Satu bulan berlalu sejak badai bandang dan tanah longsor akibat badai siklon tropis Seroja menerpa Nusa Tenggara Timur dan sekitaranya, termasuk hingga ke Kabupaten Lembata.
Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) yang telah bekerja sejak 2006 di Lembata dan memiliki sekitar 10 ribu anak dampingan di wilayah itu turut mendukung upaya pemulihan Kabupaten Lembata. Khususnya, dengan fokus terhadap anak-anak dan keluarga dampingan yang terdampak.
Untuk membantu anak-anak dan keluarga mereka tetap berdaya selama tinggal di pengungsian, Plan Indonesia memberikan bantuan yang difokuskan kepada tiga sektor, yaitu Pendidikan di masa darurat (education in emergency), perlindungan anak di masa darurat (Child Protection in Emergency), penyaluran air bersih dan sanitasi (water, sanitation, hygiene in emergency), melalui mekanisme bantuan non-tunai (Cash Voucher Assistance / CVA).
Penyaluran bantuan ini dilakukan secara bertahap, dengan periode 45 hari awal (sejak 16 April 2021) yang dilakukan dengan pendanaan sebesar 69.201 Euro (sekitar Rp 1,2 miliar) dari START Fund–konsorsium internasional yang terdiri dari 42 lembaga nonprofit yang bergerak untuk memperkuat sistem bantuan kemanusiaan, serta melalui Pendanaan sponsorship Plan International dan local fundraising.
Bantuan yang diberikan telah menyesuaikan dengan kondisi dan kendala di lapangan. Di antaranya, termasuk tidak adanya peralatan rekreasi yang tersedia untuk anak, nihilnya mekanisme pelaporan perlindungan anak, juga tidak adanya bantuan pembelajaran bagi anak-anak dari pemerintah atau agensi lain hingga saat ini. Plan Indonesia terus berkoordinasi dengan pemerintah dan organisasi kemanusiaan setempat untuk memitigasi kendala ini. Sebagai lembaga yang bergerak di bidang pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan, Plan Indonesia mengutamakan kebutuhan dan perlindungan terhadap anak-anak dan keluarga penyintas dalam setiap proses tanggap darurat. Dalam kondisi bencana yang mengharuskan para penyintas harus berlindung di pengungsian, kelompok anak, perempuan, dan orang dengan disabilitas berada dalam posisi yang semakin rentan