Perihal: Klarifikasi terhadap Artikel dalam Project Multatuli dan Podcast Radio KBR Merespon artikel “Mendobrak Sirkel Sendiri: Saat Penyintas Melaporkan Kekerasan Seksual di NGO” yang dipublikasikan Project Multatuli dan podcast “Kesaksian Jingga” yang dipublikasikan Radio KBR pada tanggal 17 Mei 2022, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) ingin menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
- Dua kasus kekerasan seksual yang dipublikasikan oleh Project Multatuli dan Radio KBR benar terjadi pada tahun 2018 dan 2020. Plan Indonesia menyatakan prihatin dan berempati atas apa yang dialami penyintas, yang mana hal ini menjadi pelajaran yang berharga bagi organisasi.
- Terkait publikasi artikel dan podcast mengenai dua kasus tersebut, kami telah memberikan respon kepada jurnalis melalui wawancara tertulis pada 31 Maret 2022 dengan menjelaskan kebijakan dan kode etik organisasi serta upaya penanganan yang kami lakukan terhadap dua kasus tersebut.
- Bersama ini, kami sampaikan juga bahwa kami telah merespon artikel dan podcast tersebut dengan menggunakan hak jawab berupa surat yang kami layangkan kepada Project Multatutli dan Radio KBR. Surat hak jawab tersebut berisi keberatan atas pemberitaan yang tidak memuat respon kami yang sebelumnya telah dikirimkan kepada jurnalis KBR saat wawancara tertulis. Dalam surat hak jawab tersebut, kami juga meminta Project Multatuli dan KBR untuk mempublikasikan hak jawab atau klarifikasi kami tersebut di situs dan media sosial resmi milik Project Multatuli dan Radio KBR.
- Dalam kesempatan ini, Plan Indonesia ingin menyampaikan komitmen kami terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual. Kasus-kasus kekerasan seksual di dalam organisasi kami ditangani sesuai dengan standar penanganan dengan mengacu kepada Kebijakan Plan International termasuk Kode Etik, Perlindungan Anak-Anak dan Remaja, Kebijakan Pelecehan/Kekerasan Seksual dan standar prosedur penanganan kasus di Plan Indonesia yang mengedepankan perlindungan korban. Plan Indonesia berkomitmen untuk memfasilitasi penyintas jika membutuhkan pelayanan konseling serta pendampingan sebelum, selama dan paska investigasi untuk proses pemulihan. Plan juga berkomitmen memberikan dukungan teknis jika penyintas memutuskan untuk membawa kasus ke ranah hukum.
- Pada dua kasus kekerasan seksual yang diberitakan di artikel dan podcast tersebut, Plan Indonesia telah menerapkan standar penanganan sesuai prinsip dan prosedur yang kami jelaskan di poin 4. Dukungan teknis pada penyintas masih berlaku hingga saat ini, dan jika penyintas membutuhkannya maka manajemen akan membuat langkah-langkah pendampingan sesuai kesiapan dan persetujuan penyintas.
- Kami menyadari bahwa kebijakan yang kuat, sanksi yang nol toleran, SOP yang kuat tidak menjamin kasus seperti ini tidak akan terjadi. Demi meminimalisir berbagai kasus pelanggaran di lembaga kami, ke depannya, organisasi berkomitmen untuk terus memperbaiki sistem dan prosedur pencegahan, penanganan serta pemulihan korban untuk lebih baik lagi berdasarkan praktek terbaik yang ada.
Terima kasih atas perhatian dan dukungan para Sahabat Plan, yang menjadi dorongan bagi Plan Indonesia untuk menjadi lebih baik lagi agar kami dapat menjalankan misi untuk pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan.
Jakarta, 19 Mei 2022
Dini Widiastuti,
Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia
