Anak-anak dan keluarga yang terdampak bencana banjir di kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, membutuhkan bantuan kita. Terutama, agar mereka dapat melanjutkan kehidupan dengan layak di posko penampungan hingga bencana berlalu.

Sejak 15 hingga 28 November mendatang, Pemerintah Kota Palangka Raya menetapkan status darurat banjir di kota tersebut. Banjir setinggi 20-60 cm akibat luapan air dari Sungai Kahayan, Rungan, dan Sabangan, telah melanda 17 dari total 30 desa di Kota Palangka Raya. Adapun daerah yang terdampak yaitu Tangkiling, Banturung, Sei Gohong, Tumbang Tahai, Tumbang Rungan, Pahandut Seberang, Pahandut, Lake Tunda, Kameloh Baru, Bereng Bengkel, Kalampangan, Tanjung Pinang, Langkai, Palangka, Bukit Tunggal, Petuk Katimpun, dan Marang.
Berkaitan dengan hal tersebut, tim tanggap darurat Yayasan Plan International (Plan Indonesia) tengah melakukan kaji cepat kebutuhan (Rapid Need Assessment) dan berkoordinasi dengan BPBD Kota Palangka Raya untuk melihat kesenjangan atau bantuan yang diperlukan warga.
Berdasarkan pantauan tim Plan Indonesia pada Selasa (23/11), jumlah daerah yang terdampak bertambah menjadi 21 desa dan lima kecamatan. Sebanyak 8.858 keluarga atau 31.047 warga terdampak, dengan 10.916 rumah terendam banjir. Demi membantu para warga, pemerintah setempat telah membangun posko penampungan sementara dan dapur darurat. Pemerintah juga telah mendirikan posko utama, enam posko tanggap darurat bencana, 56 posko mandiri, dua posko kecamatan, serta satu posko kelurahan telah untuk menolong para warga.
Namun, Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) BPBD setempat belum mengetahui dampak dari bencana ini terhadap anak-anak dan keluarganya. Sementara, bencana air dikhawatirkan dapat terus menggenangi pemukiman setempat, terutama karena curah hujan yang diperkirakan cukup tinggi selama bulan November akibat fenomena iklim La Nina.
Berdasarkan tersebut, tim tanggap darurat Plan Indonesia telah mengambil langkah awal. Selain melakukan survei lapangan ke daerah-daerah yang terendam dan hanya bisa diakses menggunakan perahu, tim Plan Indonesia juga membagikan awal kepada warga. Selimut dibagikan kepada 20 keluarga yang tinggal di pengungsian mandiri selama enam hari dan belum menerima bantuan dari pihak mana pun.

Selain itu, Plan Indonesia terus mengkaji kebutuhan dan berupaya untuk memenuhi kesenjangan yang ada di lapangan. Hal ini merupakan bagian dari mekanisme respons tanggap darurat Plan Indonesia, yang selalu mengutamakan kebutuhan anak dan keluarganya, juga kelompok rentan seperti lansia, agar tetap dapat hidup dengan layak di situasi darurat.
Oleh: Agus Haru