April 2021, banjir yang disebabkan oleh badai seroja melanda beberapa desa dampingan Plan Indonesia di Pulau Lembata. Peristiwa ini mengakibatkan terendamnya lahan pertanian masyarakat, yang pada akhirnya menyebabkan gagal panen dan berdampak serius pada kehidupan warga desa yang mayoritas bekerja sebagai petani. Salah satunya adalah Hasan (52 tahun), seorang petani sayuran dari desa tersebut.
Dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi bagi masyarakat yang terdampak bencana, Yayasan Plan Internasional Indonesia (Plan Indonesia) melalui Program Implementation Area (PIA) Lembata melakukan intervensi melalui pendekatan pertanian cerdas iklim. Masyarakat diajarkan tentang pemilihan varietas tanaman, metode irigasi yang tepat, pola tanam yang efisien, pertanian organik, dan manajemen pemasaran yang baik. Pendekatan ini diterima dengan baik oleh petani di desa setempat. Mereka lalu membentuk kelompok produktif pertanian dan memilih Hasan menjadi ketua kelompok tersebut.
Hasan memiliki lahan pertanian yang terletak di tepi jalan menuju salah satu destinasi wisata bahari yang populer di Lembata. Oleh karena itu, mereka sepakat untuk mengubah lahan tersebut menjadi demonstrasi plot (demplot) pertanian cerdas iklim.
“Pemilihan lokasi demplot ternyata memiliki dampak yang signifikan terhadap pemasaran dan pembelajaran bagi masyarakat kami,” kata Hasan. Dia menyatakan bahwa demplot ini sering menarik minat orang yang sedang melintas untuk singgah, karena berbagai jenis sayuran segar yang tersaji di demplot tersebut.
Pendekatan yang merujuk pada adaptasi perubahan iklim ini juga berfungsi sebagai evaluasi dan koreksi yang sangat baik bagi petani setempat. Sebelumnya, sayuran yang mereka tanam, terutama kubis, sering kali diserang oleh ulat daun. Mereka menggunakan Pestisida kimia untuk mengendalikan hama tersebu. Selain berdampak pada meningkatkan biaya produksi, hal ini juga berdampak pada kualitas dan penjualan hasil panen di tengah gencarnya seruan untuk pencegahan stunting.
“Bersama Plan Indonesia, kami menemukan masalah utama yang terletak pada cara tanam dan penyiraman tanaman. Cara menyiram dari atas menyebabkan telur ulat yang tersembunyi di balik daun tidak bisa tersapu aliran air,” jelas Hasan.
Setelah dilakukan evaluasi, kelompok ini mulai memperbaiki kultur teknis pertanian mereka, termasuk mengubah metode irigasi dan menerapkan tumpang sari di demplot pertanian mereka. Perubahan ini memberikan hasil yang sangat memuaskan, dengan kubis yang dapat dipanen tanpa mengalami serangan ulat daun. Selain itu, di lahan yang sama, mereka juga dapat menanam dan memanen terung dalam jumlah yang signifikan, sesuai dengan ukuran lahan yang mereka miliki.
Hasan menyampaikan apresiasinya kepada Plan Indonesia atas pendekatan ini. Selain memberikan kontribusi berupa pemikiran, Plan Indonesia juga membantu mereka dengan bahan-bahan pertanian yang dibutuhkan, seperti peningkatan debit air dan penggunaan waring. “Sebelumnya, kami kesulitan untuk menanam sayuran dalam jumlah besar karena pasokan air yang terbatas. Namun, sekarang kami dapat panen tiga kali dalam setahun, berkat ketersediaan air yang cukup dan metode penyiraman yang efektif,” kata Hasan.
Selain beberapa pendekatan yang sudah disebutkan, Plan Indonesia juga bekerja sama dengan dinas pertanian setempat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang produksi pupuk kompos sebagai pupuk organik yang digunakan di demplot mereka. Langkah ini di ambil sebagai bentuk kontribusi untuk pencegahan stunting dan pemberdayaan masyarakat setempat untuk pengolahan dan pemanfaatan pupuk organic yang ramah iklim.
“Selain menghemat biaya produksi dengan menggunakan pupuk organik, sayuran kami juga menjadi produk yang bebas dari pestisida kimia, segar dan sehat untuk dikonsumsi,” tegas Hasan. Beliau juga menyatakan saat ini mereka juga sudah bisa menanam sayuran lain seperti sawi, wortel, timun, dan terung.
Saat ini, Demplot pertanian cerdas iklim kelompok yang dipimpin Hasan tetap berkembang dan didukung oleh pemerintah desa setempat melalui alokasi anggaran dana desa. Pemerintah desa juga mereplikasi program ini dengan membentuk beberapa kelompok dan demplot-demplot yang terletak di tepi jalan agar semakin menarik minat masyarakat terhadap metode pertanian cerdas iklim.
Ditulis Oleh : Alfred Ike Wurin | Editor : Agus Haru | Foto : Plan Indonesia/Alfred Ike Wurin