Nama saya Margareta Ose Making, atau biasa dipanggil sebagai Mama Eta (54 tahun). Saya adalah ASN dan tenaga kesehatan dari Lembata, Nusa Tenggara Timur.
Bagaimana Anda mengenal Plan Indonesia?
Saya mengenal Plan Indonesia sejak 2008, melalui kegiatan Desa Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKBHI) melalui proyek Model Opsi dan Peluang Hidup yang Lebih Baik (BLOOM) di bawah Program Perlindungan dan Tumbuh Kembang Anak dari Plan Indonesia.
Ketika itu, saya menjadi relawan fasilitator. Sekarang, saya sudah terlibat dalam berbagai kegiatan Plan Indonesia, termasuk sebagai fasilitator kegiatan Asuhan Dini Tumbuh Kembang Anak (ADITUKA), narasumber BKBHI, fasilitator desa untuk program BLOOM, dan menjadi trainer untuk kegiatan Pilih Masa Depan dan SIAP Bekerja dari program BLOOM.
Selain berkegiatan bersama Plan Indonesia, saya beraktivitas sebagai ASN, sebagai sekretaris PKK Kecamatan Ile Ape, juga bidan koordinator untuk menekan angka kematian ibu dan anak.
Apa kendala yang Anda alami selama pandemi COVID-19?
Selama pandemi COVID-19 ini, saya mengalami tantangan dalam hal membagi waktu. Sebab, ada berbagai pekerjaan yang saya lakukan. Selain itu, selama pandemi ini, saya harus menjadi contoh untuk orang lain dan melindungi diri dari COVID-19. Ini berlaku pula untuk masa vaksinasi yang dilakukan sebanyak tiga kali untuk masyarakat. Saya turut mengajak warga untuk menyadari pentingnya vaksinasi. Sekarang, sebanyak 86 persen dari masyarakat di kecamatan tempat saya tinggal sudah menjalani vaksinasi.
Kemudian, tantangan lain yang saya hadapi sebagai tenaga kesehatan adalah dalam membangun perilaku taat protokol kesehatan. Saya sempat terkendala dalam mengingatkan agar warga yang bergejala COVID-19 tetap dapat isolasi mandiri di rumah. Kemudian, berbagai sosialisasi juga harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa COVID-19 adalah penyakit yang menular, sehingga kita perlu mengonsumsi makanan sehat, taat protokol kesehatan, dan meminum obat jika terkena penyakit ini.
Bagaimana cara Anda membantu atau memastikan keluarga dan lingkungan Anda mendapat dukungan terbaik dalam masa pandemi COVID-19? Apa keterbatasan yang dialami?
Suami mendukung saya untuk melakukan pekerjaan. (Dia) setia mengantar jemput dan mendukung setiap pekerjaan yang saya lakukan. Anak saya juga memberi dukungan untuk memotivasi dan mengedukasi masyarakat.
Kemudian, untuk mengatasi jadwal yang padat, saya berusaha berkoordinasi dengan kader posyandu. Melalui koordinasi yang baik ini, saya merasa sangat terbantu, sehingga semua warga bisa terlayani. Masyarakat juga bisa mendapatkan informasi dari kader yang lain, jika saya tidak sempat datang ke rumah mereka.
Apakah Anda mendapat dukungan untuk beraktivitas dari lingkungan keluarga, pemerintah lokal, atau pemimpin adat yang berpengaruh di wilayah Anda?
Saya mendapatkan banyak dukungan lewat program BLOOM Plan Indonesia. Sepanjang prosesnya, saya berhasil mendampingi banyak anak untuk menjadi konselor sebaya di posyandu remaja. Lewat Mama Eta (saya), anak-anak juga bisa menjadi champion dalam kegiatan Plan Indonesia.
Kemudian, hampir semua masayarakat di kecamatan ini mendukung saya. Melalui dampingan yang saya berikan, mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Kelompok PKK dan pemerintah kabupaten mengapresiasi saya sebagai tenaga kesehatan terbaik dan selalu melibatkan saya sebagai narasumber di tingkat kabupaten. Pada 2008, saya terpilih sebagai bidan teladan dan mendapatkan hadiah melanjutkan pendidikan D4 di bidang kebidanan.
Dengan bekerja keras, saya mendapatkan penghargaan sebagai kepala puskesmas.
Apa dukungan yang Anda butuhkan untuk bisa lebih berdaya dari segi ekonomi, kesehatan, maupun sosial setelah pandemi COVID-19?
Saya sangat mengharapakan dukungan dari pihak pemerintah dan swasta, untuk melakukan pelatihan bagi masyarakat. Khususnya, bagi kelompok ibu, agar kami bisa membantu meningkatkan ekonomi keluarga.
Kami sebenarnya sudah melakukan pelatihan ini melalui PKK. Namun, minat warga terhadap pelatihan ini masih rendah. Bila mendapatkan dukungan, kami berharap bisa mengadakan pelatihan kemampuan hidup (life skill) agar masyarakat, Mama Eta (saya), dan ibu lainnya bisa mendapatkan atau mengatasi persoalan ekonomi. Terkait kesehatan, kami masih mengharapkan bantuan alat perlindungan diri (APD), seperti masker, hand sanitizer, juga sarung tangan. Sebab, butuh waktu yang lama untuk pengadaan barang ini di daerah kami. Sebelumnyam, kami mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk APD ini. Namun, seiring dengan waktu, bantuan yang dikirimkan habis dan tenaga kesehatan membeli sendiri.
