Siang itu, Reva (16 tahun) bersama temannya bergegas menuju salah satu tugu kran yang baru saja selesai di bangun oleh Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) bersama mitra implementasi lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal yakni; Green Water Life (GWL). Dengan membawa ember dan jerigen, mereka berdua hendak mengambil air yang jaraknya tidak lebih dari dua puluh meter, tepatnya di pinggir jalan umum.
Saya menghampiri mereka, dengan penuh senyum mereka menyapa dengan ramah. Saya meminta ijin dan meminta waktu untuk bercerita sejenak, dan menanyakan beberapa hal berkaitan dengan akses air bersih. Tanpa menunggu lama, saya meminta mereka bercerita bagaimana mereka mendapatkan air bersih sebelum adanya sarana perpipaan yang sudah dibangun saat ini.
Reva bercerita, sebelumnya mereka ambil air lumayan jauh, di kali. Selain mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari, Reva bersama teman-temannya juga sekalian mandi untuk ke sekolah di sumber air tersebut. Mereka harus turun bukit yang terjal dan berbatu. Belum lagi ketika jerigen dan ember yang mereka bawa sudah terisi air, mereka harus mendaki menyusuri bukit tersebut dan pastinya lebih berat. “Yang paling berat itu saat kembali dari mata air, kami harus mendaki sambil membawa jerigen yang sudah terisi air,” kata Reva.
Keadaan ini diperkuat oleh pernyataan kepala desa setempat, Jonatan Asbanu yang menyampaikan bahwa ia sangat prihatin dengan kondisi desanya yang sulit sekali dengan akses air bersih. Walaupun Indonesia sudah merdeka 76 tahun, namun ia merasa kemerdekaan itu belum dirasakan oleh warganya. “Walaupun Indonesia sudah merdeka 76 tahun, namun rasanya kami di sini belum merdeka,” kata Jonatan.
Pembangunan sarana air bersih yang dilakukan oleh Plan Indonesia, merupakan bagian dari program Water Sanitation and Hygiene (WASH). Selain pembangunan sarana air bersih, lewat proram WASH ini, anak-anak dan keluarga dampingan mendapatkan informasi terkait perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti: 5 pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). Adapun 5 pilar STBM; 1). Stop buang air besar sembarangan, 2). Cuci tangan pakai sabun, 3). Pengelolaan makanan dan air minum rumah tangga, 4). Pengelolaan sampah rumah tangga, dan 5). Pengelolaan limbah cair rumah tangga.
Di desa tempat tinggal Reva, Plan Indonesia membangun perpipaan dengan bantuan tenaga surya yang berjarak dua kilometer dari sumber air ke pusat perumahan warga dengan ketinggian 220 meter. Terdapat 2 panel tenaga surya untuk menaikkan air menuju 2 bak reservoir dan selanjutnya menuju 2 tugu kran yang disediakan untuk diakses oleh warga. Jumlah penerima manfaat sebanyak 306 kepala keluarga, sudah termasuk anak-anak sponsor atau Sponsored Child (SC) dan keluarga.
Ditulis oleh: Agus Haru │Editor: Muhamad Burhanudin │Foto: Plan Indonesia/Agus Haru