Lili (27 tahun), orang muda perempuan dari kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) merasa sangat senang bisa mengikuti program Mata KailĀ (Mari kita kreatif agar ikan Lestari) yang digagas oleh Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) . Setelah mengikuti pelatihan dari Plan Indonesia dan mitranya, Bengkel APPeK (Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung), di bulan Agustus 2020, Lili langsung bisa memulai usaha bakso ikan yang hingga kini digelutinya. Tak hanya itu, Lili juga mendapatkan pengetahuan baru terkait pentingnya asupan ikan bagi anak-anak.
āMelalui program ini, saya mendapatkan banyak keuntungan dan pembelajaran. Tidak hanya keuntungan uang, namun juga keuntungan berupa pengetahuan terkait pengolahan ikan dan pentingnya asupan ikan bagi anak-anak kita.ā ungkap Lili di tempat tinggalnya baru-baru ini.
Setelah mengikuti pelatihan dari Plan Indonesia di bulan Agustus 2020, Lili membuka usaha bakso ikan dan seolah menjadi motivator bagi kaum muda yang ada di desanya. Ia menggerakkan semangat bagi orang-orang di sekitarnya lewat keuntungan penjualan yang didemonstrasikan, juga melalui dampak positif darI konsumsi ikan yang kini rutin ia berikan kepada anaknya, Zahra (3 tahun).
Meski sempat menderita stunting atau pertumbuhan yang tidak optimal karena kurang gizi, anaknya, Zahra kini telah tumbuh dengan baik. Pertumbuhan Zahra tak terlepas dari hasil usaha Lili yang secara rutin memberikan ikan cakalang sebanyak 3-4 kali sehari dalam tiga bulan terakhir.
āAlhamdulillah, berkat rutin konsumsi ikan, anak saya sudah bebas dari stunting. Petugas kesehatan sudah memberitahukan secara resmi kepada saya bahwa Zahra sudah tidak masuk kategori stunting lagi,ā kata Lili.
Tak cuma itu, Lili juga mendapatkan manfaat lain dari mengikuti pelatihan Plan Indonesia. Kini, ia mampu mengakses modal ke koperasi. Dalam upaya meningkatkan usaha pengolahan ikan, Plan Indonesia bersama mitra Bengkel APPeK dan organisasi yang memiliki fokus mengentaskan kemiskinan, Kopernik, terus mendorong kaum muda untuk meningkatkan usaha mereka. Ini termasuk dengan memberikan kaum muda pengetahuan mengenai cara mengakses modal ke bank dan koperasi perkreditan. Plan Indonesia mempertemukan langsung pihak bank dan koperasi dengan kaum muda, agar ketiga pihak bisa langsung berdiskusi mengenai cara meminjam modal.
Inilah yang dimanfaatkan oleh Lili dalam menjalankan usahanya. Secara bertahap, ia terus mengembangkan usaha sambil membayar cicilan awal modal tersebut.
āSaya sudah mengakses modal di koperasi dan setiap bulannya kami akan membayar cicilan dengan bunga yang rendah,ā pungkasnya.
Secara garis besar, Lili menjadi salah satu dari sekitar 2.000 kaum muda yang mendapatkan manfaat dari Mata Kail–program yang dilakukan di tiga Kabupaten NTT dan didanai oleh Uni Eropa melalui Program Sustainable Consumption and Production in Fish Processing Sector-SWITCH Asia II. Tujuan utama program ini adalah mempromosikan prinsip SCP (Sustainable Consumption and Production atau Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan) di sektor pengolahan ikan, mengurangi pengangguran kaum muda (khususnya kaum muda perempuan), juga menangani persoalan kekurangan gizi di desa. Selain Lili, program Mata Kail telah memberikan manfaat bagi banyak kaum muda di NTT. Hingga saat ini, program tersebut telah diimplementasikan melalui berbagai kegiatan, termasuk pelatihan terhadap 2.000 kaum muda dan UMKM, pendampingan dalam pengembangan usaha 400 kaum muda dan UMKM, pengenalan empat teknologi ramah lingkungan di sektor pengolahan ikan, juga pemberian materi edukasi dan kampanye kepada para penerima manfaat dan stakeholders.