Salah satu hal yang istimewa dari Plan adalah kesempatan untuk menjadi duta, kesempatan menjalin pertemanan. Kesempatan untuk saling belajar. Kesempatan untuk melihat dunia lain. Tanpa harus mengalami dan melihat langsung. Lewat tulisan. Kelihatannya sederhana, namun selembar surat dapat mengungkapkan banyak hal.
Sekian lama menjadi bagian tim sponsorship komunikasi membuat kami turut menyaksikan beragam cerita tentang pengalaman, harapan, dan impian tidak hanya orang tua tetapi juga para penulis anak yang dibagikan kepada sponsor nun dinegeri jauh. Tiap tulisan punya kisahnya sendiri.
Lewat tulisan pembaca seolah melihat bagaimana masing masing anak berkembang. Saat belum bisa merangkai kata dengan lengkap menjadi surat yang penuh makna. Yang awalnya hanya beberapa kata, seiring waktu dan pertambahan usia, menjadi sehalaman penuh. Ceritanya pun makin banyak. Dari hanya ucapan perkenalan singkat disertai ungkapan terima kasih menjadi lebih panjang dengan cerita pengalaman di rumah, di sekolah, bersama keluarga, teman-teman, saat-saat sulit, saat senang, musim-musim yang dijalani. Terlebih saat mulai mengikuti kegiatan Plan Indonesia.
Semakin banyak kegiatan yang diikuti semakin beragam hal yang diceritakan dan dibagikan. Semakin sering menulis, semakin terasah kemampuan kognitif mereka. Dari sekian banyak surat yang ditulis dan dikirim, ada satu surat yang isinya bisa menggambarkan bagaimana upaya Plan membawa dampak demikian besar pada kehidupan seseorang.
“Sekarang aku akan melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi dengan mengambil studi disalah satu universitas terbaik di Indonesia. Salah satu disiplin ilmu yang mempelajari peraturan perundang-undangan yang menjadi payung hukum bagi perlindungan perempuan dan anak”
Isi surat ini penuh tekad dan sang penulis jelas tahu tujuan apa yang akan dicapainya. Tulisan itu adalah penggalan dari 4 halaman surat
Marshanda, salah seorang anak sponsor yang ditulis sebagai surat perpisahan kepada sponsor. Tahun ini Marshanda baru saja menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya. Bisa diyakini sponsor Marshanda tentu akan sangat bangga membaca surat ini. Hal yang mendorong seseorang menjadi sponsor salah satunya dilandasi harapan bahwa dukungan mereka akan membawa perubahan pada kondisi kehidupan anak-anak lain.
Untuk Marshanda sendiri, lebih dari separuh usianya sebagai sponsored child. Dia mulai menjadi sponsored child sejak berusia kurang lebih 5 tahun hingga akhirnya lulus di usia 18 tahun pada tahun ini. Terlepas dari rencana Marshanda akan segera terlaksana ataupun untuk sementara harus tertunda karena berbagai kendala seperti kondisi keluarga yang belum memungkinkan, namun tekad kuat seperti itu tidak banyak ditemui pada tulisan remaja lain.
Marshanda menceritakan bagaimana situasi dan realitas kehidupan sehari-hari pada masa kecilnya mempengaruhi dirinya sebagai gadis kecil “Dulunya aku hanya seorang gadis kecil yang sulit untuk mengekspresikan diriku. Besar dan tumbuh di daerah dengan budaya
patriarki yang sangat kuat membuat diriku sulit untuk berkembang”.
Namun dalam perjalanan waktu bersama Plan, Marshanda menemukan pengalaman baru yang merubah dirinya sehingga menjadi Marshanda sebagai remaja yang dikenal banyak orang sekarang ini.
“….saat itu juga Plan International Indonesia mengadakan sebuah kegiatan Memilih Masa Depan. Untuk menggantikan waktu luangku sehingga tidak terbuang sia-sia aku mulai berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. melalui kegiatan MAPAN tersebut, membuatku sangat tertarik materi-materi tentang perkawinan usia anak, kesetaraan gender dan kesehatan reproduksi. Sejak itu aku menjadi aktif untuk menyuarakan issue-issue tersebut dilingkunganku”.
