Mataram, 26 Januari 2021 – Lebih dari dua ribu kasus kehamilan di usia remaja 15-19 tahun terjadi di Mataram dan Lombok Utara pada 2018-2019. Minimnya akses terhadap informasi dan fasilitas kesehatan seksual dan reproduksi mendorong munculnya perkawinan usia anak dan kehamilan remaja. Untuk menjembatani kesenjangan informasi dan akses layanan kesehatan seksual dan reproduksi bagi kaum muda tersebut, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) luncurkan program Let’s Talk di Nusa Tenggara Barat yakni di Mataram pada Selasa (26/1) dan di Kabupaten Lombok Utara pada Kamis (28/1).
Berdasarkan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi NTB, tercatat ada 805 permintaan dispensasi perkawinan usia anak di sepanjang 2020. Angka tersebut meningkat 59% dari data tahun 2019 yaitu 332. Pada tahun 2018-2019, terdapat lebih dari 2.000 kasus kehamilan di usia remaja usia 15-19 tahun di Mataram dan Lombok Utara.
Situasi pandemik COVID-19 semakin memperlebar kesenjangan dalam pemenuhan hak kesehatan seksual dan reproduksi anak-anak, remaja, dan kaum muda. Situasi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan yang buruk, namun juga dapat berakibat pada peningkatan angka kehamilan remaja hingga perkawinan usia anak.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak NTB mencatat terdapat total 69 permintaan dispensasi perkawinan usia anak di Kabupaten Lombok Utara dan di Kota Mataram. Bersama dengan pemerintah setempat, orangtua, serta guru, Plan Indonesia memberikan pelatihan dan meningkatkan kemampuan anak-anak, remaja, dan kaum muda melalui pendekatan pendidik sebaya di sekolah untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif demi mencegah perilaku berisiko dan perkawinan usia anak. Juga supaya anak, remaja, dan kaum muda dapat tumbuh dan berkembang sampai pada potensi terbaiknya.
Kegiatan peluncuran program Let’s Talk di Mataram dihadiri oleh beberapa instansi pemerintah, organisasi adat, organisasi kaum muda,dan organisasi masyarakat sipil. Diantaranya adalah Walikota Mataram, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB, Dinas Kesehatan NTB, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Bencana NTB, Forum Anak NTB dan Kota Mataram, dan Lembaga Perlindungan Anak NTB.
Mitra pemerintah baik di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Utara menyampaikan dukungan terhadap pelaksanaan program. “Kami sangat mengapreasiasi upaya Plan Indonesia dalam mendukung upaya kami untuk meghapus angka perkawinan usia anak. Saya berharap remaja di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Utara meningkat pemahamannya tentang dampak negatif perkawinan usia anak dan dapat memilih jalan hidup yang lebih baik dan sehat,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram, Drs. H Lalu Fatwir Uzali, S.Pd.,M.Pd pada kegiatan peluncuran program Let’s Talk.
Beliau juga menyatakan bahwa dalam kondisi pandemik COVID-19 ini sangat sulit untuk menyelenggarakan kegiatan belajar dan untuk melakukan pencegahan perkawinan usia anak. “Saya berharap program Let’s Talk dapat memperkuat guru dan sekolah dalam pemberian informasi kesehatan reproduksi dan juga dapat melindungi murid dari perkawinan usia anak” tambah H. Lalu Fatwir.
Kepala Seksi Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi, H. Rohatul Aini turut hadir dan mengatakan apa yang dilakukan pemerintah saat ini sudah optimal seperti memperkuat forum anak, pembentukan puspaga hingga mendorong adanya Peraturan Daerah (Perda) Pencegahan Perkawinan Usia Anak. “Harapanya kami bisa berkolaborasi dengan aktif melalui program Let’s Talk! di sekolah yang akan di damping”, beliau menambahkan.
Sabaruddin selaku Program Coordinator Yayasan Plan International Indonesia di Nusa Tenggara Barat menekankan pentingnya pelibatan anak-anak dan remaja dalam menekan angka kehamilan remaja dan perkawinan usia anak.
“Perkawinan usia anak tidak seharusnya terjadi. Karenanya kami mengajak berbagai pihak untuk bersama mengurangi bahkan menghentikan praktik perkawinan usia anak. Program Let’s Talk juga memberdayakan anak-anak dan remaja agar mereka dapat memilih masa depan yang tepat”, tegas Sabaruddin.
Dalam satu tahun pendampingan, Let’s Talk! akan mendampingi 6 sekolah yang diantaranya yaitu SMAN 8 Mataram, SMPN 16 Mataram, SMPN 17 Mataram, SMAN 1 Kayangan, SMKN 1 Gangga dan SMPN 2 Gangga. Sebanyak 216 pendidik sebaya, 3456 remaja, 2419 orangtua, dan 42 guru ditargetkan untuk mengikuti pelatihan dan diskusi secara rutin serta berpartisipasi dalam kampanye pemenuhan hak kesehatan seksual dan reproduksi untuk mencegah perilaku berisiko dan pencegahan perkawinan usia anak.
Akses terhadap informasi dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang tidak merata diidentifikasi sebagai penghalang mendasar bagi anak perempuan untuk menjalani hidup sehat. Plan Indonesia percaya bahwa menciptakan perubahan positif dalam kehidupan dan kesehatan kaum muda membutuhkan pendekatan kolaboratif antara semua pihak.
Melalui lingkungan peka gender, kaum muda dan anak-anak, perempuan maupun laki-laki, dapat mengakses informasi dan layanan tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi. Pada akhirnya, menciptakan remaja yang mampu mengambil keputusan yang tepat untuk masa depannya sendiri.