Pada siang hari, suasana sekolahku memang asri. Tak banyak sampah berserakan karena setiap kelas dan sudut sekolah sudah disediakan tempat sampah. Tapi, ada sesuatu yang mengganjal hatiku. Bukan tentang kesadaran warga sekolah untuk membuang sampah pada tempatnya, melainkan banyaknya produksi sampah yang dihasilkan di tempat sampah sekolahku.
Tempat sampahnya semakin sesak, tidak muat lagi sehingga berceceran ke lantai. Sayangnya, murid hanya mengandalkan pekerja kebersihan sekolah. Padahal, menjaga lingkungan sekolah adalah kewajiban kita bersama sebagai warga sekolah.
Tempat sampah memanglah kotor dan banyak yang enggan untuk menyentuhnya. Jika hal tersebut terus dibiarkan, maka akan semakin banyak sampah yang dihasilkan dan berpotensi menimbulkan berbagai dampak lainnya.
Sampah plastik sekali pakai sering kamu gunakan gunakan sehari-hari di sekolah. Bungkus makanan, wadah minuman, wadah air mineral, styrofoam, kemasan sisa, dan masih banyak lagi. Ternyata, barang-barang tersebut dapat kita donasikan ataupun setorkan ke bank sampah yang jaraknya cukup dekat dengan sekolah kami. Namun, sebagian besar murid sekolahku belum mengetahui keberadaan bank sampah tersebut.
Dengan keresahan yang ada, aku (Fathia) bersama Kak Nasyila dan Kak Ayu membentuk komunitas yang kami beri nama Ecogreen. Awalnya komunitas ini bertujuan untuk mengikuti kegiatan Green Influencer dari program Urban Nexus, Plan Indonesia yang bekerja sama dengan BAPPEDA Kota Depok.
Ecogreen ini bergerak di bidang lingkungan terutama penggunaan sampah plastik sekali pakai. Dalam kegiatan Green Influencer yang diadakan oleh Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) ini kami memperoleh pembekalan yang komprehensif mulai dari urgensi pengelolaan sampah, permasalahan krisis iklim dan peran serta kaum muda, kami juga dikenalkan dengan kebijakan pemerintah Depok dalam menangani sampah. Selain itu,  kami diajarkan untuk membuat kegiatan kampanye yang berdampak dengan memperhatikan safeguarding (keamanan anak), kesetaraan gender dan inklusi sosial.
Dari pembekalan-pembekalan inilah kami mulai membangun kerja sama dengan Majelis Perwakilan Kelas Organisasi Siswa Intra Sekolah (MPK-OSIS), ekstrakulikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), wakil kepala sekolah, dan bank sampah induk di dekat sekolah kami.
Apa saja rangkaian program yang telah terlaksana? Berikut adalah rangkaian kegiatan ecogreen:
1. Aksi Edukasi & Kampanye
Tentu saja, sebelum kami melakukan aksi-aksi, kami harus meningkatkan pengetahuan warga sekolah untuk menumbuhkan kesadaran sehingga mereka dapat menggerakkan diri mereka sendiri dan bahkan orang-orang di sekitarnya. Edukasi mengenai emisi karbon, mulai dari apa itu emisi karbon, bahaya, serta penyebabnya yang kami fokuskan pada pemakaian sampah plastik sekali pakai. Selain itu, kami juga memaparkan bagaimana cara mengurangi dan mengolah sampah plastik sekali pakai yang dapat dilakukan oleh murid sekolah. Di akhir sesi, kami juga mendapatkan feedback dari peserta kampanye.
2. One Day No Plastic
Kami mengajak murid serta para pedagang kantin untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai di satu hari yang telah kami tentukan. Para murid membawa tempat makan serta tempat minum untuk jajan ke kantin dan kami juga menyediakan wadah untuk para pedagang kantin sebagai pengganti plastik. Kami memakai wadah berbahan dasar kertas, seperti paper cup, paper bowl, dan paper box. Dari program ini, murid lebih suka memakai wadah dengan bahan dasar kertas karena lebih nyaman digunakan, lebih rapih, dan ramah lingkungan.
Hasil akhir dari One Day No Plastic memang belum 100% berhasil, namun kami dapat menurunkan produksi sampah plastik sekali pakai yang ada di sekolah. Jika terdapat sampah plastik seperti kemasan makanan atau bahkan wadah kertas, maka kami mendonasikannya ke bank sampah induk terdekat.
3. Bank Sampah
Kami bekerja sama dengan bank sampah induk yang lokasinya di dekat sekolah kami. Setiap kelas memilah dan mengumpulkan sampah sesuai dengan kriteria yang diberikan oleh bank sampah induk, lalu mengumpulkanya ke dalam satu karung yang telah kami sediakan.
Mengapa kami menggunakan karung? karena karung yang kami pakai akan dapat digunakan kembali dan dapat mengurangi sampah plastik sekali pakai daripada kami menggunakan trash bag. Selanjutnya, karung tersebut kita timbang dan didonasikan ke bank sampah.
Merubah suatu kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru merupakan hal yang sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Namun, jika kebiasaan buruk tersebut terus dilakukan, maka akan berdampak semakin buruk kedepannya. Ecogreen tidak dapat bergerak sendiri tanpa kerja sama dari seluruh pihak di sekolah, baik dari murid, para guru, para pedagang, maupun orang tua. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam program ini dan membantu menyelamatkan bumi.
Dari berbagai pemaparan aksi yg telah kami lakukan, kalian sadar masih betapa berharganya hal sekecil apa pun yang kita lakukan untuk bumi ini, pasti akan berdampak besar bagi kelangsungan bumi itu sendiri. Sebagai kaum muda, kita memegang peranan penting akan hal tersebut.
Ayo bersama kami,
Kita bijak kelola sampah mulai hari ini!
Penulis: Fathia (15 tahun), Green Influencer Kota Depok