Sebuah refleksi 3 tahun perjalanan Girls Leadership Academy
Ditulis oleh: Guster Sihombing (GLA Manager) and Alda Soraya (GLA Officer)
Bagaimana dunia yang setara bagi kamu? Kami sering menanyakan pertanyaan ini kepada para peserta Girls Leadership Academy. Inilah beberapa jawaban mereka: dunia di mana orang saling menghormati, dunia tanpa kekerasan, dunia dimana SDG #5 tercapai, dunia dimana orang tua berbagi peran, dunia dengan kesempatan yang setara, partisipasi, dan akses yang setara.
Mereka juga berbagi pengalaman diskriminasi yang mereka alami. Beberapa dari mereka tidak diperbolehkan menjadi ketua organisasi kemahasiswaan, melanjutkan pendidikan tinggi, atau bahkan dipaksa menikah di usia anak. “Yang aku alami mungkin akan berbeda jika aku terlahir sebagai laki-laki,” kata salah seorang peserta perempuan.
Dengan situasi saat ini, dunia yang setara terasa masih sangat jauh. Laporan World Economic Forum 2022 menyatakan bahwa kita membutuhkan 132 tahun lagi untuk menutup kesenjangan gender. Apakah menurutmu kamu masih dapat menyaksikan ketika hal itu terjadi? Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) melaporkan, pada tahun 2022 terdapat 339.782 kasus kekerasan berbasis gender. Mereka juga melaporkan pada tahun 2021 terdapat 59.709 permohonan dispensasi kawin anak yang dikabulkan oleh Pengadilan Agama di Indonesia. Untungnya, jumlah ini menurun sebanyak 12,3% pada tahun 2022.
Jika kita berbicara tentang kepemimpinan dan representasi perempuan di dunia politik, Indonesia menempati urutan ke-86 dari 156 negara dalam hal jumlah perempuan di parlemen dan urutan ke-94 dari 156 negara untuk jumlah posisi menteri yang ditempati perempuan, yakni sebanyak 18,2%..
Kami percaya bahwa kesetaraan gender sudah seharusnya menjadi kenyataan karena merupakan hak asasi manusia yang fundamental. Bagi kami, dunia yang setara merupakan dunia yang penuh harapan. Dunia di mana seorang anak perempuan bisa merasa penuh harapan saat bermimpi untuk menjadi perempuan.
Sebagai bagian dari organisasi global Plan International, Plan Indonesia bekerja untuk memajukan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan. Kami berjuang untuk dunia yang adil, bekerja sama dengan anak-anak, kaum muda, pendukung, dan mitra kami. Bersama di lebih dari 75 negara tempat kami bekerja, kami berkomitmen untuk mengubah kesetaraan gender di setiap aspek kehidupan.
Pada tahun 2002, kami memulai sebuah gerakan. Dengan dukungan dari Pemerintah Kanada, kami membawa seruan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menetapkan 11 Oktober sebagai Hari Anak Perempuan Internasional pada tahun 2011. Sungguh perjalanan yang panjang dan sekarang dirayakan secara global dimana anak perempuan, teman mereka, pemerintah, badan amal, perusahaan, dan media semakin memusatkan perhatian pada kekuatan anak perempuan pada hari itu setiap tahunnya.
Kami berkampanye secara global untuk mengubah kehidupan anak perempuan melalui pendidikan, Because I’m A Girl, berlangsung dari 2012 hingga 2018. Bersama dengan anak perempuan dan pendukung kami, kami dapat mengumpulkan ratusan juta euro, mengubah undang-undang di banyak negara, dan yang paling penting , dukung jutaan anak perempuan untuk mengenyam pendidikan. 2018-2022 kami mengkampanyekan Girls Get Equal. Dan 2022-2027 kampanye global kami bernama Girls Standing Strong.
Pentingnya pendidikan dalam kepemimpinan anak perempuan mendorong kami untuk membangun Girls Leadership Academy di Indonesia. GLA diluncurkan pada tahun 2020 ketika wabah COVID-19 melanda seluruh dunia. GLA bertujuan untuk mendobrak hambatan gender dan mempromosikan kesetaraan gender melalui pendidikan. Kami ingin memfasilitasi pemimpin masa depan untuk memiliki pengetahuan tentang kesetaraan gender dan inklusi sosial (gender and social inclusion).
Kami menyadari pentingnya pendidikan dalam mencapai tujuan tersebut. Melalui pendidikan dan pelatihan, anak perempuan dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk berhasil sebagai pemimpin di komunitas mereka. Dengan berfokus pada pendidikan anak perempuan, akademi ini dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih berpendidikan dan terampil melalui tiga Pilar: Girls Power, Girls Unlimited, dan Girls Speak Up.
