Indri, pelajar kelas 6 SD, tinggal bersama walinya di Bekasi sementara kedua orang tuanya bekerja jauh di Medan. Setiap pagi, ia berangkat ke sekolah dengan semangat, bermain dan belajar sepulangnya, menjalani hari-hari yang sederhana namun penuh semangat bersama sang wali. Meski sesekali rindu pada orang tuanya, Indri tetap ceria. Ia dikenal sebagai murid yang rajin dan mudah berteman.
Namun kehidupan yang tenang itu berubah drastis pada 4 Maret, ketika banjir besar melanda Kota Bekasi.
Hari itu hujan turun sejak pagi tanpa jeda. Debit air sungai meningkat tajam hingga akhirnya meluap, membanjiri jalan dan pemukiman. Rumah tempat Indri tinggal ikut terendam, lantai satu rumah dua tingkat itu cepat dipenuhi air. Bersama walinya, Indri bergegas naik ke lantai dua, hanya sempat membawa sedikit barang.
Banjir tak hanya merendam rumah, tapi juga meluluhlantakkan harapan kecil Indri. Buku pelajaran yang selama ini ia rawat dengan hati-hati hanyut terbawa arus. Seragam sekolah, tas, perlengkapan belajar, bahkan mainan favoritnya, semuanya hilang. Dari jendela lantai dua, Indri hanya bisa menyaksikan dengan mata berkaca-kaca ketika arus air membawa pergi sebagian besar dari kehidupannya.
Ketika proses evakuasi dimulai, tantangan baru muncul, lokasi rumah mereka terlalu sempit dijangkau oleh perahu karet. Mereka pun terpaksa bertahan di lantai dua semalaman. Gelap, dingin, dan mencekam. Tapi Indri dan walinya saling menguatkan, mencoba bertahan hingga air mulai surut.
Keesokan harinya, mereka turun untuk melihat kondisi rumah. Lantai satu dipenuhi lumpur dan puing-puing. Tidak ada yang bisa diselamatkan. Namun, di tengah kehancuran, muncul secercah harapan.
Bersama warga dan relawan, Indri perlahan mulai bangkit. Ia ingin kembali ke sekolah, walau tanpa perlengkapan. Di saat itulah, bantuan datang dari Plan Indonesia. Indri menerima paket berisi perlengkapan sekolah dan kebersihan yang sangat dibutuhkannya. Dengan senyum haru, ia memeluk erat tas dan buku baru yang akan menemaninya kembali belajar.
Di tengah musibah, Indri belajar tentang ketangguhan, empati, dan pentingnya persiapan menghadapi bencana. Bersama teman-temannya, ia mengikuti kegiatan di sekolah yang mengajarkan cara-cara mitigasi bencana dan menjaga keselamatan. Ia menyadari bahwa bencana mungkin tidak bisa dihindari, tapi harapan selalu bisa ditemukan, dalam bentuk dukungan, kebersamaan, dan semangat untuk terus melangkah.
Banjir itu mungkin telah mengambil banyak hal dari hidup Indri. Tapi ia juga memberinya pelajaran penting: bahwa mimpi tetap bisa tumbuh, bahkan dari puing-puing yang tersisa.