Rozi, peserta Work in Tech Indonesia dari Jawa Barat
Halo, nama saya Rozi, dan sekarang saya sedang kuliah Informatika di salah satu universitas di Bandung, Jawa Barat. Sebelumnya, saya bekerja sebagai staf alih daya [outsourcing] IT Support di salah satu e-commerce di Depok, Jawa Barat. Saat ini saya sedang fokus belajar sambil magang sebagai penulis konten dan pengembang backend. Saya bukan pencari nafkah utama dalam keluarga saya, tetapi saya mencoba membantu mereka karena pendapatan keluarga saya berkurang. Kami juga memiliki pengeluaran yang lebih besar karena kenaikan harga. Saya terus mencari beasiswa untuk membantu keuangan studi saya. Terkadang, saya melakukan pekerjaan paruh waktu untuk tetap mendapat penghasilan.
Karena adanya pandemi COVID-19, pendapatan keluarga saya menurun. Kami mengalami krisis keuangan di awal pandemi, terutama ketika keluarga saya tertular virus ini dan harus melakukan isolasi mandiri. Sangat sulit bagi kami untuk mendapatkan penghasilan harian. Meski sudah pulih, kami masih berusaha menyesuaikan diri dengan pandemi. Kami masih perlu melakukan penyesuaian untuk bisa stabil.
Terlepas dari kondisi yang ada, saya tetap mengejar cita-cita saya untuk menjadi profesional di bidang TI [Teknologi Informasi]. Sejalan dengan studi saya di universitas saya saat ini, saya juga mendaftar di program Work in Tech Indonesia dari Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia). Sambil melanjutkan studi saya, yang mungkin akan selesai sekitar 4-5 tahun, saya mengikuti kursus dan semua pelatihan di Coursera sekitar sebulan setelah mendaftar.
Program ini menambah pengalaman saya sebelumnya, di mana saya mengikuti pelatihan berbeda dan mendapat sertifikasi profesional. Sebelum mengikuti kursus ini, saya ikut pelatihan dan sertifikasi profesi dari EC-Council dan program Beasiswa Bakat Digital [Digital Talent Scholarship]. Saya juga ikut serta dalam Program Studi Mandiri Kampus Merdeka di Orbit Future Academy untuk AI untuk materi Start-Up [perusahaan rintisan].
Dengan ikut serta dalam program Work in Tech Indonesia, saya mendapat dasar-dasar yang baik dan wawasan yang mendalam tentang industri teknologi. Saya merasa terbantu, terutama di tengah persaingan industri teknologi 4.0. Karena industri ini berkembang setiap tahunnya, saya harus berusaha mencari nilai tambah dan meningkatkan prospek karir saya.
Ketertarikan saya untuk terjun ke dunia TI dimulai ketika saya menjelajahi dunia komputer dan mencari tren teknologi baru. Saat ini, saya tertarik dengan dunia Kecerdasan Buatan [Artificial Intelligence]. Sektor teknologi semakin maju, dan saya semakin tertarik dalam sektor ini.
Maka dari itu, saya menyadari bahwa program Work in Tech berharga. Saya dapat mempelajari materi dasar sebagai pekerja TI. Program Dukungan TI memiliki dorongan yang signifikan dalam studi saya. Beberapa studi yang saya ambil di perguruan tinggi memiliki relevansi dengan IT Support. Saya juga bisa mengerjakan praktik lab untuk mengeksplorasi dasar-dasar kursus ini. Ini akan membantu saya mencapai target karir saya, menjadi manajer proyek TI di sebuah perusahaan.
Maryam, peserta Work in Tech Indonesia dari Jawa Barat
Nama saya Maryam, dan saat ini saya bekerja sebagai pekerja lepas dan paruh waktu sambil meneruskan tugas saya sebagai ibu dengan satu anak. Saya memiliki gelar sarjana arsitektur, tetapi saya memutuskan untuk bekerja di luar bidang arsitektur karena alasan pribadi.
Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi keluarga saya. Kondisi keuangan keluarga saya menurun, dan saya merasa tidak dapat mengandalkan orang lain untuk mengatasi masalah ekonomi ini. Saya merasa cemas dan bingung mencari pekerjaan, terutama karena adanya hambatan usia dan gender dalam mendapatkan pekerjaan tertentu. Saya khawatir sebab usia saya hampir 30 tahun ini, dan itu adalah persyaratan usia maksimum di berbagai posisi. Saya merasa peluang saya mendapatkan pekerjaan penuh waktu semakin berkurang, dan itu membuat saya cemas. Saya sering kehilangan fokus dan tidak terlalu yakin untuk melangkah maju.
