Yemima (34) lulus dari SMK jurusan Akuntansi pada 2009. Ia sempat bercita-cita menjadi polisi dan mengikuti tes, namun keterbatasan biaya membuatnya mundur. Orang tuanya bahkan berniat menjual tanah untuk mendukung impiannya, tapi Yemima menolak. Ia sadar, harga tanah saat itu masih rendah dan menjualnya berarti mengambil risiko kehilangan satu-satunya tempat tinggal mereka. Akhirnya, ia memilih kembali ke kampung dan membantu orang tuanya bertani.
“Tanah ini kita tidak usah jual karena kasian adik-adik masih ada, dan juga kalau kita jual nanti kita tinggal di mana,” kenang Yemima yang saat itu sempat diskusi dengan orang tuanya.
Yemima adalah anak sulung dari empat bersaudara, dengan dua adik laki-laki dan satu adik perempuan yang saat ini menjadi Youth Advisory Panel/YAP Plan Indonesia di Soe.
Ketertarikan Yemima pada dunia anak-anak membawanya menjadi relawan Plan Indonesia pada 2014. Ia aktif membantu kegiatan bersama anak-anak di desanya, salah satunya karena adiknya juga merupakan Sponsored Child dari Plan Indonesia saat itu.
Selain menjadi relawan, Yemima juga sempat menjadi guru PAUD dari 2009 hingga 2024. Namun seiring waktu, ia memutuskan berhenti mengajar untuk fokus pada pertanian dan peternakan ayam petelur yang kini dikelola bersama keluarganya.
Bergabung Green Skills Project
Langkah besar terjadi pada 2019 saat Yemima bergabung dengan Green Skills Project, program pertanian hortikultura yang memberinya berbagai pelatihan, mulai dari pengolahan lahan hingga pemasaran hasil panen. Semangat itu berlanjut di 2024 ketika ia bergabung dengan Youth-Led Agri-Food Project (YLAF), proyek lanjutan yang fokus pada hortikultura, peternakan ayam petelur, dan budidaya ikan lele. Di sana, Yemima memperdalam kemampuan teknis dan kepemimpinan, termasuk public speaking dan pengelolaan ternak.
Hasilnya terasa nyata. Dari hasil usaha pertanian dan peternakan, Yemima membantu adik-adiknya untuk jajan saat ke sekolah, bahkan, Yemima mampu membiayai kuliah adik keduanya dari hasil kebun yang dikelolanya. Ia adalah tulang punggung keluarga, karena kedua orang tuanya sudah beranjak ke masa tua dan sudah tidak kuat lagi untuk bertani. Saat ini juga Yemima beserta orang tua sedang membangun sebuah rumah permanen, sebelumnya mereka hanya tinggal di sebuah rumah kecil yang sederhana.
Yemima mengucapkan, “Terima kasih kepada Plan Indonesia karena saya dan keluarga sudah bisa bertani dengan baik dan modern. Kami juga sudah bisa mengolah lahan yang lebih luas, karena kami mengolah dengan peralatan cultivator atau hand tractor dari Plan. Kami juga medapatkan bantuan lain seperti; perlengkapan irigasi tetes dan juga ada mesin penyedot air,”
Sebelumnya, usaha pertanian yang Yemima lakukan masih sangat tradisional sehingga hasilnya sangat sedikit. Namun, pada akhirnya Yemima dan keluarga sudah menguasai semua tahapan bertani hortikultura, dan saat ini mereka sudah kurang lebih enam bulan menekuni peternakan ayam petelur yang juga merupakan dukungan dari Plan Indonesia.
Ditulis oleh: Agus Haru │Editor: Moudy Alfiana │Foto: Plan Indonesia/Agus Haru