Kota Lewoleba, 4 Desember 2020 – Sejak Minggu (29/11), ribuan masyarakat di Kabupaten Lembata, NTT, terpaksa mengungsi akibat erupsi Gunung Ili Lewotolok. Berdasarkan kaji cepat kebutuhan (Rapid Need Assessment/RNA) yang dilakukan tim tanggap darurat Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), diketahui bahwa ada sekitar 17.293 orang, termasuk anak-anak, atau 4.808 keluarga dari 26 desa di Lembata yang terdampak erupsi ini.
Menindaklanjuti hal tersebut, Plan Indonesia sebagai organisasi yang memperjuangkan perlindungan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan, bergerak menyalurkan bantuan untuk memastikan pendampingan dan pemenuhan hak anak di situasi bencana ini. Kabupaten Lembata merupakan salah satu wilayah kerja Plan Indonesia di NTT sejak 2006. Sebanyak 9.953 anak dampingan Plan Indonesia berusia 0 sampai 18 tahun yang berasal dari keluarga termarjinalkan, tinggal di wilayah tersebut. Sebagian dari mereka pun terdampak erupsi Gunung Ili Lewotolok dan terpaksa mengungsi sejak Minggu lalu.
Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia, berharap agar bantuan dari Plan Indonesia dapat meringankan beban anak-anak dan keluarga yang terdampak.
“Plan Indonesia berada bersama anak-anak dan keluarga terdampak di Lembata. Kami akan berusaha membantu agar mereka, khususnya anak-anak, tetap mendapatkan hak-hak mereka, termasuk pendidikan yang layak selama di pengungsian, perlindungan anak dan manajemen kebersihan menstruasi. Tentunya dengan melaksanakan protokol kesehatan di tengah pandemik COVID-19 ini,” tegas Dini.
Beragam jenis bantuan dibutuhkan untuk mengurangi risiko yang mengancam kesehatan, keselamatan anak dan keluarganya di pengungsian. Di antaranya, risiko penyakit menular, pelecehan seksual, kekerasan, maupun berkurangnya akses terhadap pendidikan karena kondisi yang tidak kondusif.
Riska (16 tahun), seorang anak perempuan dampingan Plan Indonesia yang terdampak erupsi, menyuarakan hal-hal yang dibutuhkan oleh anak-anak di pengungsian. Misalnya, bantuan psikososial bagi anak untuk melewati trauma paska erupsi, ruang aktivitas ramah anak, juga tempat pengungsian yang bersih.
“Saya berharap, tempat pengungsian itu harus bersih, supaya menunjang kesehatan anak-anak, terutama anak-anak yang dari desa,” ujar Riska saat ditemui di salah satu titik pengungsian di kota Lewoleba, Kabupaten Lembata, NTT, Selasa (3/12).
Berdasarkan kaji cepat kebutuhan (Rapid Need Assessment/RNA) yang dilakukan tim tanggap darurat Plan Indonesia, diketahui bahwa ada sekitar 17.293 orang atau 4.808 keluarga dari 26 desa di Lembata yang terdampak erupsi ini.
Menindaklanjuti temuan tersebut, Plan Indonesia bergerak memberikan bantuan di empat bidang utama, yaitu akses terhadap penampungan yang layak (shelter), perlindungan anak, akses terhadap air bersih, sanitasi, dan higiene (WASH), juga bantuan pendidikan. Bantuan ini akan diberikan dalam beberapa bentuk, termasuk penyaluran barang seperti selimut, kasur, alat pembelajaran, masker, pembalut, juga popok bagi keluarga yang terdampak. Selain itu, Plan Indonesia juga memberikan bantuan psikososial dan kesehatan kepada anak-anak, sekaligus memberikan pelatihan kepada guru-guru untuk memberi pendidikan yang layak dalam situasi darurat.
“Saya berharap, tempat pengungsian itu harus bersih, supaya menunjang kesehatan anak-anak, terutama anak-anak yang dari desa,” ujar Riska saat ditemui di salah satu titik pengungsian di kota Lewoleba, Kabupaten Lembata, NTT, Selasa (3/12).
Berdasarkan kaji cepat kebutuhan (Rapid Need Assessment/RNA) yang dilakukan tim tanggap darurat Plan Indonesia, diketahui bahwa ada sekitar 17.293 orang atau 4.808 keluarga dari 26 desa di Lembata yang terdampak erupsi ini.
Menindaklanjuti temuan tersebut, Plan Indonesia bergerak memberikan bantuan di empat bidang utama, yaitu akses terhadap penampungan yang layak (shelter), perlindungan anak, akses terhadap air bersih, sanitasi, dan higiene (WASH), juga bantuan pendidikan. Bantuan ini akan diberikan dalam beberapa bentuk, termasuk penyaluran barang seperti selimut, kasur, alat pembelajaran, masker, pembalut, juga popok bagi keluarga yang terdampak. Selain itu, Plan Indonesia juga memberikan bantuan psikososial dan kesehatan kepada anak-anak, sekaligus memberikan pelatihan kepada guru-guru untuk memberi pendidikan yang layak dalam situasi darurat.