Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) akan memberikan sertifikasi kloset kepada peserta yang telah dinyatakan lolos dalam uji teknis Dinas PUPR Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) kepada para wirausaha sanitasi (Wusan) di Kabupaten Belu dan Malaka, NTT (Nusa Tenggara Timur). Sertifikasi ini diberikan sebagai bukti bahwa kualitas kloset yang telah dihasilkan oleh Wusan yang telah mengikuti pelatihan pembuatan kloset sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
“Sertifikasi ini menjadi penting ketika para Wusan ingin memasarkannya secara lebih luas misalnya bukan hanya skala rumah tangga tapi ke perusahaan, bahkan luar negeri seperti di Timor Leste, misalnya. Pasti dibutuhkan dokumen yang memastikan kualitas klosetnya terjamin baik. Serifikasi ini akan memperkuat tidak hanya brandingnya tapi juga jaminan kualitas produknya,” jelas Herie Ferdian, Manajer Proyek WINNER (Women and Disability Inclusive WASH and Nutrition Sensitive Project)
Proyek WINNER merupakan upaya Plan Indonesia dalam meningkatkan akses terhadap sarana sanitasi dan kebersihan di Nusa Tenggara Timur (NTT), terutama di Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka, serta Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), terutama di Kota Mataram. Pemberian sertifikasi kloset kepada Wusan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan dari Pelatihan Pembuatan Jamban Berbasis Inklusi yang telah dilakukan Plan Indonesia dan Yayasan Pijar Timur, jelang akhir September 2021.
“Meski pelatihan telah selesai kami tetap mendampingi para Wusan, bahkan mengawal sertifikasi pada produk yang telah mereka buat. Jika sertifikasinya telah menjamin kualitas produk kloset ini maka kami berharap produk mereka bisa bersaing di pasaran,” tambah Aloysius Jepapu, Sanitasi Marketing Proyek WINNER di NTT.
Sementara salah satu peserta yang mendapatkan pelatihan, Alfonsius Bone, 53, dari Kabupaten Belu, mengatakan merasa senang Yayasan Plan Indonesia tetap mendampingi juga membantunya membuka pasar yang tepat. Dia diperkenalkan ke sanitarian, kader, yang kemudian menghubungkannya pada Kepala Desa yang warganya masih ada yang BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Selain itu selama dia melakukan percobaan membuat kloset secara mandiri di rumahnya. Kini, di rumahnya dia sudah bisa memproduksi kloset lebih dari 100-an dan terjual dengan baik.