“Selama saya bergabung di YAP banyak sekali nilai-nilai yang saya dapat dari Plan dan mengakar di saya” ucap Ridwan, anggota Youth Advisory Panel (YAP) Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) asal Jakarta.
Dari tahun 2014-2019 Ridwan menjadi youth advisor untuk memberikan masukan dalam perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi proyek-proyek Plan Indonesia. Proyek-proyek Plan Indonesia memang terfokus untuk pemenuhan hak anak dan kesetaraan anak perempuan.
Pengalaman Ridwan di YAP membuka pintu-pintu lain untuk Ridwan terlibat dalam proyek dan kegiatan yang bertujuan untuk pemenuhan hak anak dan kesetaraan. Salah satunya adalah keterlibatan Ridwan dalam merevisi pedoman Forum Anak Nasional.
“Selama saya bergabung di YAP, saya bukan hanya diberi kesempatan untuk memberikan masukan dan rekomendasi untuk program program Plan Indonesia, tapi saya juga diberikan ilmu baru yang berharga. Saya belajar tentang pentingnya partisipasi anak dan kaum muda, tentang hak anak, dan hak asasi manusia. Pelajaran-pelajaran itulah yang saya terapkan dalam kehidupan saya dan organisasi yang saya terlibat didalamnya.” Sambung Ridwan saat sesi bincang-bincang di sela kegiatan Youth Advisory Panel Annual Meeting yang diselenggarakan di Jakarta pada 5-9 Agustus 2019.
Saat awal Ridwan mengenal Plan Indonesia, ia mengikuti kegiatan pelatihan Child Centrered Community Development (CCCD). Di mana, ini menjadi titik mula ia mengenal dan memahami 4 pilar partisipasi anak dan tertarik bergabung menjadi anggota YAP.
“Terdapat 4 pilar partisipasi anak (walaupun sekarang sudah ada 5), yaitu anak dikapasitasi, anak diajak observasi dan melihat kondisi lapangan, anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan (misalnya aktif dilibatkan dalam rencana aksi daerah, aksi nasional, dan aktif di Musyawarah Rencana Pembangunan), dan yang terakhir anak dilibatkan untuk memonitor apakah rekomendasi dan keterlibatannya ditindaklanjuti dalam implementasi atau kebijakan.” Hal inilah yang kemudian dirangkum Ridwan dalam usulan revisi pedoman Forum Anak Nasional. Usulan Ridwan praktis menjadi satu bab tersendiri dalam Pedoman Forum Anak Nasional dengan 4 pilar: Anak Belajar, Anak Melihat, Anak Dilibatkan, Anak Memonitor.
Ridwan saat ini juga aktif dalam berbagai organisasi. Salah duanya adalah sebagai sekretaris Yayasan Rumah Kita dan aktif dalam Komunitas Anak Panti. Menurutnya, pengalaman bertemu dengan teman-teman dari Lembata, Kefamenanu, dan daerah dampingan Plan Indonesia di luar pulau Jawa memberikan banyak sekali pelajaran. Ia jadi memahami berbagai isu-isu dan permasalahan yang terjadi di luar daerahnya.
Ada harapan Ridwan tehadap Plan Indonesia, melainkan untuk tambah lagi melibatkan kaum muda dalam pengambilan keputusan, baik dari tingkat program, usulan pembuatan kebijakan, juga melalukan advokasi ke pemerintah untuk turut merangkul dan memberdayakan anak dan kaum muda. Selain itu, harapannya ke depan Plan Indonesia bisa merangkul dan mengkapasitasi lebih banyak kelompok muda.
Diskusi malam itu ditutup dengan pembahasan isu kesetaraan. Ridwan mempunyai beberapa pesan. Harapnya agar kaum laki-laki mau memberikan ruang, kesempatan, dan porsinya kepada kaum perempuan. Menurutnya dalam konteks kesetaraan gender di Indonesia, kaum laki-laki lah yang paling berperan, terutama terkait konteks budaya dan agama. “jadi saya sangat berharap untuk laki-laki mau memberikan kesempatan yang setara untuk kaum perempuan. Ohya, saya juga nggak mau lagi tuh ada diskriminasi untuk kaum marginal, baik dia orang dengan disabilitas, anak jalanan, atau diskriminasi berlandaskan agama. Semua orang harus diberikan hak dan kesempatan yang setara. Bukalah forum-forum yang inklusif” ucap Ridwan saat diskusi mengenai isu kesetaraan.