
Lombok, 27 Februari 2020—Sebanyak 1.171 sekolah di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat rusak akibat serangkaian gempa di pulau ini pada Juli dan Agustus 2018 yang berkekuatan 5,4 sampai 7 skala richter. Salah satu sekolah yang mengalami rusak berat adalah SDN 5 Sokong di Lombok Utara. Hingga kini, SDN 5 Sokong masih menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di tenda darurat dengan waktu belajar yang lebih singkat dan fasilitas pendidikan seadanya.
Kabar baiknya, gedung sekolah ini akan dibangun kembali dengan menerapkan konsep aman bencana atas dukungan dari Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) dan PT. Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI). Peletakkan batu pertama pembangunan sekolah ini dilakukan pada 27 Februari 2020, dihadiri Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Utara, perwakilan dari Plan Indonesia dan PT SMI (Persero).
“Rusaknya bangunan sekolah menghambat hak anak untuk mengakses layanan pendidikan secara maksimal. Plan Indonesia ingin memastikan anak-anak terdampak bencana dapat melanjutkan kegiatan belajar dalam kondisi yang aman”, ujar Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Plan Indonesia.

Pembangunan sekolah ini sekaligus akan menjadi proyek percontohan (pilot project)dari penerapan tiga Pilar Satuan Pendidikan Aman Bencana secara komprehensif. Tiga pilar ini terdiri atas fasillitas sekolah aman bencana, manajemen bencana di sekolah dan ketangguhan pendidikan bencana di sekolah.
Secara khusus, pembangunan kembali SDN 5 Sokong akan menerapkan pilar pertama. Struktur dan pemilihan bahan bagunan akan disesuaikan dengan kondisi risiko bencana di Provinsi NTB, sehingga bisa lebih kuat. Desain pembangunan SDN 5 Sokong juga akan memerhatikan kebutuhan orang dengan disabilitas, sehingga sekolah lebih inklusif. Selain itu, kebutuhan akan sanitasi yang baik untuk mendukung manajemen kebersihan menstruasi juga akan diintegrasikan ke dalam desain dan implementasi pembangunan.
Berada di lingkungan rawan bencana menuntut ketangguhan masyarakat terhadap bencana. Selain memastikan struktur bangunan yang lebih tahan bencana (gempa bumi), perlu kapasitas untuk memitigasi dan menurunkan risiko bencana. Tak hanya bangunan fisik, peningkatan kapasitas tenaga pendidik dan staf sekolah juga akan diberikan. Harapannya, mereka dapat memahami manajemen bencana di sekolah dan melatih siswa dan siswi meminimalisasi risiko jika bencana terjadi.
“Kapasitas ini penting diarusutamakan di sektor pendidikan khususnya lingkungan sekolah, mengingat anak sering kali menjadi kelompok yang paling rentan terkena dampak saat bencana terjadi”, ujar Dini.
Sebagai bentuk kontribusi di sektor pendidikan pasca Gempa Lombok tahun 2018, Plan Indonesia telah mengimplementasikan beberapa proyek Pendidikan Dalam Situasi Darurat. Tujuannya untuk meningkatkan akses pendidikan yang aman dan dapat mencapai kualitas pendidikan yang baik dalam situasi darurat.
Selain sektor pendidikan, Plan Indonesia bersama mitra implementasi juga memberikan bantuan non-pangan, sanitasi dan air, serta layanan perlindungan anak sesaat setelah bencana terjadi di Lombok antara 29 Juli 2018 sampai 28 Februari 2019. Seluruh bantuan ini telah menjangkau sekitar 6.899 keluarga sebagai penerima manfaat.