Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan mitra lainnya mengajak kaum muda di seluruh Indonesia untuk bersama-sama menggaungkan aksi melawan kekerasan berbasis gender dalam situasi bencana melalui Kompetisi Generasi Muda Tangguh Bencana (GenTa). Kompetisi daring melalui media sosial yang telah dilaksanakan selama tiga sesi ini, berhasil melibatkan ratusan kaum muda dan menghasilkan lebih dari satu juta interaksi di media sosial.
Tak hanya sekedar menghasilkan karya, para peserta juga mendapatkan edukasi tentang pencegahan kekerasan berbasis gender dalam situasi bencana melalui platform daring GenTa. Platform yang dikembangkan sejak Januari 2023 ini memiliki berbagai materi pembelajaran yang berasal dari berbagai lembaga yang mendukung ketangguhan kaum muda, baik lembaga pemerintah maupun non-pemerintah.
Platform GenTa memiliki 9 topik utama yang bisa dipelajari kaum muda. Topiknya yaitu Pengurangan Risiko Bencana (PRB), Adaptasi Perubahan Iklim (API), Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial, Perlindungan Anak dan Kaum Muda, Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial, Literasi Digital, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Literasi Finansial dan Kewirausahaan, Mengenal dan Mengembangkan diri.
Yuk kita simak, apa tanggapan para pemenang Kompetisi GenTa setelah mengikuti kompetisi ini?
Hanna – Youth Content Creator dari Balikpapan
Kasus kekerasan yang terjadi di berbagai tempat dan melibatkan semua usia serta gender mendorong saya, sebagai seorang content creator, untuk bersuara keras tentang krisis kesadaran masyarakat terkait masalah ini. Saya membuat konten video animasi yang menyoroti berbagai bentuk kekerasan, termasuk kekerasan berbasis gender dalam situasi bencana, sesuai tema yang diangkat dalam kompetisi GenTa.
Dalam kompetisi ini, peserta diwajibkan mempelajari modul mendalam tentang kekerasan berbasis gender. Meski memerlukan waktu hampir seharian untuk mempelajarinya, saya sangat menikmati proses ini yang membuka pandangan saya tentang berbagai bentuk kekerasan, penyebab, dampak, serta pencegahan dan penanganannya. Ice breaking seperti teka-teki silang (TTS) menambah keseruan dalam belajar, meskipun saya tidak berhasil menjawab satu soal.
Setelah memahami semua materi, saya membuat video animasi yang merangkum inti-inti pembelajaran saya. Saya merasa sangat puas karena dapat menyampaikan pesan penting ini kepada audiens dengan cara yang menyenangkan dan informatif.
Aji – Mahasiswa asal Surabaya
Sebagai mahasiswa di salah satu kampus di Surabaya, saya selalu berusaha untuk memiliki kesadaran dan keterbukaan terhadap isu-isu sosial. Keterlibatan aktif dalam organisasi, prestasi akademik, dan partisipasi dalam berbagai perlombaan adalah bagian penting dari perjalanan saya.
Pada November 2023, saya mengikuti pelatihan daring bernama GenTa yang sangat berkesan tentang kekerasan berbasis gender dalam situasi darurat bencana, diselenggarakan oleh Yayasan Plan International Indonesia. Platform daring GenTa menyoroti peran penting kaum muda dalam mengatasi kekerasan berbasis gender dalam situasi darurat. Saya belajar tentang strategi mitigasi, pendekatan berbasis komunitas, dan pentingnya aksi cepat dalam menangani kasus-kasus tersebut.
Setelah kursus, saya mengikuti lomba desain GenTa Challenge dengan tema “Peran Kaum Muda dalam Mitigasi Kekerasan Berbasis Gender dalam Situasi Darurat”. Desain saya menekankan pentingnya peran kaum muda dalam mengatasi kekerasan berbasis gender dan dilengkapi dengan aplikasi interaktif untuk pelaporan kasus kekerasan dan akses bantuan cepat. Dengan riset mendalam dan pemahaman baru yang saya peroleh, saya meraih juara III. Prestasi ini bukan hanya kemenangan pribadi, tetapi juga upaya untuk mengangkat isu penting kekerasan berbasis gender.
Nadia – Murid SMA di Kota Sukabumi
Sebagai murid SMA di Kota Sukabumi, saya sering kali kesulitan menemukan waktu untuk mengejar hobi saya di tengah kesibukan sekolah. Namun, saya merasa belajar di sekolah saja tidak cukup untuk memahami lingkungan sekitar. Pada 25 Februari, saya memutuskan untuk berpartisipasi dalam GenTa Challenge #2, sebuah kampanye melawan kekerasan berbasis gender dalam situasi bencana yang diselenggarakan oleh Plan Indonesia bekerja sama dengan BNPB. Kompetisi ini menantang peserta untuk mendesain kaus dan totebag. Saya pun mengusulkan desain dengan tema “Dare to Speak Out, Stop Gender Violence”. Karya saya menggambarkan kondisi ideal tanpa kekerasan, di mana anak-anak bisa bermain dengan aman meskipun berada dalam situasi bencana.
