Riyanti (58 tahun), warga Kelurahan Mekarjaya, Depok, yang baru saja pulih dari paparan virus Corona, bercerita bagaimana ia sangat terkejut ketika dirinya terdeteksi mengidap COVID-19. Perempuan yang berprofesi sebagai buruh cuci dan setrika ini mengaku pada awalnya hanya merasa kurang enak badan dan mengonsumsi obat dari warung saja. Sampai beberapa hari kemudian indera penciuman dan pengecapnya terganggu (hilang). Ia mengungkapkan, dirinya tidak mengetahui dari mana bisa tertular virus ini karena selama bekerja atau keluar rumah ia merasa selalu menerapkan protokol kesehatan yakni dengan memakai masker, menjaga jarak, dan sering mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
“Saya sempat merasa stres dan takut. Soalnya waktu pandemik sedang tinggi-tingginya, masjid di sekitar rumah saya sering memberi pengumuman warga yang meninggal dunia,” ujarnya.
Awalnya Riyanti sempat merasa takut dan ragu untuk mengikuti program vaksinasi. Alasannya, ada tetangganya yang sakit setelah divaksin. “Saya tadinya mau vaksin, tapi ada tetangga yang vaksin eh malah sakit, menggigil sampai tiga hari. Saya jadi batal, takut sakit begitu juga,” tutur Riyanti. Namun, setelah terpapar COVID-19, sulung dari tiga bersaudara ini mengaku menyesal tidak vaksin sejak awal. Akhirnya, Riyanti melaksanakan vaksinasi dosis 1 dan 2 pada September lalu.
Cash Voucher Assistant (CVA) yang diberikan oleh Plan Indonesia sangat berarti bagi Riyanti dan keluarga. Terlebih ia dan adiknya yang menderita stroke mendapat musibah sakit secara berturut-turut. Rencananya bantuan tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mengingat kondisi sang adik yang masih dalam proses penyembuhan. Riyanti juga berharap pandemik COVID-19 segera berakhir dan kehidupan dapat berjalan normal seperti sedia kala.
Dalam merespons pandemik ini, Plan Indonesia melakukan respons tanggap darurat COVID-19 di Jabodetabek yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan anak dan kaum muda, terutama perempuan. Bantuan kemanusiaan ini ditargetkan menjangkau 1.000 anak berusia 0-18 tahun yang terdiri dari 500 anak perempuan dan 500 anak laki-laki termarjinal di wilayah Jabodetabek. Melalui respons tanggap darurat COVID-19, Plan Indonesia berharap anak-anak terlindungi dari penyebaran COVID-19 dan hak anak terpenuhi, terutama bagi anak perempuan, anak penyandang disabilitas, dan anak dari keluarga termarjinal.
Penulis: Ciptanti Putri | Editor: Agus Haru