Pendidikan adalah salah satu hak dasar anak, termasuk bagi para anak penyintas badai siklon tropis Seroja di Lembata, Nusa Tenggara Timur. Meski belum dapat kembali ke rumah atas alasan keamanan, anak-anak ini berhak tetap mendapatkan pendidikan juga perlindungan yang layak di masa darurat.
Salah satu anak yang terdampak badai siklon tropis Seroja adalah Jary (14 tahun). Ketika bencana terjadi, Jary dan keluarganya berusaha mengungsi ke tempat yang lebih aman.Meski sempat terpisah dari orangtuanya, Jary dan adiknya dapat kembali bertemu dengan ibu, juga adik bungsu mereka di salah satu titik evakuasi. Hingga kini, mereka tinggal di salah satu titik pengungsian.
Meski sudah berhasil beradaptasi di pengungsian, Jary mengungkapkan salah satu kendala yang dihadapinya. Jary yang duduk di bangku kelas 3 SMP ingin segera bisa kembali belajar. Sebab, ia sudah kian dekat dengan ujian kelulusan.
“Saya ingin kembali bersekolah dan saya membutuhkan buku tulis, juga peralatan sekolah lainnya yang saat ini tidak kami miliki,” ujar Jary.
Hal serupa juga disampaikan oleh Cey (15 tahun), anak yang juga sedang mengungsi di Lembata. Sebelum bencana banjir terjadi, seperti beberapa anak lainnya, Cey belajar dengan sistem bergantian yang diatur oleh guru sekolahnya. Hal ini dilakukan menyesuaikan dengan kondisi pandemik COVID-19 di Lembata.
Namun, hingga seminggu setelah bencana, aktivitas itu harus terhenti. Cey tidak bisa belajar dan hanya dapat membantu orangtuanya di kamp pengungsian.
“Sedih, pastinya. Saya ingin kembali bersekolah,” ujar Cey.
Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) mencatat, sebanyak sebanyak 1.178 anak dampingan terdampak bencana di Lembata. Sementara, 1.058 di antara mereka, termasuk Cey dan Jary, terpaksa dievakuasi ke pusat pengungsian terdekat hingga saat ini.
Untuk membantu anak-anak dan keluarga yang terdampak, Plan Indonesia memberikan bantuan yang difokuskan kepada tiga sektor, yaitu perlindungan anak di masa darurat (Child Protection in Emergency)—termasuk pendidikan di masa darurat, penyaluran air bersih dan sanitasi (water, sanitation, hygiene in emergency), juga Cash Voucher Assistance (CVA).
Penyaluran bantuan ini dilakukan secara bertahap, dengan periode 45 hari awal (sejak 16 April 2021) yang dilakukan dengan pendanaan sebesar 69.201 Euro (sekitar Rp 1,2 miliar) dari START Fund–konsorsium internasional yang terdiri dari 42 NGO yang bergerak untuk memperkuat sistem bantuan kemanusiaan. Dalam setiap bencana yang terjadi, anak-anak selalu terdampak secara berbeda dengan orang dewasa. Mari terus dukung pemulihan anak-anak di Lembata, agar mereka bisa kembali belajar dan berdaya setelah diterpa bencana badai siklon tropis Seroja.