Kigali, Rwanda, 19 Juli 2023 – Solihah, remaja perempuan Tuli asal Mataram, Nusa Tenggara Barat hadir sebagai delegasi Indonesia dalam Konferensi Women Deliver 2023 di Kigali, Rwanda sejak 17 hingga 20 Juli 2023. Solihah terpilih oleh Plan International untuk mewakili komunitas tuli di sekolahnya di Kota Mataram sebagai satu dari 150 delegasi Plan International di konferensi terbesar untuk hak perempuan ini.
Di hadapan para delegasi, Solihah menyuarakan pentingnya akses sanitasi yang inklusif untuk seluruh anak termasuk anak penyandang disabilitas. Secara spesifik, ia menyampaikan pentingnya informasi dan dukungan bagi remaja perempuan tentang manajemen kebersihan dan kesehatan menstruasi (MKM) yang masih menjadi masalah. Ia bercerita bahwa di daerahnya, pembicaraan mengenai menstruasi masih sangat tabu. Sarana pendukung untuk sanitasi dan kebersihan kesehatan menstruasi di sekolah juga masih sangat minim dan belum inklusif.
“Dulu kami bingung dan khawatir jika sedang menstruasi sampai harus pulang sekolah atau malah tidak boleh bersekolah sama sekali. Sejak adanya edukasi tentang kebersihan dan kesehatan menstruasi oleh Plan Indonesia di sekolah, serta fasilitas pendukung yang inklusif, kami sekarang nyaman untuk melanjutkan belajar saat sedang menstruasi. Akses toilet di sekolah sekarang sudah inklusif untuk penyandang disabilitas disertai berbagai informasi dan fasilitas pendukung untuk remaja perempuan yang menstruasi,” ujar Solihah.
Informasi dan fasilitas sanitasi yang inklusif untuk seluruh anak termasuk anak penyandang disabilitas menjadi poin penting yang didiskusikan di forum ini. Di Indonesia faktanya, ada lebih dari 2200 sekolah berkebutuhan khusus dengan lebih dari 133 ribu peserta didik. Namun informasi dan fasilitasi sanitasi termasuk manajemen kebersihan dan kesehatan menstruasi (MKM) masih belum merata dan inklusif bahkan di sekolah berkebutuhan khusus sekalipun. Temuan dari riset Plan Indonesia bersama The SMERU Research Institute di tiga provinsi di Indonesia pada 2018 menunjukkan sekolah yang memiliki toilet dengan fasilitas MKM masih sedikit, di NTB dan NTB hanya ada sekitar 21%.
Riset ini juga menunjukkan, topik seputar menstruasi masih tabu dibicarakan di sekolah, di ranah publik dan di luar keluarga. Kalaupun ada pembicaraan hanya di kalangan perempuan. Selain itu, masih ada mitos-mitos terkait larangan terkait menstruasi, seperti tidak boleh memasak dan membuat kue, tidak boleh Bertani dan berkebun, serta mitos larangan-larangan lainnya.
Solihah juga menegaskan selain kebutuhan sarana MKM yang memadai, upaya untuk menghapus stigma negatif terkait menstruasi juga sangat diperlukan.
Berdasarkan riset Plan Indonesia yang bekerjasama dengan SMERU, orang tua juga masih enggan menjelaskan tentang menstruasi kepada anak perempuan mereka. Setidaknya 63 persen orang tua tidak pernah melakukan hal ini. Salah satu dampaknya, remaja perempuan tidak terlalu memahami manajemen kebersihan menstruasi. Terdapat 79 persen anak perempuan yang tidak pernah mengganti pembalutnya saat di sekolah.
Solihah sendiri merupakan seorang pendidik sebaya di sekolahnya untuk mengampanyekan MKM dan tergabung dalam program WINNER (Women and Disability Inclusive WASH and Nutrition Sensitive Project) yang digagas Plan Indonesia. Sebagai pendidik sebaya, ia memberikan pendampingan kepada teman sebayanya melalui kegiatan diskusi berseri seputar buang air besar di toilet, cuci tangan pakai sabun, serta menyebarkan informasi MKM. Pendidik sebaya juga turut mengadvokasi pihak sekolah untuk memenuhi fasilitas MKM.
Menurut Solihah melibatkan pendidik sebaya yang juga murid di satu sekolah sebagai pelaku utama dalam mengedukasi MKM sangat efektif. Karena, lanjutnya, hal ini dapat menghilangkan garis penghalang yang ada dalam pembicaraan seputar menstruasi.