GLA memberi anak perempuan akses ke pelatihan kepemimpinan dan mentoring. Termasuk workshop, kelas langsung, bimbingan personal, dan bentuk kelas lainnya seperti masalah tematik, berbicara di depan umum, membangun tim, dan pemecahan masalah, serta membangun jaringan dengan pemimpin perempuan dan perempuan lainnya. Dengan memberikan serangkaian pelatihan kepada para anak perempuan dan kaum muda perempuan, akademi ini membantu membangun kepercayaan diri mereka dan mengembangkan potensi kepemimpinan mereka.
Selain itu, kami memberi anak perempuan lingkungan yang aman dan mendukung untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka. Peluang untuk terlibat dalam kegiatan kelompok dan proyek sosial, yang dapat membantu membangun keterampilan kerja sama tim dan kolaborasi. Kami juga memberi para anak perempuan dan kaum muda perempuan dengan role model dan mentor (termasuk mentor sebaya) yang dapat menginspirasi dan membimbing mereka saat mereka mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka.
Dan yang paling penting, kami membantu menantang bias gender dan stereotip yang membatasi potensi kepemimpinan anak perempuan. Dengan mempromosikan kepemimpinan perempuan dan menampilkan kepemimpinan perempuan, bersama-sama kita mendobrak hambatan gender dan mempromosikan kesetaraan gender dan inklusi sosial dalam peran kepemimpinan mereka.
Tahun ke-3 ini tidak datang tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah menjangkau kelompok kaum muda yang termarginalkan. Sebagian besar kegiatan GLA dilakukan secara online, hal ini dapat menjadi penghalang bagi mereka yang tidak memiliki akses internet. Namun, pada saat yang sama juga memberikan kesempatan kepada khalayak yang lebih luas di berbagai tempat di Indonesia.
Untuk mengatasi masalah ini, GLA memberikan voucher internet kepada para peserta. Para kaum muda yang berasal dari wilayah implementasi program Plan Indonesia, termasuk Timor, Lembata, dan Nagekeo, didukung oleh kantor Plan di sana, untuk mendorong partisipasi yang lebih bermakna dari mereka.
Keterlibatan laki-laki juga masih menjadi “pekerjaan rumah” bagi kami. Untuk mencapai kesetaraan gender tidak terbatas pada dukungan bagi perempuan saja, tetapi juga kelompok gender lainnya. Kami berusaha sebaik mungkin untuk melibatkan mereka dalam aktivitas lain seperti webinar, Instagram Live, proyek sosial, dan aktivasi media sosial.
Terlepas dari tantangan tersebut, kami juga melihat peluang besar bagi peserta GLA untuk menjadi agen dalam menciptakan efek berkelanjutan (multiplier effect). Sebagian besar peserta GLA berasal dari berbagai gerakan atau organisasi lokal, nasional, bahkan internasional. Ini membuka peluang besar bagi agensi anak perempuan dan perempuan muda, di mana mereka dapat menyebarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka pelajari di GLA ke komunitas mereka. Salah satu cara yang kami coba dorong adalah melalui proyek sosial yang dibuat oleh para peserta setelah akademi. Banyak juga dari mereka yang berinisiatif untuk menyebarkan ilmunya.
Kekuatan, ketahanan, dan keberanian yang ditunjukkan oleh para anak perempuan dan kaum muda perempuan di GLA memberi kami harapan akan dunia yang setara. Kami telah melihat betapa kuatnya anak perempuan dan kaum muda perempuan ketika mereka didukung secara maksimal. Setelah mengikuti GLA, alumni kami terus mengejar mimpi dan dan memperluas gerakannya. Ada beberapa yang mengatakan bahwa setelah mengikuti GLA, mereka menemukan kepercayaan diri untuk mengajukan beasiswa program pertukaran dan mengambil lebih banyak tanggung jawab dalam organisasi mereka. Alumni yang lain juga menyebutkan bahwa berpartisipasi dalam GLA menginspirasi mereka untuk memulai program baru di komunitasnya untuk mendorong perempuan muda memulai dan mengembangkan bisnis mereka sendiri. Semua kisah dan perubahan positif ini menjadi motivasi kami untuk terus memperbaiki dan mengembangkan ide-ide baru di GLA.
Kita tidak seharusnya menunggu 132 tahun hanya untuk mendapatkan hak asasi manusia kita. Mencapai dunia yang setara membutuhkan pendekatan komprehensif yang mengatasi akar penyebab ketidaksetaraan gender dan mempromosikan kesetaraan gender di semua lapisan masyarakat. Ini melibatkan perubahan sistemik dalam kebijakan, budaya, dan sikap, serta memberdayakan anak perempuan dan memberi mereka akses yang sama ke pendidikan. Dengan bekerja sama untuk mencapai kesetaraan gender, kita dapat menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan untuk semua.
