Pada Minggu (7/3), Rika (28 tahun) menyambut kedatangan kami dengan senyum ramah. Dengan hangat, ia mempersilahkan kami masuk ke rumahnya, menuju ruang depan untuk bercengkrama. Meski sempat terendam air, ruang yang beralaskan terpal biru dan tikar itu kini terasa cukup nyaman untuk ditempati. Rupanya, Rika baru membersihkan rumahnya dan melapisi ruang tersebut dengan terpal biru dan tikar, bagian dari paket hunian darurat yang diterimanya dari Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia).
“Saya sangat senang dan berterima kasih atas bantuan yang diberikan, karena sangat bermanfaat (bagi keluarga saya)”, ujar Rika.
Rika dan keluarganya merupakan penyintas banjir di Kabupaten Bekasi. Pada 21 Februari 2021, air dengan arus cukup deras memasuki rumahnya pada dini hari (02.00 WIB), membuat hunian yang ditinggalinya bersama sang suami dan kedua anaknya itu terendam hingga kurang lebih 1 meter. Rika pun bergegas menggendong bayinya yang masih berumur 10 bulan, sementara suaminya menggandeng anaknya yang berumur 8 tahun. Mereka bergerak menuju tempat yang lebih aman, yaitu ke rumah saudara mereka.
“Kami tidak sempat membawa barang-barang lain, hanya baju yang melekat di badan saja,” tutur Rika mengenang pengalamannya.
Lima hari setelah air mulai surut, Rika dan keluarganya kembali ke rumah. Namun, tersisa sebuah pekerjaan besar. Mereka harus membersihkan rumah dengan perlahan dan hati-hati. Tak hanya karena banyaknya lumpur yang masuk, tetapi juga karena banyak ular yang ditemui di rumah mereka.
Menurut Rika, dibutuhkan waktu yang cukup lama hingga rumah mereka bisa kembali ditinggali. Belum lagi, ada banyak barang, seperti lemari, karpet, dan perlengkapan dapur yang tak dapat digunakan setelah terendam air. Kemudian, lantai rumah Rika yang belum semuanya diplester pun masih terasa basah.
Saat itulah, Rika memanfaatkan bantuan yang diterimanya dari Plan Indonesia. Sejak Rabu (24/2), tim tanggap darurat Plan Indonesia bergerak membantu memenuhi kebutuhan penyintas banjir Jabodetabek dan Karawang. Khususnya, bagi mereka yang tinggal di Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang. Bersama organisasi dan pemerintah setempat, Plan Indonesia secara bertahap mendistribusikan bantuan berupa paket higiene keluarga (hygiene kit) dan paket hunian darurat (emergency shelter tool kit). Hingga 10 Maret atau masa akhir respons, bantuan ini telah diberikan kepada 2.700 kepala keluarga di kedua kabupaten tersebut.
Dari bantuan yang diterimanya, Rika memanfaatkan dua buah terpal dan dua gulung tikar untuk melapisi lantai rumahnya yang masih basah. Selanjutnya, ia menggunakan tali tambang untuk menjemur pakaian, kemudian menyiapkan empat buah selimut untuk menghangatkan anggota keluarganya saat mereka tidur.
Menurut Rika, bantuan ini memberinya semangat untuk bangkit. “Kami kembali bersemangat untuk memulai kehidupan sehari-hari,” tutur Rika.
Hal serupa juga dikatakan oleh Markuah (65 tahun) dan suaminya, pasangan lansia yang tinggal tak jauh dari rumah Rika. Saat banjir terjadi, ia dan suaminya sempat kesulitan. Anak mereka mengalami stroke dan tidak bisa menggerakkan kaki sebelah kanannya. Saat banjir, mereka harus dibantu warga sekitar melakukan evakuasi bersama ke tempat yang lebih tinggi.
Meski kini air telah surut, mereka sempat kebingungan. Rumah Markuah yang terbuat dari bambu hampir roboh karena terendam banjir. Puluhan ayam peliharaan mereka juga mati tenggelam.
Di saat itulah, mereka memanfaatkan bantuan yang diterima. Mereka menggunakannya terpal, tikar dan selimut dari Plan Indonesia sebagai alas lantai rumah. Menurut Markuah dan suaminya, ini membuat mereka tidak merasa kedinginan.
“Kami sangat bersyukur dan mengucapkan terima kasih atas bantuan Plan Indonesia. Mudah-mudahan, ke depannya tidak terjadi hal seperti ini lagi,” ujar Markuah.
Dalam melakukan respons bencana, Plan Indonesia selalu berusaha memenuhi kebutuhan para penyintas dan mendahulukan kelompok rentan seperti balita, ibu menyusui, lansia, juga kelompok disabilitas. Semoga, bantuan-bantuan yang diberikan ini dapat meringankan beban para penyintas banjir di Bekasi dan Karawang.
Ditulis oleh Maulinna Utaminingsih, Tim Respons Tanggap Bencana Yayasan Plan International Indonesia.