Hasil tersebut juga menunjukkan murid dapat membicarakan menstruasi tanpa ditertawakan teman-temannya, khususnya oleh anak laki-laki. Jika mereka tiba-tiba menstruasi di sekolah maka mereka tidak takut lagi sebab di sekolah sudah menyediakan pembalut dan anak laku-laki tidak mengejek anak perempuan yang sedang menstruasi. Ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) bagi murid perempuan yang ingin beristirahat jika mengalami nyeri menstruasi. Selain ramah perempuan, toilet juga bisa digunakan oleh semua orang, termasuk penyandang disabilitas.
“Saat ini anak perempuan yang sekolahnya sudah teredukasi dengan MKM tidak perlu lagi pulang ke rumah ketika sedang menstruasi karena dengan fasilitas MKM yang memadai dia bisa menjaga kebersihan menstruasinya dengan nyaman di sekolah dan tidak tabu untuk membicarakannya. Saya berharap fasilitasi MKM yang inklusif juga tersedia di berbagai area publik,” tutup Solihah dalam acara Women Deliver Conference 2023 yang melibatkan sekitar 6000 delegasi secara total.
Hadirnya Solihah di acara tersebut mendapat tepuk tangan yang meriah dan apresasi, salah satunya dari dari Johanne Westcott-Simpson, Pimpinan Kebijakan dan Advokasi Program Kesehatan Reproduksi Plan International. Johanne mengatakan hadirnya Solihah dalam acara Women Deliver 2023 merupakan momen yang luar biasa.
“Kerja bagus Plan Indonesia yang telah memastikan MHH yang inklusif dan salut untuk Solihah yang menekankan bahwa anak perempuan penyandang disabilitas memiliki kebutuhan SRHR yang harus dipenuhi”, katanya.**
Catatan untuk Editor
Tentang Plan Indonesia
Plan International telah bekerja di Indonesia sejak tahun 1969, resmi terdaftar sebagai yayasan nasional bernama Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) pada tahun 2017. Visi kami adalah memperjuangkan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan. Kami juga bekerja dengan kaum muda untuk memastikan partisipasi kaum muda yang berarti dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada kehidupan mereka.
Plan Indonesia sebagai anggota Plan International Inc., memiliki program inti sponsor anak yang saat ini membantu lebih dari 36.000 anak terpinggirkan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan lima komitmen untuk memenuhi hak dasar mereka dari akses ke akta kelahiran, vaksin dasar , air bersih, sanitasi dan higiene, serta pendidikan.
Mendapat donor dari Plan Netherlands dan Plan Australia, secara total Plan Indonesia bekerja di 8 provinsi untuk memperjuangkan hak dan kesetaraan anak perempuan melalui tujuh program tematik, antara lain Pencegahan Masalah Gagal Tumbuh Anak, Penghapusan Kekerasan terhadap Anak dan Remaja, Kesehatan Remaja, Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan Muda, Sekolah Tangguh, Kesiapsiagaan Bencana Responsif Gender dan Respons Kemanusiaan, Ketahanan Iklim yang Dipimpin Pemuda. Plan Indonesia mengambil bagian dalam kampanye global, Girls Get Equal, dengan Girls Leadership sebagai fokus utamanya. Ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan, agensi, dan gerakan sosial yang melibatkan 3 juta anak perempuan yang ditargetkan untuk mengklaim kekuasaan, kebebasan, dan perwakilan yang lebih setara.
Tentang Program Winner dan Water for Women
Program yang digagas Plan Indonesia sejak 2018 ini bertujuan untuk mempromosikan pentingnya sanitasi, hygiene, dan manajemen kebersihan menstruasi yang berkesetaraan gender dan inklusif di masyarakat serta di sekolah di wilayah Indonesia Timur. Program ini telah melatih 344 pendidik sebaya dari 72 sekolah dengan komposisi berimbang antara laki-laki dan perempuan, termasuk di dalamnya adalah peserta didik dengan disabilitas. Program ini juga mengedukasi pihak sekolah agar memenuhi sarana pendukung MKM dan memasukannya dalam kurikulum pembelajaran. Hasil monitoring dan evaluasi proyek WINNER dan WfW pada tahun 2023 menunjukkan hampir 72 sekolah pilot di NTT dan NTB telah memiliki toilet terpisah dan dilengkapi dengan fasilitas MKM, dengan lebih dari 90% sekolah pilot memiliki MKM terintegrasi ke kurikulum.
Menurut data nasional, baru 62% SD dan 77% SMP telah memiliki toilet terpisah untuk murid laki-laki dan perempuan, meskipun sudah diatur dalam Permendikbud Nomor 3 Tahun 2022. Sementara, sulit menemukan data sekolah dengan fasilitas MKM.
Kontak Media
Mirza Harera, External Communications Coordinator
Email: muhammad.mirza@plan-international.org; WA: 081908881534