Indonesia sangat rentan terdampak oleh perubahan iklim, yang berpotensi mengancam dan mengganggu penghidupan masyarakat serta menimbulkan ancaman bencana lainnya. Perubahan iklim pada umumnya dapat diukur dengan kenaikan suhu dan curah hujan. Kenaikan suhu mengancam terjadinya cuaca ekstrem yang dapat di lihat dengan tingkat curah hujan, kecepatan angin, kenaikan air laut, kekeringan dan banjir. Pada sektor air perubahan iklim akan menyebabkan kekurangan air tanah dan kenaikan permukaan air laut yang dapat memengaruhi ketersediaan air.
Kekurangan air juga dapat menyebabkan kegagalan panen karena matinya lahan produktif atau tidak menghasilkan karena ancaman kekeringan atau musim kemarau yang berkepanjangan. Kekeringan juga akan membawa dampak pada ketersedian air, sanitasi dan kesehatan (water, sanitation, hygiene/WASH) yang berpengaruh pada tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat terutama kaum rentan, seperti anak-anak, perempuan, orang dengan disabilitas dan lansia. Selain itu, terjadinya krisis air seperti minimnya akses pada sumber air dan sanitasi, matinya sumber air karena ancaman bencana, kualitas air yang buruk karena polusi dan terjadinya degredasi ekosistem dan matinya keanekaragaman hayati juga menjadi ancaman.
Perubahan iklim saat ini tengah menjadi sorotan dunia, di mana dampak yang dihasilkan berpotensi merusak akses dan layanan air minum, sanitasi, dan higienitas (WASH) dalam skala besar. Dampak ini diprediksi akan terus bertambah di kemudian hari, dan berimplikasi pada target-target pemenuhan akses dan layanan WASH yang telah dimandatkan oleh pemerintah dalam RPJMN tahun 2024 dan SDGs di tahun 2030. Oleh karena itu, diperlukan pola adaptasi yang terkelola dengan baik terutama pada sektor WASH.
Baca selengkapnya di sini