Jakarta, 21 Juli 2021 – Pandemik COVID-19 telah berdampak besar pada kehidupan anak-anak di Indonesia. Setidaknya 12,5% dari kasus positif COVID-19 di Indonesia adalah anak usia 0-18 tahun, atau setara dengan 1 dari 8 orang yang terinfeksi (IDAI, Juni 2021).
“Di Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2021, kami ingin mengingatkan kembali pentingnya perlindungan terhadap anak di tengah tingginya kasus COVID-19 di Indonesia”, ujar Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia. “Festival Hari Anak Nasional yang kami selenggarakan seminggu penuh ini bukan hanya perayaan, melainkan pengingat bahwa pandemik COVID-19 telah berdampak besar pada kehidupan anak. Jangan sampai hak anak untuk mendapatkan layanan kesehatan, perlindungan dan pengasuhan, pendidikan, hak bermain terenggut karena kita lengah dalam memenuhi kebutuhan mereka,” jelas Dini.
Selain beresiko tertular COVID-19, pandemik ini juga berdampak besar pada kehidupan sosial anak. Peningkatan kasus kematian menyebabkan semakin banyak anak kehilangan pengasuhan. Diperkirakan, 1,5 juta anak di seluruh dunia kehilangan orang tua atau pengasuhnya akibat COVID-19 selama 14 bulan pertama pandemik. Selain itu, pembatasan kegiatan sosial masyarakat turut menambah sederet tantangan lainnya bagi anak seperti hambatan dalam mengakses pendidikan yang berkualitas dan merata, minimnya ruang aman untuk beraktivitas sosial dan bermain, serta resiko mengalami kekerasan fisik, psikis dan seksual yang lebih tinggi. Data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) 2021 menunjukkan 57,9% korban kekerasan adalah anak. Berbagai tantangan sosial yang dihadapi anak ini dapat mengganggu kesehatan mental dan tumbuh kembang anak saat ini dan di masa depan.
Untuk mengkampanyekan perlindungan anak di masa pandemik ini, Plan Indonesia bersama mitra menyelenggarakan Festival Hari Anak Nasional bertema Anak Terlindungi, Indonesia Maju sejak 21 Juli hingga 29 Juli 2021. Festival ini bertujuan memberikan wadah bagi anak Indonesia untuk mengangkat berbagai isu yang berdampak besar bagi kehidupan mereka di masa pandemik seperti pembelajaran tatap muka terbatas, pengasuhan positif berbasis hak anak, serta perlindungan anak dari ancaman kekerasan dan perkawinan anak di masa pandemik yang semakin meningkat. Anak juga dapat menyampaikan berbagai ide dan rekomendasinya kepada pembuat kebijakan melalui berbagai wadah.
Di tingkat nasional, akan diselenggarakan webinar bertema ‘Pembelajaran Tatap Muka Terbatas dalam Situasi Pandemik COVID-19’ (27/7) yang dapat diikuti oleh seluruh anak Indonesia. Di Nusa Tenggara Barat, dialog anak dengan pemerintah provinsi NTB tentang pencegahan perkawinan anak dilakukan bekerja sama dengan Forum Anak NTB. Sedangkan kegiatan luring meliputi lomba kreatifitas anak NTB, lomba seni dan kreatifitas anak dan pengukuhan pengurus Forum Anak di Kabupaten Timor Tengah Selatan NTT.
“Perlindungan dan pemenuhan hak anak tentu memerlukan kolaborasi antar pihak. Melalui Festival HAN ini kami ingin mengajak pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat, mulai individu dan keluarga agar lebih aktif memberikan perlindungan dan memenuhi hak anak di masa pandemik ini demi kemajuan anak Indonesia di saat ini dan masa mendatang,” seru Dini.
Lebih jauh lagi, melalui rangkaian kegiatan ini, Plan Indonesia juga menegaskan kembali komitmennya untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) terutama tujuan ke-4 yaitu pendidikan bermutu dan tujuan ke-5 yaitu kesetaraan gender.
[Selesai]