Jakarta, 28 Mei 2021 – Setiap harinya, kurang lebih 300 juta perempuan dewasa dan anak perempuan di seluruh dunia yang menstruasi di saat yang sama. Sayangnya, seringkali kondisi biologis yang natural dan sehat ini masih dianggap sebagai hal yang kotor dan memalukan.
Di Indonesia, hanya 25 persen anak dan remaja perempuan usia 10-24 tahun yang memahami tentang siklus penting dalam hidupnya ini sebelum mereka mendapatkan menstruasi pertamanya.[1] Satu dari enam peserta didik perempuan bahkan memilih untuk absen (tidak masuk sekolah) ketika mereka menstruasi karena merasa terbatasnya fasilitas sanitasi di sekolah ditambah minimnya pengetahuan tentang manajemen kebersihan menstruasi.
Fenomena ini mendorong adanya Hari Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) Sedunia yang jatuh setiap 28 Mei. Hari MKM bertujuan untuk mengentikan tabu seputar menstruasi, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya MKM bagi perempuan.
Dalam perayaan Hari MKM tahun ini, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) bersama mitra dampingan mengadakan lomba membuat video dan menulis surat tentang MKM oleh peserta didik kelas 4-6 SD/MI dan kelas 7-9 SMP/MTs[2] di Nusa Tenggara Timur (Kabupaten Malaka, Belu, dan Manggarai) dan Nusa Tenggara Barat (Kabupaten Lombok Tengah, Sumbawa, dan Kota Mataram) yang dialamatkan kepada walikota/ bupati di wilayah masing-masing. Lomba ini bertujuan untuk mendorong anak dan kaum muda, terutama perempuan memiliki keberanian dan kepercayaan diri menyuarakan gagasannya secara strategis kepada pembuat kebijakan tentang isu yang penting baginya, yang dalam konteks ini adalah MKM.
Tepat pada hari perayaan MKM, di tanggal 28 Mei 2021, akan ada seminar daring tentang Manajemen Kebersihan Menstruasi yang menyasar kepada para pendidik sebaya dampingan Plan Indonesia, organisasi kaum muda, perangkat sekolah, dan mitra pemerintah yang bertajuk serupa. Rangkaian kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan ruang bagi anak dan kaum muda untuk memperoleh edukasi serta melakukan advokasi terkait sanitasi untuk perempuan, khususnya manajemen kebersihan menstruasi.
“Anak perempuan menghadapi berbagai tantangan saat menstruasi dengan minimnya fasilitas MKM, misalnya belum banyak tersedia toilet umum yang terpisah bagi anak perempuan dan laki-laki untuk memastikan anak perempuan dapat nyaman menjaga kebersihan menstruasinya”, ujar Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Plan Indonesia, “selain itu, anak perempuan yang menstruasi masih menghadapi persepsi tabu sehingga malu jika ada teman laki-laki yang mengetahuinya sedang menstruasi. Sehingga penting untuk memastikan adanya informasi dan fasilitas MKM yang memadai bagi anak perempuan juga upaya edukasi kepada anak laki-laki.”
Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2020), 47 persen SD di Indonesia tidak memiliki toilet terpisah untuk anak perempuan dan laki-laki. Hasil analisa Data Pokok Pendidikan (Dapodik) tahun 2017 menyatakan bahwa 12 persen atau sekitar 25.835 sekolah di Indonesia tidak memiliki jamban dan rasio jamban yang secara proporsional untuk laki-laki dan perempuan.
Pada situasi Pandemik COVID-19, ketimpangan akses informasi dan layanan terkait MKM semakin besar bagi anak-anak dan kaum muda, terutama perempuan. Misalnya, harga pembalut menjadi semakin mahal, anak-anak semakin sulit keluar rumah untuk membeli pembalut, serta tutupnya sekolah yang berdampak pada berkurangnya ruang interaksi dan arus pertukaran informasi terkait menstruasi.
