Meskipun sinar matahari menyinari Soe dengan sempurna, namun suhu kantor desa tempat pelatihan menulis kala itu diselimuti dengan kesejukan. Para peserta dan pendamping duduk dengan tenang sembari mendengarkan para fasilitator menerangkan teknik dasar penulisan. Tampak di ujung barisan seorang anak laki-laki berpakaian biru terang yang sedang sibuk mencatat. Anak itu bernama Gilbert, namun ia biasa dipanggil dengan nama Gibe.
Gibe merupakan salah satu peserta pelatihan menulis, kegiatan kerjasama Yayasan Plan International Indonesia dengan Tempo Institute, di Kabupaten Timor Tengah Selatan pada tanggal 11-13 Juli 2019. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini merupakan satu dari tiga peserta laki-laki dari total 18 peserta.
Rangkaian kegiatan pelatihan menulis dibuka dengan sesi tentang Gender dan Inklusi Sosial oleh Om Albert dari Plan Indonesia. Selama hampir dua jam para peserta diberikan pemahaman mengenai makna kesetaraan dan distribusi akses yang merata. Gibe merasa sesi tersebut sangat berguna baginya meskipun ia merasa sesi tersebut masih singkat. Ia berharap bahwa sesi Gender dan Inklusi Sosial dapat diperpanjang durasinya sehingga ia dapat lebih memahami materi yang diberikan.
Hari kedua dimulai dengan permainan untuk mencairkan suasana. Sesi tersebut diisi dengan gelak tawa para peserta. Setelah itu, fasilitator memberikan materi dasar penulisan tentang struktur kalimat dan tata cara penulisan Bahasa Indonesia yang sesuai kaidah yang benar, mengenai cara menggali ide, dan sudut pandang dalam membuat tulisan.
Salah satu sesi yang paling berkesan untuk Gibe adalah mengenai Apa-Dimana-Kapan-Siapa-Mengapa-Bagaimana (ADIKSIMBA). Pada sesi itu, peserta dibagi dalam enam kelompok yang masing-masing merepresentasikan tiap kata tanya. Sejuknya angin semilir di pekarangan kantor desa makin mengakrabkan para peserta dan fasilitator. Dari sesi tersebut Gibe belajar untuk membuat poin-poin dari sebuah tulisan supaya tulisan yang ia buat dapat lebih kaya dan lengkap.
Gibe mengungkapkan bahwa pelatihan menulis ini sangat bermanfaat baginya karena ia suka menulis. Ia memiliki keinginan untuk menulis mengenai mendiang Ibunya. Ia bercerita bahwa ibunya meninggal dunia saat Ia masih berusia tiga bulan dan Ia selalu menanyakan tentang sosok ibunya kepada sang bapak. Gibe dibesarkan oleh neneknya hingga akan masuk SMA. Kisah hidupnya ini ingin Gibe abadikan dalam sebuah tulisan. Melalui tulisan, seseorang dapat menjadi abadi. Mungkin itu yang diharapkan oleh Gibe. Supaya memori mengenai keluarganya tak lekang oleh waktu.
Oleh: Hanna Vanya