Sejak terpapar COVID-19 di pertengahan Juni lalu, Febi, 17, satu dari enam murid di salah satu Sekolah Menengan Umum (SMU) di Jakarta Selatan mengaku semakin ketat melakukan Protokol Kesehatan (Prokes) atas dirinya sendiri. Bahkan kini dia tidak sabar menunggu gilirannya untuk di vaksin setelah dinyatakan layak untuk vaksin paska dirinya dinyatakan telah bersih dari COVID-19.

“Kita tidak pernah tahu keadaan imunitas kita seperti apa. Tapi jika kita sudah vaksin, setidaknya jika terpapar lagi pun, keadaannya tidak akan parah. Jadi kita tidak perlu panik dan takut lagi,” ujar Febi yang mengaku mendapatkan informasi dan pengetahuan seputar COVID-19 melalui sosial media.
Febi mengatakan, Prokes pun tidak cukup mencegah paparan COVID-19, hal tesebut terjadi dengan dirinya dan tantenya. Karena itu vaksin akan memberikan tambahan kekebelaan pada tubuh yang bisa mengurangi risiko yang paling terburuk dari virus ini.
“Saya dan keluarga termasuk yang patuh Prokes. Makanya kita tidak pernah tahu juga, mungkin lengah sedikit, dan pas ada virusnya kita terkena,” jelasnya.
Febi terpapar COVID-19 bersama tantenya pada awal Mei 2021. Dia mengalami gejala umum seperti yang dihadapi para penyintas COVID-19 lainnya. Sempat demam beberapa hari, batuk, dan indera penciuman hilang. Dia pun dipisahkan dari anggota keluarganya yang sehat degan menempati ruang tersendiri.
Febi merupakan salah satu pelajar yang pernah terpapar COVID-19, yang mendapatkan bantuan Tanggap Darurat Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia). Dia mendapatkan paket kebersihan diri, paket pencegahan COVID-19, dan paket manajemen kebersihan menstruasi (MKM).
Menurutnya, paket MKM sangat penting bagi remaja perempuan. Febi pun senang karena dia tidak perlu keluar rumah dan mengeluarkan biaya untuk pengeluaran saat menstruasi.
“Tentu saja bagi saya bantuan ini penting. Tidak banyak yang memberikan bantuan yang memperhatikan kepentingan anak perempuan. Terima kasih Plan Indonesia,” jelasnya.
Dalam merespons situasi ini, Plan Indonesia melakukan respons tanggap darurat COVID-19 di Jabodetabek yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan anak dan kaum muda, terutama perempuan. Bantuan kemanusiaan ini ditargetkan untuk menjangkau 1000 anak berusia 0-18 tahun yang terdiri dari 500 anak perempuan dan 500 anak laki-laki termarjinal di wilayah Jabodetabek. Melalui respons tanggap darurat COVID-19, Plan Indonesia berharap anak-anak terlindungi dari penyebaran COVID-19 dan hak anak terpenuhi, terutama bagi anak perempuan, anak dengan disabilitas, dan anak dari keluarga marjinal. (***)
Penulis: Musfarayani | Editor: Agus Haru