Erupsi Gunung Semeru yang terjadi sabtu (4/12) yang lalu menyisakan cerita dari anak-anak dan kaum muda yang terdampak. Mereka harus berhenti bekerja dan juga berhenti belajar lantaran gedung tempat bekerja dan juga sekolah ikut roboh tertimpa semburan debu panas.
Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) turut mengambil bagian mendukung pemerintah dalam tanggap darurat. Mengirimkan tim untuk malakukan kaji cepat kebutuhan para penyintas merupakan hal pertama yang dilakukan. Selain kaji cepat, tim tanggap darurat Plan Indonesia juga langsung melakukan respons awal dengan mendistribusikan paket manajemen kebersihan menstruasi (MKM) sebanyak 100 paket. Respons awal yang dilakukan ini ditujukan untuk penyintas, terutama anak-anak dan kaum muda.
Dalam melakukan kaji cepat kebutuhan penyintas, tim tanggap darurat Plan Indonesia berhasil mengidentifikasi kebutuhan yang paling mendesak dari para penyintas. Dila (18 tahun) misalnya, dalam situasi darurat tersebut ia membutuhkan pembalut, namun ia malu untuk meminta di Posko.
“Saya senang mendapat paket MHM dari Plan Indonesia, karena selama ini saya malu minta pembalut ke Posko,” ungkap Dila.
Dila adalah orang muda perempuan yang ikut terdampak dari erupsi Gunung Semeru dan kini, ia tinggal bersama orangtuanya di kamp pengungsian. Ia bercerita bahwa saat kejadian erupsi Gunung Semeru, Dila sedang tidur, begitu dia terbangun melihat kondisi sekitarnya sudah gelap seperti malam hari. Namun Dila mendapat informasi dari orangtuanya kalau Gunung Semeru meletus sehingga harus segera mengungsi ke tempat yang aman.
Di Kamp pengungsian tempat Dila dan orangtua mengungsi, terdapat 70 orang pengungsi lainnya termasuk anak-anak dan tinggal di balai desa. Namun, hanya tersedia satu kamar mandi di yang digunakan bersama dengan pengungsi lain, sehingga harus antre.
Untuk sekolah saat bencana, sebagian besar anak-anak yang masih sekolah mengikuti kegiatan belajar secara daring di sana. Kakak-kakak relawan membantu para murid untuk tetap belajar walau di saat krisis.
Keseharian Dila bekerja di pabrik kayu, namun pabrik tempat ia bekerja ikut terdampak dan tidak bisa beroperasi karena sebagian temboknya roboh dan mesin rusak. Dila berharap situasi akan segera membaik dan pabrik tempatnya bekerja bisa segera kembali beroperasi sehingga dia bisa kembali bekerja.
Semeru Ubah Sekolah Febri Jadi Debu
Kisah Dila berbeda dengan Febri (11 tahun), saat erupsi Gunung Semeru ia bersama 30 anak lainnya sedang mengikuti pelajaran, guru meminta mereka semua untuk tetap tinggal di dalam kelas dan pintu di tutup. Suasana menjadi gelap karena gedung sekolah tertutup semburan debu panas Gunung Semeru. Beberapa saat kemudian gedung roboh menimpa Febri dan teman-temannya sehingga mereka semua terkena debu panas. Ia dan beberapa temannya mengalami lebam karena tertimpa reruntuhan gedung disertai debu panas. Mereka semua langsung dievakusi ke masjid.
Saat ini, Febri dan keluarganya tinggal di salah satu rumah penduduk di Candipuro. Rumah Febri sudah roboh dan tertimbun abu. Sekolah pun sudah tertimbun debu, gurunya sudah menghubungi Febri untuk mengkonfirmasi keadaannya. Semenjak kejadian, Febri tidak pernah bertemu dengan teman-temannya karena mereka berada di lokasi pengungsian yang lain. Yang paling dikangenin saat ini adalah rumah dan bertemu dengan teman-temannya.
Di pengungsian, hingga saat ini tidak ada aktivitas untuk anak-anak dan remaja. Buku-buku pelajaran dan perlengkapan sekolahnya semua tertimbun.
“Saya berharap situasi segera membaik agar kami bisa sekolah kembali dan bertemu dengan teman-teman,” kata Febri.
Dia berharap ke depannya keadaan menjadi lebih baik, sehingga bisa segera melanjutkan sekolah dan bertemu teman-temannya kembali.
Untuk merespons pendidikan dalam situasi darurat, Plan Indonesia telah melakukan koordinasi dengan Pos Pendidikan Kabupaten Lumajang dan membantu mengkampanyekan supaya anak-anak bisa segera kembali bersekolah. Anak-anak diperbolehkan bersekolah di sekolah mana saja di lokasi yang terdekat dengan lokasi pengungsian masing-masing. Hal ini tertuang dalam surat instruksi yang dikeluarkan oleh kepala dinas pendidikan kabupaten Lumajang. Pos Pendidikan juga telah menyediakan tenda-tenda darurat yang dapat digunakan untuk bersekolah anak-anak di 4 titik pengungsian.
Meski dalam situasi darurat, anak-anak tetap harus mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Mari kita dukung anak-anak untuk dapat kembali bersekolah dan kembali ceria. Ditulis Oleh: Maulinna Utaminingsih | Editor: Agus Haru.