Indonesia telah menghadapi masalah kesehatan yang beragam. Selain pandemik COVID-19, salah satu masalah kesehatan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah peningkatan angka kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) yang cenderung terlupakan. Tercatat angka kematian tertinggi akibat COVID-19 disebabkan oleh penderita memiliki komorbid atau PTM penyerta, seperti diabetes.
PTM sering dikaitkan dengan penyakit orang tua, namun kenyataannya penyakit tersebut bisa menyerang anak dan kaum muda. Gaya hidup tidak sehat seperti makan makanan cepat saji, konsumsi rokok, alkohol, dan jarang berolahraga fisik menjadi salah satu faktor penyebabnya. Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2018) menemukan bahwa 95,5 persen masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah, 35,5 persen masyarakat kurang beraktivitas fisik, dan sebanyak 29,3 persen masyarakat usia produktif merupakan perokok aktif. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup dan pola makan harus dilakukan sejak dini dalam upaya pencegahan resiko PTM di masyarakat Indonesia.
Setelah sukses dengan program Young Health Programme (YHP) sebelumnya, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) yang didukung AstraZeneca melanjutkan programnya yaitu Young Health Programme 2.0 yang berupaya untuk menurunkan angka PTM melalui peningkatan kapasitas anak dan kaum muda untuk membiasakan gaya hidup sehat. Program ini memiliki jangka waktu dan target penerima manfaat yang lebih dari program sebelumnya. Dalam menjalankan program, kali ini Plan Indonesia menggandeng Yayasan Lentera Anak (YLA) dan Center of Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) sebagai mitra implementasi.
Pada 9-13 Agustus 2021 lalu, Plan Indonesia bersama dengan mitra melaksanakan pelatihan pendidik sebaya secara virtual bagi pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menangah Atas (SMA) di wilayah DKI Jakarta, yang diikuti oleh 160 peserta. Pelatihan pendidik sebaya atau peer education adalah metode yang digagas oleh YHP dengan tujuan menciptakan ruang aman diskusi antar teman sebaya. Hal ini untuk menghindari anak dan kaum muda yang memiliki rasa tidak nyaman untuk berdiskusi dan bertanya terkait rokok, alkohol, kesehatan mental, seksual, dan reproduksi kepada orang yang lebih tua. Dengan metode seperti ini, diharapkan Pendidik Sebaya (Peer Educator) mampu menyebarkan informasi secara kreatif, informatif, dan edukatif, sehingga dapat menarik perhatian dan minat teman-teman sebayanya.
Antusias para Pendidik Sebaya terkait Program YHP 2.0 begitu terasa tertuang dalam testimoni mereka berikut ini:
“Merasa mendapatkan ruang aman untuk diskusi isu – isu yang masih dianggap tabu di lingkungan saya,” – Alief, Pendidik Sebaya YHP.
“Terlibat dalam pelatihan pendidik sebaya ini merupakan pengalaman yang berkesa bagi saya, karena saya menjadi lebih PD bicara didepan banyak teman seumuran saya,” – Septian, Pendidik Sebaya YHP.
“Kegiatan ini memberi saya kesempatan untuk bertemu dengan begitu banyak teman baru seusia saya, mendapatkan pengetahuan baru untuk konsisten menerapkan gaya hidup sehat,” – Naomi, Pendidik Sebaya YHP.
“Saya jadi tau kalau merokok dan kurang gerak bisa menyebabkan penyakit tidak menular,” – Gisella, Pendidik Sebaya YHP
Menerapkan gaya hidup sehat memang tidak semudah membalikan telapak tangan. Perlu komitmen kuat dan konsistensi untuk memulainya. Selain itu, kerja sama antara orang tua dan pemangku kebijakan pun sangat penting untuk ikut turut mendukung dan menyediakan lingkungan yang ramah remaja. Perubahan besar di masyarakat tidak akan terjadi tanpa perubahan-perubahan kecil. Hal ini dapat kita wujudkan dengan memulai dari diri kita sendiri dan dukungan dari banyak pihak.
Penulis : Ayu Herawati,
Editor : Annisa Hanifa