20/07/2023).
Modul komprehensif yang disusun Plan Indonesia bersama Seknas SPAB Kemendikbudristek ini akan mencakup tiga pilar utama SPAB, yakni fasilitas yang lebih aman, manajemen penanggulangan bencana dan kesinambungan pendidikan, hingga pendidikan pengurangan risiko dan resiliensi. Berbeda dengan modul implementasi SPAB yang dirilis pada tahun 2015, modul ini juga membahas penanggulangan ancaman dari sisi perlindungan. Misalnya, mengenai perundungan, kekerasan seksual, hingga ketidaksetaraan gender. Isu dalam modul ini juga mencakup lima ancaman bencana utama yang mungkin dihadapi anak-anak dan lingkungan sekolah, yaitu bencana alam dan perubahan iklim, ancaman kegagalan teknologi, ancaman bahaya biologis dan kesehatan, ancaman konflik dan kekerasan, juga ancaman sehari-hari.
Direktur Prudence Foundation, Nicole Ngeow, menyebut bahwa pihaknya secara khusus menyoroti tentang pentingnya pembangunan SPAB yang komprehensif. Menurut Nicole, bencana dapat mengakibatkan banyak anak-anak menjadi tertinggal, lantaran harus melewatkan waktu belajar di sekolah atau bahkan putus sekolah.
“Bencana menyebabkan proses anak-anak dalam mengenyam pendidikan terganggu, sehingga menghambat mereka untuk mengembangkan potensi diri. Dukungan kami dengan memperkuat satuan pendidikan melalui implementasi SPAB, harapannya dapat membantu anak-anak agar tetap aman, sehat dan tangguh, meski dalam keadaan darurat,” ungkap Nicole.
Tak hanya bermuatan panduan pelaksanaan, modul ini juga memuat praktik baik implementasi SPAB di seluruh Indonesia. Tujuannya, agar pihak sekolah bisa mendapatkan pembanding dan pembelajaran dari pengalaman implementasi di daerah lainnya.
“Modul ini akan didistribusikan ke seluruh Indonesia melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi dan Kabupaten/Kota. Selain itu, untuk menjangkau semua sekitar lima juta tenaga pendidik, modul ini akan diadaptasi dalam bentuk video pembelajaran yang akan dimuat pada platform Merdeka Mengajar yang dikembangkan pemerintah,” ungkap Jamjam Muzaki, Tenaga Ahli Seknas SPAB.
Pada 2019, Kemendikbudristek mencatat sebanyak 52.902 sekolah berada di wilayah rawan gempa, 54.080 di wilayah rawan banjir, dan 15.597 berada di wilayah rawan longsor. Sehingga, satuan pendidikan perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana, salah satunya melalui implementasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Plan Indonesia pun telah meluncurkan program Provinsi Model SPAB untuk mendorong implementasi SPAB di Indonesia. Program ini berlangsung di dua provinsi yakni D.I Yogyakarta dan Bali selama 36 bulan. Harapannya, melalui program ini, seluruh provinsi di Indonesia bisa mengimplementasikan SPAB dengan mencontoh implementasi yang dilakukan di dua provinsi tersebut.
Tentang Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia)
Plan International telah bekerja di Indonesia sejak 1969 dan resmi menjadi Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) pada 2017. Kami bekerja untuk memperjuangkan pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan. Kami juga bekerja bersama kaum muda, untuk memastikan partisipasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan terkait hidup mereka.
Sebagai bagian dari Plan International Inc., Plan Indonesia memiliki program utama terkait sponsor bagi anak. Plan Indonesia telah membina 36 ribu anak perempuan dan laki-laki di Nusa Tenggara Timur, dengan lima komitmen untuk memenuhi hak dasar mereka, yaitu hak atas akta kelahiran, vaksin dasar, air bersih, sanitasi, dan kebersihan, juga pendidikan.
Plan Indonesia bekerja pada 8 provinsi melalui tujuh program tematik, yaitu Pencegahan Gagal Tumbuh Anak, Penghapusan Kekerasan terhadap Anak dan Kaum Muda, Kesehatan Remaja, Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan Kaum Muda, Sekolah Tangguh, Kesiapsiagaan Bencana dan Respons Kemanusiaan yang Responsif Gender, juga Resiliensi Iklim yang Dipimipin oleh Kaum Muda. Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan, agensi, dan gerakan sosial yang melibatkan dan menargetkan agar 3 juta anak perempuan mendapatkan kekuatan yang setara, kebebasan yang setara, dan representasi yang setara.
Informasi lebih lanjut: plan-international.or.id
Kontak media:
Muhammad Reysa – Programme Communication Specialist Plan Indonesia
muhammad.reysa@plan-international.org – Ph: +62 853-4295-5021