Minggu, 19 Desember 2021, Intan (23) bersama Lestari (15), Sella (15), Alyasi (15), dan Bisril (21) sudah tampak sibuk sedari pagi. Menjemput peserta, mengatur posisi duduk, memastikan flipchart terlihat oleh peserta, menyiapkan protokol kesehatan berupa masker pengganti, tempat cuci tangan, hand sanitizer, serta alat pengukur suhu badan. Tidak lupa, memastikan keseluruhan acara menghasilkan minim sampah. Kesibukan kaum muda ini dalam rangka pelatihan sebaya bagi anak dan kaum muda di wilayah tempat tinggalnya.
Intan dan teman-teman adalah pendidik sebaya yang telah mengikuti rangkaian pelatihan dan pendampingan oleh Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) melalui proyek Urban Nexus. Kegiatan ini mendorong kaum muda untuk menjadi pelopor dalam perubahan-perubahan di lingkungannya dengan menyampaikan isu-isu terkait dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) dan Gaya Hidup yang Sehat dan Berkelanjutan (GHSB) demi menekan dampak krisis iklim.
“Melalui pelatihan sebaya ini, kami ingin membagi ilmu yang kami dapatkan dari Plan Indonesia ke lingkungan sekitar kami. Apalagi, kerusakan lingkungan itu bukan hal kecil yang bisa diremehkan, justru kita bisa mulai dari yang kecil. Kaum muda di wilayah perlu tahu tentang krisis iklim,” ujar Intan, koordinator acara.
Pada pelatihan sebaya yang dilaksanakan, peran masing-masing kaum muda berbeda di setiap seri pelatihan. Misalnya, jika salah satu pendidik sebaya di seri STBM berperan sebagai tim administrasi yang bertugas membuat tautan pendaftaran, inform consent orangtua atau wali perlindungan serta membuat tautan pretest dan posttest, maka di seri MKM dia bertugas sebagai fasilitator, dan di seri GHSB berperan sebagai moderator. Melalui sistem ini setiap orang memiliki pengalaman menjalankan berbagai peran di suatu acara.
“Di kelompokku ini unik, mayoritas belum pernah menjadi fasilitator, moderator, bikin laporan dan lainnya. Tapi kita mendorong temen-teman buat belajar. Daripada menjadi beban, kaum muda harus dikembangkan potensinya, aku pengen memberi kesempatan kepada anggota muda agar mereka mengembangkan diri jadi anak yang tangguh,” tambah Intan.
Pada kegiatan ini, Intan dan tim juga melakukan pengukuran peningkatan pengetahuan peserta kegiatan, adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
Ketika selesai pelatihan, penanggung jawab administrasi menunjukan hasil pretest dan posttest peserta kepada tim untuk evaluasi. Saat itu, terlihat raut kebahagiaan dari seluruh tim, dengan peningkatan pengetahuan ini seluruh kerja keras tim terbayarkan.
“Peserta itu senang sekali kalau dapat nilai posttest maksimal, kita juga senang karena hal itu berarti pesan materi tersampaikan. Selain menambah kepercayaan diri dan belajar bekerja dalam kelompok, kita juga jadi lebih paham tentang krisis iklim dan bisa jadi manusia yang baik bagi bumi. Karena, dampak krisis iklim ini makin nyata,” tutup Intan.