Jimmy (45 tahun), demikian kami biasa menyapanya. Pria yang memiliki nama lengkap Jermias Stefanus Lakapu ini, Ia adalah salah seorang Field Development Officer (FDO)di kantor Program Implementation Area (PIA) Timor Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) di Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Belasan tahun mengabdi di Plan Indonesia bukanlah waktu yang singkat, pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan itulah yang menjadi impiannya kelak. Namun untuk menggapai itu semua, masih banyak hal yang harus diperbuat. Dimulai dari memastikan Sponsored Child (SC) harus sekolah, memiliki akta kelahiran, akses air bersih dan sanitasi, mengikuti pendidikan anak usia dini, memastikan mereka mengikuti imunisasi lengkap, mereka terlindungi, mendapatkan ruang partisipasi dalam proses pembangunan, dan hal-hal lainnya.
Kali ini penulis mau menyampaikan upaya Jimmy dalam memastikan SC tetap sekolah. Berawal dari pertemuan koordinasi dengan pemerintah desa, relawan Plan dan komite sekolah untuk mengidentifikasi SC dan bukan SC yang putus sekolah. Benar saja, dalam pertemuan tersebut Jimmy mendapat informasi kalau di desa tersebut terdapat tiga anak putus sekolah. Mira (15 tahun) sudah tidak sekolah selama enam bulan, Hengki (15 tahun) dan Fandi (12 tahun) kakak beradik ini sudah hampir satu tahun tidak sekolah.
Persoalan yang membuat tiga SC putus sekolah ini beragam, Mira tidak mau ke sekolah karena takut pelajaran komputer, berulang kali para guru dari sekolahnya berkunjung dan membujuk Mira untuk kembali ke sekolah, namun semua tidak pernah berhasil. Demikian juga dengan kedua orangtua Mira, tidak pernah berhenti membujuk namun hingga enam bulan lebih tidak juga berhasil.
Jimmy dengan keyakinannya menemui Mira dan memberikan pemahaman kalau hanya dirinya yang bisa menyelamatkan masa depannya sendiri, Tuhan pun enggan membantu kalau kita sendiri menutup diri. “Saya mempunyai keyakinan kalau Mira akan mau untuk kembali sekolah, saya memberikan pemahaman, nasihat kalau yang bisa menolong masa depannya adalah dirinya sendiri,” ungkap Jimmy. Dalam pertemuan itu, Mira meneteskan air mata kala mendengar nasihat FDO paling senior ini dan pada akhirnya Mira mau kembali bersekolah.
Berbeda dengan Hengki dan Vandi, kedua SC ini dua tahun lebih sudah ditinggal sang ayah karena harus masuk penjara, dan setahun lebih sudah ditinggal sang ibu karena harus mengikuti suami barunya ke kabupaten lain. Tanpa kedua orangtua Hengki dan Fandi menjalani hidup bersama nenek yang sudah usia lanjut. Kondisi sang nenek yang sudah tidak mampu lagi menghidupi mereka, Hengki dan Vandi terkadang harus menginap di rumah saudara, mereka juga bekerja di kebun saudara hanya untuk medapatkan sesuap nasi untuk bertahan hidup.
“Saya benar-benar kaget ketika menemui mereka berdua, tenyata benar mereka sedang di kebun untuk membantu saudara, tanpa upah hanya sekedar untuk mendapatkan makanan,” ungkap Jimmy.
Kondisi ini menjadi penyebab Hengki dan Fandi tidak bisa melanjutkan sekolah. Jimmy pun berkordinasi dengan pemangku kepentingan di desa dan melakukan rapat yang dihadiri oleh Kepala Dusun, perwakilan Kelompok Perlindungan Anak Desa (KPAD), staf Program Keluarga Harapan (PKH), relawan Plan, dan perwakilan dari keluarga SC dan kedua SC yang putus sekolah. Dari hasil rapat tersebut, diperoleh kesepakatan bahwa dari PKH akan mengaktifkan kembali rekening bantuan untuk Hengki dan Fandi yang sudah diblokir sepeninggalan ayah dan ibu mereka. Selain itu, seragam sekolah Hengki sudah tidak layak pakai, sehingga dalam pertemuan tersebut ada salah satu keluarga yang bersedia membelikan pakaian seragam untuk Hengki.
“Pagi itu, kamis, 2 November 2012 dengan semangat bercampur haru saya bergegas mengantarkan Hengki dan adiknya Fandi ke sekolah mereka masing-masing,” lanjut Jimmy. Saya memiliki harapan agar mereka bisa menikmati hak mereka terutama dalam mengakses pendidikan, memiliki masa depan yang baik ketika mereka beranjak dewasa nanti, pungkas Jimmy.
Semoga upaya-upaya baik dari Jimmy, menjadi lebih berarti di masa depan, menjadi motivasi buat kita semua terutama bagi pekerja kemanusiaan terkhusus di Plan Indonesia yang masih terus berupaya menuntaskan komitmen-komitmen lembaga.
Ditulis oleh: Agus Haru / Editor: Intan Cinditiara