Marshanda membuktikan dirinya tidak hanya menjadi peserta pelatihan yang pasif tetapi aktif bersuara. Selain mengikuti kelas MAPAN, Mashanda juga aktif sebagai bagian dari anggota Youth Advisory Panel (YAP). Marshanda mengakui dapat mengembangkan diri lewat kegiatan MAPAN hingga membawanya menjadi Ketua OSIS di sekolahnya. Apa yang sudah dicapai oleh Marshanda saat ini suatu saat kelak dapat mengantar dirinya untuk menjadi pemimpin dilingkup yang lebih besar. Berbekal pemahaman yang diperoleh terkait hal hal yang sangat erat kaitannya dengan situasi sehari-hari dan mengena bagi remaja dan kaum muda, maka akan lebih mudah baginya untuk turut membantu mempengaruhi pandangan remaja dan kaum muda lain.
Bagaimana Marshanda bisa berada pada tahap seperti sekarang ini tentu bukan proses yang singkat. Semuanya melewati waktu yang panjang. Tidak seperti bantuan yang sifatnya karitatif, pelatihan-pelatihan peningkatan kapasitas diri baru terasa manfaatnya setelah sekian waktu berselang dan membutuhkan ketekunan, komitmen, kesabaran serta yang tak kalah penting adalah dukungan dari keluarga. Keluarga sebagai lingkup terkecil dalam masyarakat sangat berperan membentuk nilai nilai dan konsep diri dari seorang anak.
Sesuatu yang dianggap pencapaian atau kesuksesan akan menjadi contoh dan akan diikuti oleh yang lain. Keluarga dari anak lain akan terdorong untuk menganjurkan anak anak mereka ikut bergabung dalam kegiatan kegiatan serupa. Karenanya sangat penting bagi orang tua untuk setidaknya memahami kegiatan-kegiatan yang diikuti oleh anak anak mereka.
Ini bisa dimulai dari kegiatan seperti event anak yang merupakan kegiatan yang secara rutin dilakukan Plan bersama anak di tingkat desa. Dalam event ini, anak terlibat dan tampil dalam kegiatan yang diminati seperti pembacaan puisi, tarian, menyanyi dan juga menggambar serta mewarnai. Semuanya seru dan menyenangkan dan sesuai dengan usia anak. Kegiatan event anak selalu ditunggu tidak hanya oleh anak tetapi juga keluarga mereka. Tujuan dari kegiatan ini salah satunya adalah menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri juga kreatifitas anak sesuai dengan bakat yang dimiiliki. Pada sisi yang lain, orang tua pun akan sangat bangga jika anak anak mereka bisa tampil dengan semangat, riang gembira dan penuh rasa percaya diri.
Sejak bulan Agustus kemarin, kelas MAPAN dengan dukungan Plan sedang berjalan di 3 desa serta 13 sekolah. Selain itu juga ada 3 desa lain, masih dalam wilayah dampingan Plan yang mereplikasi dengan pembiayaan dari pemerintah desa setempat. Hal ini patut disyukuri karena dengan demikian, upaya advokasi Plan membuahkan hasil dan pemerintah desa mulai menyadari pentingnya kegiatan-kegiatan yang menyasar anak, remaja dan kaum muda untuk didukung. Membangun sumber daya manusia tidak kalah pentingnya dari pembangunan infrastruktur.
Jika sejak dini dibekali tidak hanya dalam pendidikan yang sifatnya formal di sekolah, namun juga kegiatan-kegiatan luar sekolah yang menambah wawasan, ketrampilan dan percaya diri, maka suatu waktu kelak warga desa akan merasakan manfaatnya lewat sekian banyak anak muda yang punya potensi. Tidak menutup kemungkinan kiprah mereka tidak hanya dilingkup desa tetap juga pada lingkup yang lebih luas. Mereka akan menjadi calon calon pemimpin masa depan yang memiliki kepedulian terhadap issue issue social dan lingkungan. Replikasi oleh pemerintah desa juga menjawab keterbatasan Plan untuk menjangkau sebanyak mungkin anak, remaja dan kaum muda. Selain itu diharapkan dapat memastikan keberlanjutan kegiatan tersebut. Jika tahun ini ada 3 desa yang mereplikasi dengan dana dari desa maka bukan hal mustahil pada tahun tahun mendatang dukungan untuk pelatihan pelatihan serupa juga dilakukan oleh pemerintah desa lain. Dengan jumlah peserta 25 – 30 anak dan 69 sesi (berdurasi 6 – 8 bulan) dan sebagian anak dan remaja dengan dukungan orang tua serta guru dapat terus tekun untuk mengikuti semua sesi hingga tuntas, kita harus menaruh harapan besar bahwa suatu saat akan membaca surat dari Marshanda Marshanda lain yang punya cerita berbeda namun dengan tekad dan impian yang sama. Waktu yang akan menjawab…
Penulis: Micella Siahaya – PIA Nagekeo