Dubai, 13 Desember 2023 – COP28 atau Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim yang berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab, menjadi momentum bagi April (23), perempuan muda asal Bogor, Jawa Barat untuk menyampaikan keresahannya terkait krisis iklim.
Keiikutsertaan April pada COP28 awalnya karena terpilih menjadi salah satu anggota Global Youth Panel atau Panelis Muda Global Plan International. Program dari Plan International Inggris (United Kingdom) bekerja sama dengan lembaga Education Cannot Wait ini, mengadvokasikan akses pendidikan yang berkualitas bagi anak dan kaum muda di masa darurat (darurat bencana, konflik sosial/perang, dan pandemi) termasuk peningkatan pendanaan dari pemerintah dan pihak terkait. Setelah melewati rangkaian seleksi dari ratusan pendaftar dari seluruh dunia, ia terpilih menjadi panelis muda global dan berkesempatan menyampaikan aspirasinya pada ajang international seperti COP28.
Suarakan Pendanaan untuk Aksi Iklim Kaum Muda di COP28
Dalam COP28, April menyuarakan pentingnya pendanaan untuk gerakan komunitas kaum muda dalam aksi perubahan iklim. Menurutnya, saat ini sudah banyak aksi-aksi iklim kaum muda namun masih kurang mendapat bantuan dan dukungan termasuk pendanaan.
“Saya ingin mendorong pemerintah agar lebih transparan terkait pendanaan aksi perubahan iklim, dan mendukung kaum muda dalam aksi perubahan iklim baik secara sumber daya manusia, fasilitas maupun secara sumber daya materi. Selain itu penting untuk membuat kebijakan dalam skema pendanaan aksi komunitas kaum muda misalnya melalui dana hibah untuk isu krisis iklim/perubahan iklim baik mitigasi kebencaan, adaptasi perubahaan iklim” ungkap April.
April Berbicara di Beragam Sesi COP28
Ia menyuarakan hal ini di setiap kesempatan menjadi pembicara dalam sejumlah forum. Di antaranya saat menjadi pembicara dalam sesi lokakarya bertajuk COP28 Children & Youth Pavilion Event yang mengangkat kekuatan transformatif pendidikan di tengah krisis iklim. Sesi ini membuka dialog lintas generasi antara kaum muda dan dua lembaga dana pendidikan global terbesar (Global Partnership for Education (GPE) dan Education Cannot Wait (ECW)) untuk mengekplorasi solusi yang paling efektif dalam mendukung pembelajaran di tengah krisis iklim.
Di COP28, April juga menjadi pembicara dalam sesi dari pemerintah Indonesia di Paviliun Indonesia COP28 UNFCCC. Dalam sesi yang bertajuk Melawan Perubahan Iklim Melalui Aksi Perubahan Iklim Berbasis Masyarakat, April menekankan pentingnya partisipasi kaum muda untuk untuk secara aktif berkontribusi pada pencapaian target global dan mencegah peningkatan suhu global.
Minimnya Keterlibatan Perempuan dalam Aksi Perubahan Iklim
April juga menyoroti minimnya keterlibatan perempuan dalam aksi perubahan iklim. Padahal perempuan rentan terdampak perubahan iklim utamanya saat kondisi bencana.
“Dalam isu krisis iklim yang begitu kompleks, saya menekankan peran perempuan dan kaum muda sangatlah penting untuk dilibatkan langsung di berbagai sektor seperti mulai dari perencanaan, implementasi hingga evaluasi agar mengakomodir kebutuhan perempuan. Selain itu, perempuan juga harus diberi akses dan kesempatan dalam mengelola sumber daya alam, mendapatkan pendidikan, kesehatan serta terlibat dalam pelatihan yang berkaitan dengan perubahan iklim, dan kebencanaan” jelasnya.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong, mengapresiasi keterlibatan kaum muda seperti April dalam aksi penanganan krisis iklim di Indonesia. Menurutnya, semua pihak bertangguhjawab terhadap krisis iklim yang terjadi termasuk bagi kaum muda.
“Kaum muda menjadi penting bagi Indonesia, dalam mewujudkan kebutuhan dan target-target tentang pengendalian iklim di Indonesia, termasuk mitigasi dan adaptasi. Karena kaum muda adalah pemimpin dan pewaris Indonesia masa depan,” ungkapnya di sela-sela kegiatan COP28.
Tentang COP28
Conference of the Parties ke-28 (COP28) merupakan sebuah forum tahunan PBB yang memfokuskan pembahasan pada isu-isu iklim. Acara ini diadakan di Uni Emirat Arab (UEA) mulai tanggal 30 November hingga 12 Desember 2023. Di COP28, para pemimpin dunia bersatu untuk merundingkan strategi dan langkah-langkah konkret guna membatasi dampak perubahan iklim serta mempersiapkan diri menghadapi tantangan di masa depan.
Konferensi mengenai iklim terbesar di dunia ini dilaporkan akan dihadiri oleh lebih dari 140 pemimpin dunia dan pejabat senior pemerintah, termasuk Indonesia yang berencana mengirimkan 600 delegasi. Secara total, UEA dikabarkan akan menyambut lebih dari 70 ribu peserta dan 5 ribu pekerja media.
—
Catatan untuk Editor:
Sekilas tentang Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia)
Plan International telah bekerja di Indonesia sejak 1969 dan resmi menjadi Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) pada 2017. Kami bekerja untuk memperjuangkan pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan. Plan Indonesia mengimplementasikan aktivitasnya melalui empat program, yaitu Perlindungan dan Tumbuh Kembang Anak, Kesehatan dan Agensi Remaja, Ketenagkejaan dan Kewirausahaan Kaum Muda, serta Kesiapsiagaan Bencana dan Respons Kemanusiaan. Kami bekerja di 7 provinsi, termasuk di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, dengan target untuk memberdayakan 1 juta anak perempuan. Selain itu, Plan Indonesia juga membina 36 ribu anak perempuan dan laki-laki di Nusa Tenggara Timur. Informasi lebih lanjut: plan-international.or.id
Sekilas tentang Plan International
Plan International adalah organisasi pengembangan masyarakat dan kemanusiaan internasional yang berfokus pada pemenuhan hak anak dan kesetaraan anak perempuan. Kami memperjuangkan sebuah dunia yang adil untuk pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan, bekerja bersama anak, kaum muda, masyarakat dan mitra. Plan International bekerja bersama anak-anak, kaum muda dan masyarakat untuk mengatasi akar masalah diskriminasi terhadap perempuan, ekslusi dan kerentanan. Dengan capaian, pengalaman dan pengetahuan, Plan International mendorong perubahan dalam praktek dan kebijakan tingkat lokal, nasional dan global.
Plan International tidak berafiliasi dengan agama, organisasi politik atau pemerintahan tertentu. Lebih dari 80 tahun, Plan International membangun kemitraan yang kuat untuk hak anak. Saat ini kami bekerja di lebih dari 70 negara. Informasi lebih lanjut: https://plan-international.org
Untuk informasi lebih lanjut:
Muhammad Reysa, Program Communication Specialist
Ph. +62853 4295 5021 | E: muhammad.reysa@plan-international.org