Di tangan kaum muda Depok, minyak habis pakai atau jelantah kini tak dibuang begitu saja. Mereka menciptakan Alat Tampung Minyak (ATM) berbasis teknologi yang selanjutnya diubah menjadi biodiesel dan dimanfaatkan untuk pemberdayaan masyarakat.
Siti (16), bersama rekannya Alena (16), Hanif (18) dan Jovinka (17) berhasil menyabet juara pertama kompetisi inovasi pengelolaan sampah berbasis sains bagi kaum muda di Kota Depok, yang diadakan oleh Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) melalui program Urban Nexus. Mereka membuat inovasi Alat Tampung Minyak (ATM) khusus minyak jelantah yang dipadukan dengan teknologi Internet of Things (IoT) berbasis cloud.
“Biasanya minyak jelantah dibuang ke selokan, padahal itu bisa bikin mampet dan banjir. Dari sinilah kami terdorong untuk membuat inovasi yang bermanfaat bagi lingkungan, sesuai bidang ilmu yang kami dapat dari sekolah,” ujar Siti.
Inovasi ini berawal ketika mereka mencoba mengaplikasikan ilmu yang dipelajari dari sekolah tentang perangkat jaringan lunak. Mereka membuat sebuah alat tampung minyak sederhana yang dilengkapi dengan perangkat sensor ultrasonik.
Untuk menampung minyak, pengguna alat ini cukup mendekatkan tangan mereka ke sensor ultrasonik yang tersedia, lalu secara otomatis bagian corong penampungan alat akan terbuka.
“Minyak jelantah ini kan belum banyak inovasi pengelolaannya, dan biasanya penampungan minyak jelantah identik dengan belepotan dan kalau berceceran ini akan kotor sekali. Kami mencoba membuat alat agar masyarakat bisa menyedekahkan minyak jelantahnya dengan mudah dan bersih yaitu dengan sensor gerak di alat ini” ungkap Hanif.
Apabila wadah penampungan telah penuh, maka sistem IoT yang ada di dalam alat akan mengirimkan pemberitahuan kepada petugas pengumpul. Selanjutnya, petugas tersebut akan menuju lokasi mesin tampung minyak untuk menggantinya dengan tank penampungan yang baru.
Setelah terkumpul, minyak jelantah akan diolah dan dijual sebagai biodiesel. Hasil penjualan ini selanjutnya dimanfaatkan untuk program-program pemberdayaan masyarakat.
“Kami berharap alat ini dapat bermanfaat untuk masyarakat luas. Sebagai kaum muda yang dekat dengan teknologi, saya senang dapat berkontribusi kepada lingkungan sesuai dengan ilmu yang kami miliki” kata Alena (16).
Sebelumnya, kompetisi berbasis sains digelar Plan Indonesia melalui program Urban Nexus dengan melihat urgensi inovasi pengelolaan sampah untuk mengatasi sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang terus menumpuk. Melalui kompetisi ini, terjaring ide-ide baru dalam pengelolaan sampah yang dipadukan dengan pendekatan sains dari kaum muda Kota Depok.
Para peserta menerima kelas pembekalan yang diisi oleh narasumber berkompeten dari Plastic Smart Cities, Center of Sustainabilities and Waste Managemen (CSWM) Universitas Indonesia dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok.
Setelah melewati seleksi ketat, terpilihlah 10 kelompok yang mendapat sesi mentoring secara one-on-one dari para akademisi di bidang pengelolaan sampah untuk mempertajam ide/gagasan mereka.
“Kami senang sekali dengan kompetisi ini, materi saat pembekalan menambah wawasan kami, ternyata banyak cara untuk mengolah sampah. Lalu saat sesi penjurian mendorong kita untuk berfikir kritis,” tandas Jovinka.
Penulis: Dyah Ayu Yunitaningrum/Urban Nexus Officer