Mendorong kesetaraan gender tidak hanya dari keterlibatan perempuan, tapi juga laki-laki. Ketika laki-laki memahami kesetaraan, maka ia akan terbiasa membagi peran dalam urusan rumah tangga tanpa ada diskriminasi.
Ayeb Ariansyah, Petugas Promosi Kesehatan di Puskesmas Alas Barat, menjadi teladan bagi para lelaki sekitarnya. Ia sudah terbiasa membagi peran dalam urusan rumah tangga bersama sang istri.
“Saya sudah belajar membagi tugas dengan pasangan. Istri masak, saya mencuci piring. Istri mencuci, saya jemur pakaian. Istri asuh anak, saya menyapu rumah,” kisah Ayeb.
Menurut pria 40 tahun ini, kesetaraan gender sangat baik dan masyarakat perlu menggerakkan pembagian peran dalam rumah tangga.
“Secara pribadi saya sudah terapkan, menjadi contoh teladan terlebih dahulu bagi keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar,” kata Ayeb.
Jadi Fasilitator Monitoring Kesetaraan Gender dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Setelah menjadi fasilitator Monitoring Kesetaraan Gender dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (MKGS) pada 2020, ia lebih gencar lagi melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
MKGS adalah suatu instrumen untuk menggali dan mengawasi peran dan relasi gender terhadap anak laki-laki dan anak perempuan serta laki-laki dewasa dan perempuan dewasa, dalam melaksanakan kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di rumah tangga maupun di masyarakat.
Ayeb mengatakan sebenarnya ada nilai-nilai budaya yang mendukung maupun menghambat kesetaraan gender. Salah satunya adalah nilai kearifan lokal di Sumbawa yang mendukung kesetaraan gender yaitu tokal barema (tokal adat).
Tokal barema ini saat laki-laki maupun perempuan duduk bersama untuk mengambil keputusan mengenai kegiatan-kegiatan dalam masyarakat seperti acara perkawinan dan perayaan lainnya.
Selain itu, masih ada kearifan lokal yang tidak mendukung yaitu mitos, nilai, norma atau kepercayaan dalam masyarakat suku Samawa (suku asli Sumbawa), bahwa laki-laki tidak boleh mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Sebab mereka bertugas mencari nafkah saja.
Hal itu kerap terjadi pada masyarakat pedesaan yang masih menganut aliran konservatif (patriarki). Tantangan selama ini ialah nilai-nilai tersebut terus diwariskan secara turun temurun. Ada nilai-nilai lokal yang meyakini bahwa pekerjaan rumah tangga hanya urusan perempuan.
Perubahan dalam Masyarakat
Sebagai fasilitator MKGS Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), ia menyadari ada perubahan dalam masyarakat sebelum dan sesudah program. Ayeb masih ingat, bagaimana pada awalnya ia melakukan pendampingan MKGS di Desa Mapin Kebak, Kecamatan Alas Barat masih banyak yang belum membagi peran dalam mengerjakan pekerjaan domestik rumah tangga.
Masyarakat tersebut belum memahami kesetaraan gender. Dari hasil monitoring awal, rata-rata laki-laki mengatakan istrinya melakukan pekerjaan rumah. Namun setelah adanya sosialisasi dan pendampingan lebih masif, kini mulai ada perubahan dan pembagian beban kerja di lingkungan rumah tangga. Laki-laki ada yang memasak, mencuci, dan menyapu. Kesetaraan gender dalam rumah tangga mulai terwujud secara perlahan.
Ayeb ingin lebih masif lagi melakukan advokasi kepada pemangku kebijakan yaitu pemerintah kecamatan dan desa maupun tokoh agama serta tokoh masyarakat. Tujuannya agar edukasi kepada masyarakat untuk meninggalkan mitos dan nilai yang bisa menghambat kesetaraan gender karena sudah tidak relevan lagi.
“Kampanye dan sosialisasi saya lakukan kepada semua elemen antara lain pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat karena perubahan mindset ini butuh waktu. Tidak semudah membolak-balikkan telapak tangan,” jelas Ayeb.
Ayeb menyebutkan agar bisa lebih sering menyampaikan sosialisasi melalui beberapa kegiatan atau acara di tengah masyarakat dapat menjadi kunci dalam mempengaruhi tokoh masyarakat dan agama. Pemerintah diharapkan bisa berperan aktif dan mulai menggerakkan kesetaraan pada laki-laki dan perempuan agar memiliki kesempatan yang sama.
“Semoga pemangku kepentingan bisa menerapkan kesetaraan gender mulai dari tingkat bawah hingga ke atas dan langkah diplomasi ini mesti dilakukan secara berkelanjutan,” harap Ayeb.