Udara panas begitu terasa berhembus sepanjang hari, itulah yang selalu dirasakan masyarakat Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur sepanjang musim kemarau. Dengan berbentuk pulau, masyarakat Lembata telah menghadapi dampak dari perubahan iklim terutama dalam ketersediaan air. Dengan hempasan air laut mengelilingi mereka, namun, permasalahan air untuk kehidupan sehari-hari selalu menjadi tantangan.
Berangkat dari hal inilah, Osin (18 tahun), salah seorang anak di Kabupaten Lembata telah berupaya untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Berawal ketika Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) mengimplementasikan Child Centered Climate Change Adaptation Project (4CA Project) atau Proyek Adaptasi Perubahan Iklim yang Berpusat pada Anak di 32 desa dan 13 sekolah yang tersebar di Kecamatan Ile Ape dan Lebatukan, Kabupaten Lembata. Proyek ini berlangsung selama tiga tahun, mulai dari tahun 2016 hingga tahun 2018 untuk memberikan pendampingan terkait adaptasi perubahan iklim dan penanggulangan risiko bencana kepada masyarakat setempat salah satunya adalah Desa Hadakewa, di mana Osin tinggal.
Adaptasi perubahan iklim yang terus digaungkan oleh Plan Indonesia ini menjadi sangat berarti bagi Osin. Belajar dari pelatihan yang diberikan, Osin oleh teman-temannya ini terus mendapatkan pendampingan agar melakukan hal-hal positif di lingkungan mereka, seperti tidak melakukan penebangan pohon, tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan air secara bijak, dan lain-lainnya.
Osin sangat senang dengan pembelajaran terkait perubahan iklim yang diperolehnya dari Plan Indonesia sangat bermanfaat terlebih dengan dampak perubahan iklim yang dirasakan setiap hari. Menurut Osin, pembelajaran yang mereka dapatkan terkait perubahan iklim dan cara mengatasinya ini merupakan sesuatu yang sangat baik dan sangat luar biasa. “Kami sebagai generasi muda yang akan melanjutkan kehidupan ke depan, sebagai penerus bangsa kami harus mendapatkan pembelajaran seperti ini karena sangat bagus untuk kehidupan ke depannya terutama terkait perubahan iklim yang terus menerus terjadi di lingkungan kami,” tambah Osin.
Dalam perjalanannya, proyek 4CA Plan Indonesia mengadakan lomba inovasi mitigasi dan perubahan iklim yang diperuntukkan bagi anak-anak sekolah tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) se-Kabupaten Lembata. Sebanyak 14 sekolah mendaftarkan diri yang dilanjutkan dengan penjurian oleh panitia dari Plan Indoesia, CIS Timor sebagai mitra dan juga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta dinas terkait yang berkonsentrasi pada perubahan iklim. Dalam lomba inovasi tersebut, kelompok anak SMP Sinar Swasembada Hadakewa yang diketuai oleh Osin mendapatkan juara 1.
Ide inovasi penyulingan air laut menjadi air tawar ini berawal ketika Osin dan teman-temannya melakukan diskusi dengan salah seorang guru untuk mencari inovasi baru yang bisa mengurangi dampak perubahan iklim, yaitu kekeringan yang terjadi setiap tahunnya dan sekaligus menjadi inovasi yang mereka lombakan. Osin bersama teman-teman berinisiatif untuk duduk bersama dan mencari solusi atas dampak perubahan iklim yang terus terjadi yaitu kekurangan air yang kami hadapi sehingga atas bantuan salah seorang guru, mereka mulai berunding untuk memecahkan masalah ini. “Kami mulai berpikir dan mendapatkan ide bahwa jika air laut itu menguap dan bisa menghasilkan hujan dan hujan itu menghasilkan air tawar, maka kita pasti bisa mencari solusi sederhana untuk hal ini. Kami mulai membuat suatu wadah yang bisa menyuling air laut menjadi air tawar,“ ujar Osin.
Selain itu, untuk memitigasi kekeringan yang berakibat terhadap gagal panen, Osin juga telah membuat lubang resapan air di sekitar rumah dan sekolahnya. Hal ini telah dilakukan Osin selama empat tahun sejak 2018, sudah ada delapan lubang resapan di halaman rumahnya dan empat lubang resapan di sekolahnya. Hingga saat ini, hasil dari upaya yang dilakukan Osin sudah bisa terlihat. Tanaman-tanaman di sekeliling rumah Osin berhasil tumbuh bahkan di musim kemarau dan mengalami peningkatan dari segi ukuran. Namun, walaupun upaya Osin sudah memberikan hasil, masyarakat sekitar masih belum tergerak untuk melakukan hal yang sama.
Suka dan duka yang dihadapi Osin dalam mendorong masyarakat beradaptasi terhadap perubahan iklim adalah kurangnya keinginan masyarakat dalam melakukan sendiri upaya-upaya tersebut di rumah mereka. Padahal dampak perubahan iklim telah dirasakan setiap harinya oleh mereka, namun, masih belum mau memulai dari diri sendiri. “Saya berharap ke depannya masyarakat dapat ikut bergerak dalam upaya adaptasi perubahan iklim karena hal ini tidak bisa dilakukan sendirian, namun, harus bersama-sama sehingga memberikan hasil yang signifikan,” tambah Osin.
Kepeduliannya terhadap perubahan iklim yang terus terjadi dan kegigihan Osin yang terus mencari solusi untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim ini mengantarkan Osin mendapatkan kesempatan mengambil alih posisi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Kemaritiman) sehari, menggantikan bapak Luhut Panjaitan dalam sehari pada kegiatan Girls Takeover pada tahun 2018 yang lalu. Osin membuat Vlog dengan tema perubahan iklim yang merupakan salah satu syarat untuk menjadi pemimpin sehari. Kegiatan Girls Takeover atau Sehari Jadi Pemimpin ini merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Plan Indonesia dalam rangka memperingati Hari Anak Perempuan sedunia setiap tahunnya. Usai mendapatkan kesempatan menjadi Menko Kemaritiman, Osin mendapat kesempatan untuk diwawancarai oleh MetroTV, ia ditanya seperti apa rasanya menjadi Menko Maritim. “Menjadi Menko Maritim sehari itu rasanya senang, bahagia karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan seperti ini. Hal itu menjadi kebanggaan tersendiri buat saya,” ujar Osin.
Perjalanan Osin masih panjang dalam mendorong upaya adaptasi perubahan iklim di daerahnya, namun, Osin tidak akan berhenti di sini. Osin tahu bahwa walaupun usianya yang masih belia, namun dengan kegigihan dan ketulusan, dia bisa membawa dampak positif dan mendorong masyarakat Lembata dalam adaptasi perubahan iklim.
“Terima kasih kepada Plan Indonesia karena telah memberikan ilmu kepada saya terkait perubahan iklim. Saya jadi belajar lebih banyak dalam upaya konservasi lingkungan. Terima kasih juga telah terus mendukung saya melakukan sosialisasi atas temuan ini baik di sekolah, di tingkat desa maupun di kabupaten yang menghadirkan beberapa Kepala Desa dari beberapa kecamatan di Kabupaten Lembata,” ujar Osin. Hingga kini, inovasi temuan Osin dan teman-teman terus dikembangkan.
Ditulis oleh: Agus Haru & Annisa A. Hanifa