Hilmi, 35, selalu merasa was-was tiap kali harus membuang hasil sedot tinja para pelanggannya ke sawah, pinggiran sungai, atau kali, di sekitar kota Mataram dan sekitarnya. Biasanya jika ada warga yang melihatnya, dia akan diteriaki bahkan dikejar warga dengan parang. Dia tahu yang dia lakukan salah, namun dia merasa tidak punya pilihan lain. Menurutnya tidak ada lokasi memadai untuk menampung limbah tinja yang dia angkut.
Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram memang menyediakan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kabupaten Lombok Barat, namun lokasinya dianggap cukup jauh dan memakan biaya bahan bakar yang cukup membebani Hilmi. Hal yang sama juga dilakukan sejumlah pengusaha sedot tinja lainnya di Mataram, yang tentu saja jika dibiarkan akan membebani kondisi sanitasi Kota Mataram.
“Kalau mereka terus membuang limbah tinja ke sungai, atau secara sembarangan, semakin mencemari sumber air baku, air tanah yang mengandung e-coli dan zat berbahaya lainnya, yang kemudian secara tidak langsung terkonsumsi manusia. Itu berbahaya. Prosedurnya, limbah lumpur tinja yang disedot di rumah tangga itu seharusnya masuk ke IPLT yang ada di Kebon Kongok. Namun, mereka bilang kejauhan untuk dijangkau. Tapi keberadaan pengusaha sedot tinja juga penting. Mengingat armada kita hanya ada dua unit saja. Jadi harus ada win-win solution untuk hal ini,” jelas Kepada Bidang (Kabid) Pengendalian, Pencemaran, dan Peningkatan Kapasitas SDM, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram, Mohammad Zaki.
Karena itu Pemkot Mataram melalui Kelompok Kerja Perumahan, Permukiman, Air Minum dan Sanitasi (Pokja PPAS) mengajak Hilmi bersama 24 pengusaha sedot tinja lainnya agar lebih peduli dengan kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan yang aman, dengan memberikan pelatihan dan edukasi tentang arti penting membuang limbah tinja pada lokasi yang disediakan. Termasuk dalam membuka cara berpikir pengusaha sedot tinja tentang arti penting Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang Berkesetaraan Gender dan Inklusif (STBM-GESI).
Di dukung penuh oleh proyek Women and Disability Inclusive WASH and Nutrition Sensitive Project (WINNER) Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), pelatihan dan edukasi tersebut telah membuat Hilmi dan kawan-kawannya tercerahkan. Pokja PPAS didampingi Plan Indonesia juga memberikan solusi bagi pengusaha sedot tinja dengan menyediakan tempat pembuangan limbah sementara di Kelurahan Tanjung Karang Permai, Kecamatan Sekarbela, dengan kapasitas 30.000 liter kubik.
Hilmi mengatakan, saat ini dia dan teman-teman sesama usahawan sedot tinja merasa lebih tenang bekerja, dan tidak merasa bersalah lagi, karena kini mereka bisa membuang limbah tinja pada tempatnya. Dia juga senang pihaknya dianggap bagian penting dalam berkontribusi untuk kesehatan dan kebersihan lingkungan Kota Mataram.