Senin siang, 21 November 2022. Zaina (15 tahun) dan teman-temannya sedang di ruang madrasahnya mengikuti pelajaran. Tiba-tiba guncangan gempa itu datang. Kepanikan melanda seisi ruangan. Para pelajar segera berhamburan menyelamatkan diri ke luar bangun sekolah madrasah, termasuk Zaina.
Tak berapa lama, Zaina dan teman-temannya menyaksikan bangunan madrasahnya runtuh oleh guncangan gempa yang datang tersebut.
Saat yang sama, pada waktu berbeda, Lulu (13 tahun), mengalami hal yang sama. Seperti kakaknya, Lulu pun berhasil menyelamatkan diri sebelum bangunan sekolahnya hancur oleh gempa bumi itu.
Zaina dan Lulu adalah dua anak Cianjur yang selamat dalam peristiwa bencana gempa bumi berkekuatan 5,6 Manitudo yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin lalu sekitar pukul 13.21. Gempa yang berpusat di daratan itu mengakibatkan 271 warga meninggal dunia, 2.043 luka-luka, dan 61.908 warga mengungsi. Banyak anak yang terdampak dalam peristiwa ini.
Di tengah kecemasan dan kepanikan mencekam, kedua anak itu pun berlari pulang. Mereka ingin memastikan kondisi keluarga mereka. Bersyukur, karena semua anggota keluarganya selamat. Namun, tidak dengan nasib rumah mereka. Ambruk. Sama persis dengan sekolah mereka.
Bersama ribuan warga terdampak gempa Cianjur, Zaina dan Lulu kini pun tinggal di pengungsian. Selama lebih dari dua hari tinggal di lokasi pengungsian, kebutuhan pangan dan medis untuk Zaina dan para pengungsi terpenuhi. Namun, yang membuat Zaina dan rekan-rekan sebayanya resah, sanitasi di lokasi pengungsian kurang memadai, terutama akses air.
Untuk memenuhi kebutuhan air, mereka terpaksa berjalan kaki ke luar lokasi pengungsian, yang lokasinya tak terlampau jauh. Di tempat pengungsian, akses air belum tersedia dalam jumlah yang kurang mencukupi. Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan air, mereka menggunakan air secara terbatas dari yang mereka ambil dari lokasi di luar camp.
Selama di tenda pengungsian, tak banyak yang bisa dilakukan keluarga Zania dan keluarga-keluarga lain yang terpaksa mengungsi. Ayah dan ibu Zaina, Mia, yang selama ini berdagang di pasar juga tak bisa melanjutkan aktivitas tersebut. Pasar tempat mereka berdagang porak poranda diterjang gempa bumi. Kondisi serupa juga dialami banyak keluarga lain yang mengungsi.
Di tengah keterbatasan kondisi di pengungsian, Zaina dan Lulu, berharap dapat segera kembali melanjutkan pendidikan bersama teman-teman mereka. Sebuah harapan yang kini kerap berkelabat di benak mereka bersama kelebat tanya sendu lainnya, yaitu tentang kapan keluarga mereka bisa pulang kembali ke rumah? Dan, sampai kapan mereka hidup di tenda?
Ditulis oleh: Cahaya