
Sore itu, 15 November 2021 merupakan hari pertama tim tanggap darurat Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) menemui pengungsi, kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari aktivitas kami untuk melakukan Rapid Need Assessment (RNA) atau kajian kebutuhan cepat di wilayah terdampak banjir Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah. RNA ini bertujuan mendapatkan data terkait korban yang terdampak banjir berkaitan dengan kebutuhan apa saja yang mendesak sekaligus melihat kesenjangan-kesenjangan yang ada dan bisa diisi oleh Plan Indonesia.
Kami berkesempatan mengunjungi salah satu kamp pengungsian mandiri di salah satu kelurahan yang ada di Kota Palangka Raya. Mereka berjumlah 61 jiwa (dewasa dan anak-anak) dengan 20 Kepala keluarga, prihatin dan haru rasanya melihat orang dewasa bersama anak-anak duduk membaur di beberapa tikar yang dibentang pada halaman sebuah bengkel motor. Bengkel motor itulah yang menjadi tempat kamp pengungsian mandiri mereka.
Sedikit cerita dari bapak Supriadi, ia bercerita kalau bengkel motor itu merupakan milik bapak Muhammad Adenan yang merupakan bengkel tempat ia bekerja. Sang bos rela memberikan halaman bengkelnya menjadi tempat mengungsi dari 20 KK tersebut. Tidak hanya sampai di situ, bos juga memberikan mereka kompor dan peralatan seadanya untuk memasak, selain peralatan masak, bos juga memberikan bantuan berupa mie, telur, sayur-sayuran, dan beras. Air bersih, tumpangan untuk mandi dan toilet. Hanya tikar-tikar yang mereka bawa dari rumah sebagai alas untuk tidur.

Keadaan ini tentunya berimbas pada anak-anak usia sekolah. Sudah satu minggu lebih mereka tidak melakukan aktivitas belajar. Jahira (11 tahun) misalnya, ia bercerita kalau hingga saat ini ia sudah rindu untuk kembali ke sekolah, bertemu dan bermain bersama teman-temannya. “Sudah satu minggu lebih kami tidak bisa bersekolah karena banjir, saya sudah rindu untuk kembali belajar bersama teman-teman,” ungkap Jahira. Jahira yang tinggal di pengungsian mandiri bersama ayah bapak Supriadi, ibu dan kedua saudaranya berharap banjir akan segera surut sehingga mereka bisa beraktivitas secara normal kembali. “Semoga banjir segera surut supaya kami bisa sekolah kembali.”
Dalam kesempatan ini juga, tim tanggap darurat Plan Indonesia sekaligus mendistribusikan paket manajemen kesehatan menstruasi dan Jahira menjadi salah satu anak yang menerima paket ini di kamp pengungsian. Ia senang dengan paket yang diberikan oleh Plan karena merupakan salah satu kebutuhan mendesak di situasi banjir. “Terima kasih untuk bingkisan manajemen kesehatan mestruasi ini, sangat bermanfaat di situasi sekarang ini,” pungkas Jahira.
Writer: Agus Haru | Editor: Intan Cinditiara