Salah satu periode paling menantang bagi saya adalah tahun 2020. Saat itu saya merasa minder dengan kemampuan teknis dan non teknis [technical and soft skill] saya karena sebelum tahun 2020, saya lebih banyak menghabiskan waktu sebagai ibu rumah tangga setelah lulus kuliah. Namun, saya mencoba mengatasi masalah ini dengan mengikuti sebanyak mungkin kursus daring [online] dan webinar yang terjangkau untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan saya tentang lingkungan kerja. Saya ingin membangun karir setelah lama tidak memiliki kesempatan itu.
Di sinilah awal mula cerita saya dengan Work in Tech Indonesia. Pertama, saya melihat iklan tentang Grow with Google di Instagram. Lalu saya pergi ke situs web dan melihat manfaat dari sesi mentoring dan peluang kerja. Hal tersebut membuat saya tertarik untuk mengikuti kursus IT support ini.
IT Support telah menjadi subjek yang menarik sejak saya bersekolah. Saya memilih jurusan TI pada tes masuk universitas, meski saya gagal dalam kesempatan itu. Saya mengidentifikasi diri sebagai melek teknologi [Tech-Savvy] karena saya tidak merasa sulit menggunakan teknologi atau perangkat lunak yang relatif baru. Itu sebabnya saya merasa cocok dengan bidang TI.
Saya tertarik memasuki sektor TI karena kesempatan kerja di sektor TI sekarang ini lebih luas dibandingkan dengan bidang-bidang lain. Saya melihat banyak orang yang tidak memiliki latar belakang TI dapat bekerja di bidang ini, dan usia bukan lagi masalah, karena banyaknya perusahaan yang memerlukan staf IT Support saat ini.
Itu sebabnya saya merasa perlu untuk memiliki keahlian di bidang TI. Industri TI telah menjadi bagian dari hidup kita. Tidak ada salahnya jika kita mempelajari lebih dalam bidang ini.
Dengan kerangka berpikir [mindset] tersebut, saya telah menyelesaikan kegiatan Work in Tech Indonesia di Coursera. Saya membuat target untuk menyelesaikan kursus. Pertama, saya mengidentifikasi kursus (ada lima kursus dalam spesialisasi IT Support), apa yang harus dipelajari di setiap kelas, dan jumlah minggu per kursus. Saat itu, saya hanya menargetkan untuk menyelesaikan setiap kursus sebelum Ramadhan, sehingga saya hanya punya waktu dua bulan untuk menyelesaikannya.
Menyadari hal ini, saya membagi jumlah kursus dengan jumlah hari. Dengan membagi jumlah studi, saya menyimpulkan bahwa perlu untuk menyelesaikan minimal 3 minggu materi dalam seminggu untuk menyelesaikan program ini sebelum Ramadhan. Setelah menetapkan target selama seminggu, saya menerapkannya secara konsisten. Untuk saat ini, saya memilih hari di mana tidak ada jadwal kerja paruh waktu (hanya ada dua hari yang tersedia di hari kerja dan dua hari di akhir pekan). Saya memutuskan waktu untuk belajar kursus siang dan malam.
Tentu saja, saya menghadapi beberapa tantangan selama program. Tantangannya sebagian besar tentang menyiasati waktu saya untuk merawat putra saya dan kebutuhan pribadinya. Putra saya masih dalam masa kanak-kanak atau pra-sekolah, sehingga dia perlu perhatian dan selalu ingin berada di sisi saya ketika saya belajar. Terkadang, saya mengatasi situasi ini dengan mengajaknya melakukan kegiatan serupa. Misalnya, duduk di meja yang sama sehingga dia bisa menghabiskan waktu bersama saya saat saya melakukan kegiatan belajar.
Kebetulan saya tidak meminta bantuan dari siapapun selama kursus. Namun kursus ini berdampak dan memungkinkan saya belajar lebih banyak tentang TI untuk karir yang lebih baik di masa depan.
Saya ingat tujuan saya mengikuti program ini: mendapatkan pekerjaan dan menghidupi keluarga. Lalu saya juga mengingatkan diri saya sendiri untuk tidak melepaskan kesempatan berharga ini. Jarang sekali menemukan pelatihan gratis dengan sesi mentoring dan peluang kerja di masa depan, maka saya tidak ingin melewatkan kesempatan ini.
Saya ingin terus menggali pengetahuan saya dan memperluas wawasan dan pengalaman saya. Saya juga ingin memotivasi saudara-saudara saya untuk melakukan hal yang sama. Sayangnya, saya belum mendapatkan kesempatan kerja di TI setelah mendapat sertifikat program IT Support. Saya masih mengasah keterampilan non-teknis [soft skill] dan kemampuan saya untuk lebih percaya diri dalam wawancara kerja. Setelah gagal dalam dua wawancara kerja di perusahaan teknologi pendidikan, saya belum melamar pekerjaan apa pun dalam tiga bulan terakhir. Akan tetapi, saya berharap akan ada kesempatan yang baik bagi saya setelah kursus sehingga saya dapat berkontribusi membantu keluarga saya tetap bertahan secara finansial.
