
Fransiska Inatia Pardani adalah satu dari sebagian kecil perempuan di Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mendobrak stereotip bahwa perempuan tidak bisa menjadi pemimpin. Dia membuktikan stereotip itu salah dan kini dia menjadi Lurah di Kelurahan Karot, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai.
Sejak 2017, Ibu Ina, demikian dia bisa disapa, bersama dengan 170 lurah/kepala desa lainnya berkontribusi besar dalam mewujudkan Kabupaten Manggarai menjadi kabupaten yang telah Open Defecation Free (ODF) atau bebas dari kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS) ke-4 di Provinsi NTT pada tahun 2021.
Tidak mudah baginya mewujudkan wilayahnya menjadi daerah yang masyarakatnya 100% tidak lagi BABS. Apalagi, wilayah kelurahannya sangat dekat dengan aliran sungai di mana sebagian besar masyarakatnya yang tinggal di bantaran merasa lebih nyaman melakukan BABS di kali. Sebuah perilaku yang sudah jadi kebiasaan bertahun-tahun dan turun menurun. Jika pun mempunyai rumah, mereka mengarahkan pipa pembuangan limbah domestiknya termasuk hasil buangan dari klosetnya langsung ke aliran sungai tanpa disaring lebih dahulu melalui tangki septik.
Ibu Ina tentu saja merasa malu wilayahnya masuk dalam kategori yang belum ODF. Berdasarkan hasil monitoring dari Puskesmas Kota tahun 2018-2019 pencapaian pilar 1 STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) terkait Stop BAB di wilayah kelurahan Karot masih sangat rendah. Hanya 23% keluarga yang sudah mempraktikan pilar 1 STBM tersebut. Ketika Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) datang dengan proyek Water for Women melaksanakan STBM-GESI (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat berkesetaraan gender dan inklusif) untuk memastikan masyarakat melaksanakan 5 pilar STBM, dirinya pun menjadi antusias dan semangat. Dari sana, dia setidaknya mendapatkan sebuah pengetahuan dan solusi untuk memberikan kesadaran dan mengubah perilaku masyarakat dalam metode-metode yang tepat. Bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, sanitarian dari Puskesmas Kota, tokoh masyarakat, dan didampingi Plan Indonesia, Ibu Ina menjadikan wilayah bantaran sungai/kali menjadi prioritas untuk dipicu kesadaran masyarakatnya agar tidak lagi BABS.
Tentu saja melakukan pemicuan perubahan perilaku yang sudah menahun ini tidaklah mudah. Masyarakat selalu punya alasan. Ditambah lagi saat pelaksanaan kegiatan sedang semangat berlangsung, pandemik COVID-19 melanda di akhir 2019 sehingga pemicuan sulit dilakukan. Guna mengatasi masalah tersebut, tim STBM kelurahan melakukan pemicuan secara individu dengan kunjungan dari rumah ke rumah yang dipimpin oleh sanitarian Puskesmas Kota. Semua keluarga yang tinggal di bantaran sungai/kali dikunjungi satu per satu dan diberikan pemahaman serta sosialisasi tentang jamban yang sehat beserta persyaratannya.
Dalam pelaksanaan pemicuan ini, tidak semua warga menerima kegiatan tersebut dengan baik, bahkan ada yang menolak kehadiran sanitarian dan pihak Plan Indonesia. Walaupun demikian, Ibu Ina bersama dengan sanitarian dan Plan Indonesia tidak menyerah. Pemicuan kembali dilanjutkan pada tahun 2020 dengan memberikan edukasi langsung kepada semua warga, khususnya warga yang belum memiliki jamban sehat di wilayah Kelurahan Karot.
Kehadiran langsung Ibu Ina di lokasi menggugah warganya untuk menerima, sadar dan mau mengubah cara berpikir, serta perilaku hidup lebih bersih, khususnya untuk Stop BABS di sungai/kali. Hingga pada akhirnya Kelurahan Karot berhasil mendapatkan status ODF pada bulan November 2020. Ibu Ina mengaku merasa terbantu secara personal dengan adanya pendampingan dari Plan Indonesia dalam kegiatan STBM-GESI.
Perubahan yang terjadi dirasa sangat signifikan dibandingkan dengan kegiatan sanitasi yang selama ini dilakukan secara mandiri. Kemampuan koordinasi dan networking dari Ibu Ina benar-benar diuji selama proses pemicuan STBM. Ibu Ina harus melibatkan semua unsur pemerintahan mulai dari Dinas Kesehatan Kabupaten, Puskesmas, sampai dengan ketua RT/RW agar aktif dalam pemicuan dan promosi kesehatan. Bahkan, aparat keamanan yang diwakili oleh Babinsa dari TNI AD juga dia libatkan dalam memberikan pengertian kepada masyarakat yang masih kukuh dengan pendiriannya. Kehadiran pemerintah secara langsung di lapangan juga menjadi salah satu faktor pendukung perubahan ini.
“Masyarakat membutuhkan kehadiran seorang pemimpin secara fisik di tengah-tengah masyarakat, membantu masyarakat melalui kerja langsung, dan mendengar keluhan masyarakat dibandingkan dengan pemimpin yang hanya duduk di kantor dan memberikan instruksi,” ujar Ibu Ina.
Selain itu, pemberian sanksi sosial dan penandatanganan komitmen oleh masyarakat juga menjadi faktor keberhasilan Kelurahan Karot mendapatkan status ODF. Sanksi sosial dan penandatanganan komitmen menimbulkan budaya malu dan mendorong masyarakat untuk berubah ke arah yang lebih baik. Upaya ini merupakan sebuah terobosan yang luar biasa mengingat dengan budaya patrilineal yang tinggi seorang pemimpin perempuan seperti Ibu Ina dapat merangkul dan membawa perubahan di tengah masyarakat Kelurahan Karot khususnya dengan STBM.
Sebagai bentuk penghargaan untuk kerja kerasnya, Bu Ina mendapatkan penghargaan dari Kementerian Kesehatan sebagai Penggiat Sanitasi Teladan untuk kategori Lurah Teladan pada acara STBM Award tanggal 15 Oktober 2021. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Wakil Bupati Manggarai Heribertus Ngabut, S.H bertepatan dengan Hari Cuci Tangan Sedunia. Ibu Ina diharapkan mampu menginspirasi kehadiran pemimpin atau penggiat sanitasi lainnya untuk bersinergi membangun sanitasi yang dapat diakses oleh semua orang.
Penulis: Leony Pah (Konsultan Penulisan Most Significant Change) dan Stevie Ardianto Nappoe (Plan Indonesia)