Persoalan mengenai manajemen kebersihan menstruasi bukanlah hal baru di Indonesia. Karenanya Plan Indonesia menjadi Organisasi Non Pemerintah pertama yang mempelopori MKM di Indonesia sejak 2017. Meski advokasi MKM sudah berjalan kurang lebih 4 tahun, kegiatan penyadartahuan tetap penting untuk terus dipromosikan dengan pendekatan yang inovatif dan kreatif.
“Kesehatan dan kebersihan menstruasi bukan hanya urusan perempuan. Perlu upaya bersama untuk menciptakan kondisi di mana tiap perempuan dewasa dan anak-anak dapat mengatur menstruasinya dengan higienis di mana pun mereka berada secara personal, aman dan bermartabat,” tegas Dini.
Hingga 2021, Plan Indonesia sudah melakukan program MKM di 104 sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SLB) dan memberikan manfaat bagi 22.653 anak perempuan dan laki-laki di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Ke depannya, Plan Indonesia memiliki target capaian untuk mengadvokasi dan memfasilitasi tersedianya toilet yang inklusif yang aksesibel, adanya pendidik sebaya, dan terciptanya kebijakan dan kurikulum yang mendukung MKM di 72 sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SLB) di dua provinsi tersebut.
“Kami menyerukan agar semua pihak terlibat untuk mendorong pengambil kebijakan menjadikan MKM sebagai bagian dari pedoman kesehatan reproduksi remaja,” lanjut Dini.
Plan Indonesia telah bekerja selama 52 tahun di Indonesia bersama anak dan kaum muda perempuan dan laki-laki untuk meruntuhkan tabu dan hambatan terhadap kesehatan menstruasi sehingga tidak ada satupun yang dapat dibatasi oleh menstruasi.
***
Catatan untuk editor:
Tentang Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia)
Plan International telah bekerja di Indonesia sejak 1969 dan resmi menjadi Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) pada 2017. Kami bekerja untuk memperjuangkan pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan. Plan Indonesia mengimplementasikan aktivitasnya melalui empat program, yaitu Perlindungan dan Tumbuh Kembang Anak, Kesehatan dan Agensi Remaja, Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan Kaum Muda, serta Kesiapsiagaan Bencana dan Respons Kemanusiaan. Kami bekerja di 7 provinsi, termasuk di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, dengan target untuk memberdayakan 1 juta anak perempuan. Selain itu, Plan Indonesia juga membina 36 ribu anak perempuan dan laki-laki di Nusa Tenggara Timur. Informasi lebih lanjut: https://plan-international.or.id
Tentang Plan International
Plan International adalah organisasi pengembangan masyarakat dan kemanusiaan internasional yang berfokus pada pemenuhan hak anak dan kesetaraan anak perempuan. Kami memperjuangkan sebuah dunia yang adil untuk pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan, bekerja bersama anak, kaum muda, masyarakat dan mitra. Plan International bekerja bersama anak-anak, kaum muda dan masyarakat untuk mengatasi akar masalah diskriminasi terhadap perempuan, eksklusi dan kerentanan. Dengan capaian, pengalaman dan pengetahuan, Plan International mendorong perubahan dalam praktek dan kebijakan tingkat lokal, nasional dan global.
Plan International tidak berafiliasi dengan agama, organisasi politik atau pemerintahan tertentu. Lebih dari 80 tahun, Plan International membangun kemitraan yang kuat untuk hak anak. Saat ini kami bekerja di lebih dari 70 negara. Informasi lebih lanjut: https://plan-international.org
[1] Berdasarkan IDHS (Indonesia Demographic and Health Survey) tahun 2012, populasi remaja perempuan usia 10-24 di Indonesia adalah 13 persen.
[2] Informasi mengenai lomba menulis dan membuat video dapat diakses di tautan berikut: bit.ly/MHMDAY2021_PLAN