
Menurut Heni, sudah saatnya perempuan mengambil peran dalam pembuatan kebijakan. Menurutnya, keterlibatan perempuan akan mendorong pembuatan keputusan yang lebih adil bagi siapapun.
Upaya advokasi Wahyu Heniwati (51) akhirnya membuahkan hasil. Heni, begitu sapaannya, getol mendorong implementasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Setelah hampir lima tahun mengadvokasikan SPAB, akhirnya Heni berhasil mendorong Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DIKPORA) DIY untuk berkomitmen menguatkan dukungan implementasi SPAB. Dukungan diberikan dengan mengaktivitasi kembali Sekretariat Bersama (Sekber) SPAB.
Sekber SPAB adalah kelembagaan adhoc (sementara) yang bertugas mengoordinasikan penyelenggaraan Program SPAB. Heni mengungkapkan sekretariat yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah ini telah vakum sejak 2019, lantaran tak ada kegiatan.

“Akhirnya pada tahun 2022, saya lalu mendorong adanya sekber ini diaktifkan kembali. Saya sampaikan ke dinas pendidikan perlunya aktivasi kembali atau revitalisasi terhadap Sekber ini,” tutur Heni.
Heni yakin melalui aktivasi Sekber SPAB akan mendorong implementasi SPAB di Yogyakarta semakin masif. Oleh karena itu, dirinya bersama organisasi dan komunitas pada 2022 rutin mengadakan audiensi dengan DIKPORA yang turut difasilitasi oleh Plan Indonesia.
Heni merupakan salah seorang mitra kerja Plan Indonesia dalam mendorong implementasi SPAB di Yogyakarta. Plan Indonesia melalui program Provinsi Model SPAB turut memperkuat implementasi SPAB di satuan Pendidikan di DIY. Program ini didanai oleh Prudence Foundation melalui Plan International Hongkong.
Awal mula Ia terjun pada isu kesiapsiagaan bencana saat dirinya menghadapi bencana gempa bumi Yogyakarta pada 2006 lalu. Menurutnya, ketidaktahuan dan tidak teroganisirnya penanganan bencana membuat situasi saat itu semakin kacau.
“Pengalaman itu yang menggugah saya sebagai penyintas harus bergerak. Saya harus melakukan sesuatu untuk keluarga dan untuk masyarakat sekitar,” ujarnya.
Meski begitu, upaya advokasi Heni bukan tanpa halangan. Tak jarang ia menghadapi tantangan dari pihak sekolah selaku penyelenggara SPAB.
“Penyelenggaraan sekolah aman bencana atau SPAB ini sepertinya masih dirasa membebani sekolah. Tapi setelah 2-3 kali berproses mereka justru tertarik dan sekolah memang harus memperhatikan itu untuk perlindungan dan keamanan,” tuturnya.

Fokus Heni dalam Isu Perempuan
Dalam mewujudkan masyarakat tangguh, Heni juga cenderung mendorong keterlibatan perempuan. Menurutnya, perempuan mempunyai cara tersendiri dalam mengadvokasikan isu kesiapsiagaan bencana.
“Upaya yang bisa dilakukan sebagai seorang perempuan dengan persuasif, hadir dengan pendekatan yang soft. Persuasi tidak menyalahkan, melainkan mendorong untuk mencari solusi bersama” kata Heni.
Ia menegaskan sudah saatnya perempuan mengambil peran dalam lingkar kebijakan. Keterlibatan perempuan menurutnya akan mendorong keputusa-keputusan yang lebih adil bagi siapapunserta menghasilkan kebijakan yang lebih responsive gender.
“Saatnya perempuan tampil di level yang strategis. Berani memutuskan sesuatu, siapapun dia ibu rumah tangga, pelaku usaha mikro, harus berani menganalisis kebutuhannya dan memutuskan yang terbaik untuk dirinya,” pungkasnya.
Penulis : Muhammad Reysa