Karena diadakan secara daring, saya bisa berkreasi dengan bebas dari rumah, menghemat tenaga dan biaya. Sebelum merancang desain, saya mengikuti pelatihan online gratis dari platform GenTa yang memberikan pemahaman tentang penanggulangan bencana, dukungan psikososial, dan kebijakan iklim. Pelatihan ini sangat membantu saya dalam menampilkan ide dan gambaran untuk desain kaus dan totebag.
Mengikuti kegiatan ini membuat saya sadar bahwa kekerasan bisa terjadi bahkan dalam situasi darurat. Saya belajar pentingnya pendidikan masyarakat, dukungan kebijakan publik, dan dukungan terhadap lembaga yang bekerja dengan penyintas kekerasan. Kegiatan ini memotivasi saya untuk terus berpartisipasi dalam aksi nyata bagi lingkungan sosial, baik terkait kekerasan gender, perubahan iklim, kesetaraan gender, maupun kesehatan mental.
Andari – Kaum Muda Kota Bekasi
Lima tahun lalu, pada 2019, saya menjadi finalis dalam ajang Girls Takeover untuk peringatan Hari Anak Perempuan Nasional yang diadakan oleh Plan Indonesia di Nusa Tenggara Timur. Pengalaman ini membuka mata saya terhadap pentingnya menyuarakan isu perempuan dan anak, terutama mengenai kekerasan berbasis gender dan Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO).
Tahun ini, Plan Indonesia bersama Urban Nexus mengadakan kompetisi GenTa Challenge dengan tema “Stop Kekerasan Berbasis Gender dalam Situasi Bencana”. Kompetisi ini mendorong saya kembali untuk mengkampanyekan isu penting ini melalui media sosial saya. Kursus dan pelatihan yang diselenggarakan sangat membantu dan bermanfaat dalam memperdalam pengetahuan saya.
Saya semakin menyadari betapa minimnya ruang yang aman dari kekerasan gender. Di lingkungan saya, banyak yang masih menganggap kekerasan gender sebagai hal yang tabu dan sering menyalahkan korban. Ironisnya, kekerasan berbasis gender juga bisa terjadi di posko-posko pengungsian, yang seharusnya menjadi tempat perlindungan bagi para penyintas bencana. Dengan mengikuti kampanye ini, saya berharap bisa menyadarkan masyarakat di lingkungan saya dan di media sosial tentang pentingnya memahami dan mencegah kekerasan berbasis gender
Nailul – Kaum Muda Kota Bandung
“Bencana dalam bencana” adalah frase yang membekas di ingatanku saat mengikuti kompetisi Lomba Video GenTa Challenge #3 dengan tema “Stop Kekerasan Berbasis Gender dalam Situasi Bencana.” Awalnya, istilah ini terasa asing bagiku dan memunculkan banyak pertanyaan. Apa yang dimaksud dengan bencana yang mendatangkan bencana lain?
Sedikit cerita tentang pengalaman mengikuti kompetisi ini, kami sebagai peserta diharuskan mempelajari materi berjudul ‘Kekerasan Berbasis Gender pada Situasi Darurat’ di platform GenTa secara daring. Materi ini sangat krusial dan kompleks, mulai dari glosarium, pengenalan gender, tantangan dan masalah gender di situasi bencana, hingga pencegahan kekerasan berbasis gender. Setiap sesi kursus disertai dengan pertanyaan untuk menguji pemahaman kami. Setelah menyelesaikan kursus ini, kami mendapatkan sertifikat sebagai syarat pendaftaran lomba.
Seperti ‘menyelam sambil minum air’, mengikuti perlombaan ini sekaligus memberikan banyak wawasan menarik terkait kekerasan berbasis gender pada situasi bencana. Istilah “bencana dalam bencana” akhirnya terjawab. Ternyata, dalam situasi bencana, potensi kekerasan berbasis gender meningkat. Kekerasan yang terjadi di tempat pengungsian mencakup kekerasan terhadap perempuan, eksploitasi anak, kekerasan seksual, dan pemberian bantuan yang bias gender. Hal ini disebabkan oleh stress akibat kehilangan harta benda dan kondisi pengungsian yang tidak memadai, seperti kurangnya privasi dan fasilitas sanitasi.