Krisis air bersih menjadi salah satu dampak dari kekeringan berkepanjangan akibat krisis iklim. Di beberapa tempat, warga harus membeli air bersih dengan harga yang cukup mahal. Bahkan, untuk mendapatkan air, warga berjalan selama berjam-jam ke sumber air guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Anton Nesimnasi selaku tokoh masyarakat setempat menyampaikan betapa sulitnya memperoleh air bersih apalagi saat musim panas. Terkadang mereka harus membeli air. “Kami bisanya beli air Rp10.000,- untuk lima jerigen yang masing-masing jerigen berisi 20 liter air, berarti lima jerigen kami dapat 100 liter air bersih.”
Setiap kepala keluarga biasanya menghabiskan Rp30.000,- setiap minggunya, jadi kalau satu bulan kami harus keluarkan uang sebanyak Rp120.000,- itupun hanya untuk memenuhi kebutuhan makan, dan minum belum untuk kebutuhan MCK dan air minum untuk ternak, jelas Anton.
Ketersediaan air bersih yang bisa dijangkau dalam waktu yang singkat menjadi penting dalam upaya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dari masyarakat desa terutama anak-anak. Selain itu, tingginya angka stunting dan juga upaya pencegahan yang menjadi lamban, juga disebabkan oleh akses air bersih yang sangat terbatas dan dengan jarak yang sangat jauh dan lebih dari 30 menit.
Desa Oelet di Kecamatan Amanuban Timur, merupakan salah satu desa dampingan Plan Indonesia yang mengalami kesulitan akses air bersih. Berdasarkan survei yang dilakukan pada Desember 2023 oleh Plan Indonesia, akses ke sumber air di desa tersebut sangat jauh dan sulit dijangkau karena jalannya yang harus menuruni bukit yang terjal dan jauh dari pusat pemukiman penduduk. Kondisi ini mendorong Plan Indonesia untuk mendukung pembangunan sarana air bersih, melalui pendanaan dari Pasar Modal Indonesia, yang meliputi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI), Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Pembangunan sarana air bersih ini berupa 500 meter jaringan pipa transmisi, 900 meter jaringan pipa distribusi, 1 unit sumur sadapan air dan pompa air, 1 unit reservoir utama, 1 unit pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), 1 unit box valve atau kotak katup, dan 3 hidran umum. Selain itu, tokoh masyarakat setempat melalui Badan Pengelola Sitem Penyediaan Air Minum (BP SPAM) akan mengusulkan perluasan jaringan dengan pendanaan dari dana desa untuk membangun dua hidran umum.
Proses pembangunan sarana air bersih
Proses pembangunan berlangsung dalan waktu tiga bulan, dan sesuai dengan jangka waktu yang di sepakati dalam kontrak kerja, melalui kerjasama dengan mitra implementasi yaitu Green Water Life. Pekerjaan dimulai pada Juli hingga Oktober 2024.
Keberhasilan proyek ini tidak lepas dari partisipasi aktif masyarakat Desa Oelet yang secara sukarela membantu pekerjaan yang dibagi setiap RT. Selain itu, masyarakat juga secara swadaya mempersiapkan material lokal berupa batu dan kayu bulat. Pembagian kerja melibatkan semua masyarakat yang akan memanfaatkan air tersebut, dengan monitoring oleh Dusun, RT, dan Kepala Desa sehingga pekerjaan bisa selesai tepat waktu dan berhasil diresmikan pada 2 Desember 2024.
Ibu Zernimawati, mewakili kaum perempuan di Desa Oelet merasa lega dan sangat-sangat bersyukur atas pembangunan sarana air bersih di desanya.
“Dulu kami harus membuang waktu lebih dari satu jam untuk mengambil air, kami juga diperhadapkan dengan keadaan jalan melewati hutan dan bukit yang terjal sehingga ini sangat melelahkan, untuk itu kami juga berterima kasih kepada semua donator dan pihak Plan yang sudah berbaik hati kepada kami. Kini kelelahan bersama terbayar sudah,” ucap Ibu Zernimawati.
Ia juga menambahkan bahwa anak-anak juga sudah jarang terlambat ke sekolah dan memiliki waktu bermain lebih.