Berawal saat kehabisan popok bayi sekali pakai untuk si buah hati, membuat Lia Ratna Suskamdani merasa “boros” membeli sebuah produk hanya sekali pakai dan terbuang. Bukannya dia tidak ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya, tapi popok bayi sekali pakai juga kadang tidak selalu cocok dengan kulit bayi. Kadang malah membuat iritasi.
Lia, demikian panggilan akrab ibu dua anak yang tinggal di Punia, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), ini mulai mencari ide-ide melalui internet tentang popok bayi daur ulang. Ketika melihat cara pembuatan dan kegunaannya, dia pun merasa terinspirasi dan bisa membuatnya. Akhirnya berbekal pengalaman yang didapatnya saat mengikuti pelatihan pembuatan pembalut wanita dari program WINNER (Women and Disability Inclusive WASH and Nutrition Sensitive Project) Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), Lia pun melakukan inovasi dengan mencoba membuat popok bayi cuci ulang atau cloth diapers (clodi).
Popok bayi cuci ulang atau clodi, adalah popok bayi yang berfungsi untuk menampung kotoran bayi. Berbeda dengan popok bayi sekali pakai yang sampahnya akan lama terurai, clodi selain memiliki warna warni unik juga lebih ramah lingkungan karena dapat dicuci dan dipakai kembali.
“Nah, berbekal ilmu dari pelatihan itu, saya mulai berinovasi, membuat kreasi sendiri dengan banyak melihat di media massa dan media sosial tentang popok bayi cuci ulang. Saya pikir, mengapa tidak saya buat sendiri saja popok bayi cuci ulang untuk bayi saya yang waktu itu masih berusia dua bulan,” cerita Lia.
Perempuan berusia 30 tahun ini lalu mulai mencari bahan baku pembuatan clodi. Namun, dia tak kehilangan akal. Dia mengumpulkan handuk dan baju bekas milik anggota keluarganya.
Tak dinyana, ternyata kreasi clodinya menarik minat para teman dan tetangganya yang memiliki bayi. Mereka tertarik dengan clodi yang dipakai bayi Lia. Selain modelnya menarik, lucu, dan unik, clodi buatan Lia juga tak menggerus isi dompet karena dapat dicuci dan dipakai kembali. Dalam sehari, Lia mampu membuat 12 sampai 15 clodi. Selain dari sisi ekonomi, yang diperhatikan oleh para masyarakat yang membeli clodi adalah dari sisi lingkungan. Clodi dapat menjadi solusi dari pengurangan limbah popok yang menumpuk dan susah terurai di daerahnya.
“Dalam sehari saya bisa membuat sampai 50 buah. Biasanya saya bekerja sama dengan teman-teman yang ikut pelatihan WINNER Plan Indonesia. Jadi bagi-bagi tugas,” tuturnya.
Mengusung label ‘Mama Lia’, Lia menjual clodi dengan harga yang terjangkau. Untuk Clodi yang sudah lengkap dengan isi handuk dikenakan harga Rp16.000 (ukuran S), Rp18.000 (M) dan Rp20.000 (L). Sedangkan, untuk popok luar, dia memberi harga Rp50.000 untuk tiga buah clodi. Selain dijual dari mulut ke mulut, Lia juga memanfaatkan media sosial yang dimilikinya. “Selain itu, saya juga rajin ikut acara bazaar yang digelar untuk UMKM binaan NTB. Jadi, saya bersama teman-teman bisa sekalian promosi popok bayi cuci ulang,” katanya.
Lia berharap bahwa produk clodi ini dapat memberikan dampak yang positif bagi masyarakat dari sisi ekonomi maupun lingkungan. Selain itu, Lia juga berharap ilmu yang dia dapatkan dari pelatihan yang diadakan oleh WINNER Project juga dapat memberikan dampak kepada orang lain seperti yang didapatkan olehnya. Suatu niat yang baik dapat menciptakan perubahan yang lebih baik jika dilakukan secara konsisten dan semangat.
“Terima kasih kepada WINNER Project telah mendampingi saya untuk menjadi pengusaha sanitasi dan dapat memberikan yang lebih kepada masyarakat sekitar saya,” tambah Lia.
Tentang WINNER Project:
WINNER Project (Women Disability Inclusive and Nutrition Sensitive WASH) merupakan proyek yang dikelola oleh Yayasan Plan International Indonesia dan didanai oleh Pemerintah Belanda melalui DGIS. WINNER Project bertujuan untuk mengkampanyekan perubahan perilaku sanitasi dan kebersihan yang berkesetaraan gender dan inklusif di masyarakat. WINNER Project merupakan bagian dari Program WASH-SDG yang dikelola oleh Konsorsium WASH-SDG yang beranggotakan organisasi-organisasi berbasis di Belanda yang peduli terhadap isu sanitasi dan hygiene. WINNER Project dilaksanakan di Provinsi NTB dan NTT dari tahun 2018–2022. Hingga saat ini, ada sebanyak 48 pengusahan sanitasi yang aktif dan telah didampingi oleh WINNER Project.