Demi meningkatkan kompetensi kerja, kita tidak hanya perlu mengasah hard skill atau kemampuan teknis saja. Kita juga perlu meningkatkan soft skill atau kemampuan yang berhubungan dengan kecerdasan emosional, termasuk dalam hal resiliensi atau ketangguhan mental. Tujuannya, agar kita dapat beradaptasi dan memudahkan diri dalam mengejar karier yang lebih tinggi.
Topik ini menjadi salah satu bahasan dalam webinar bertajuk ‘Yang Muda yang Menentukan Masa Depan Bangsa’. Acara ini diselenggarakan oleh Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), bersama platform Gerakan Nasional Indonesia Kompeten (GNIK) pada Sabtu (17/10) lalu.
Dalam sesi ini, Christine Handayani, founder Next Leader Consulting, menjelaskan mengenai kiat-kiat mengasah ketangguhan mental demi memajukan karier seseorang.
“Asah kelebihan (kita) sampai menjadi senjata yang mematikan dan akhirnya menghasilkan daya juang yang tinggi,” ujar Christine.
Lebih lengkapnya, Christine menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengasah ketangguhan mental di tempat kerja. Seperti apa saja?
1. Memberikan apresiasi
Salah satu cara yang disebutkan oleh Christine adalah dengan memberikan apresiasi terkait kemampuan kerja seseorang. Secara khusus, menurut Christine, hal ini perlu dilakukan sejak dari lingkungan keluarga. Sebab, mental yang tangguh dibentuk dari tingkat keluarga. Sementara, saat ini, masih ada begitu banyak kaum muda yang justru mengalami miskomunikasi dengan keluarganya.
“Kepada orang tua, berilah apresiasi mengenai kelebihan anak dan kaum muda, agar mereka merasa percaya diri dan daya juangnya meningkat,” ujar Christine.
“Apresiasi mengaktifkan prefrontal cortex yang berfungsi mengelola emosi. Ketika mendapat apresiasi, mereka akan merasa seperti makan cokelat dan hal-hal yang enak. Hasilnya, dia akan jadi lebih baik dalam mengelola emosi dan mengambil keputusan,” ungkapnya menambahkan.
2. Melakukan reframing/memberikan makna ulang terhadap masalah
Kemudian, Christine juga menyarankan agar kaum muda melakukan reframing atau memberikan makna ulang. Khususnya, bila berhadapan dengan hal-hal yang mungkin menghambat karier. Misalnya, ketika ada senior yang banyak menuntut atau bila kita berhadapan dengan gosip, fitnah yang menjatuhkan. Menurut Christine, kita perlu mengubah persepsi mengenai hal-hal tersebut, karena hal-hal ini masih bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan karier.
“(Misal) atasan saya bawel. Ini bisa bermanfaat untu mengasah ketelitian. Kemudian, (jadikan) senior, atasan, gosip dan fitnah jadikan batu pijakan untuk meningkatkan skill Anda,” tuturnya.
3. Berpegang pada tujuan di tempat kerja
Lebih lanjut, dalam sesi tanya jawab, Christine membahas mengenai apa yang harus dilakukan saat seseorang berhadapan dengan lingkungan kerja toxic yang karyawannya saling menjatuhkan.
Menurut Christine, pada dasarnya, setiap orang bisa memiliki tiga reaksi dalam menghadapi suatu masalah. Di antaranya, dengan menjadi langsung down, mengabaikan masalah yang ada, atau justru berusaha merespons masalah dengan positif dan belajar dari masalah tersebut.
Namun, apapun respons awal kita, sebaiknya, kita tetap menyesuaikannya dengan tujuan awal yang kita miliki saat bekerja di tempat tersebut. Hal ini akan membantu kita menentukan kapan waktunya keluar dan kapan waktunya bertahan di perusahaan.
“Kapan harus resign? (Ini) kembali kepada jurus terakhir, yaitu obrolin tujuan. Kalau sudah tercapai tujuannya (di tempat kerja), silahkan resign. Jangan baru kerja enam bulan sudah resign. Tidak ada keterampilan yang Anda capai,” tegasnya.
Pemaparan Christine pun melengkapi webinar yang bertujuan memberikan sosialisasi tentang pengembangan kemampuan kerja kaum muda, pekerjaan yang layak, juga kesetaraan gender di tempat kerja tersebut. Sebelum Christine, pembicara lainnya, yaitu Maria Theodora Kurniawati, advisor dari PT. United Family Food sekaligus Steering Committee GNIK, memaparkan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan kaum muda bila ingin meraih kesuksesan di tempat kerja dari sudut pandang pengelolaan Sumber Daya Manusia.
Setelah acara ini, Plan Indonesia masih akan terus menghadirkan berbagai webinar untuk meningkatkan kapasitas kerja kaum muda.