Di pinggiran sebuah desa pesisir di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, seorang remaja perempuan bernama Putri sedang merangkai mimpi-mimpi besar. Wajahnya selalu dihiasi senyum, meski perasaan galau kerap menggelayutinya. Pantai adalah tempat favoritnya, tempat di mana ia menemukan ketenangan, inspirasi, dan ruang untuk bermimpi lebih jauh.
Sebagaimana anak sulung dari dua bersaudara yang tumbuh di tengah keluarga sederhana, kehidupan Putri awalnya tampak tak jauh berbeda dari teman-temannya di desa. Ia suka belajar, aktif di sekolah, dan mengagumi pelajaran tentang alam serta makhluk hidup. Putri bercita-cita menjadi seorang guru—peran yang baginya tak hanya mendidik, tetapi juga membimbing orang lain melampaui keterbatasan.
Namun, ada hal yang membedakan Putri dari kebanyakan remaja di desanya. Tahun 2023 menjadi titik balik dalam hidupnya ketika ia bergabung dengan kelompok Remaja Mapan, sebuah program pendidikan yang diinisiasi oleh Plan Indonesia. Meski awalnya ragu karena sifatnya yang pemalu. Putri akhirnya berani melangkah dan mengikutinya setelah terinspirasi oleh sahabatnya. Kalimat sederhana tentang kesetaraan gender menggerakkan Putri untuk hadir di kelas berikutnya. Dan dari sana, hidupnya berubah.
Program Remaja Mapan yang diikuti Putri bukan sekadar tempat belajar, melainkan ruang di mana ia mulai mengenali dirinya sendiri, menghargai kesehatan remaja, dan memahami pentingnya merencanakan masa depan. Setiap sesi menjadi perjalanan introspeksi yang semakin mendekatkan Putri dengan mimpi-mimpinya. Dari 69 sesi yang ia selesaikan bersama teman-teman sebaya, satu hal yang paling berkesan bagi Putri adalah pelajaran tentang hubungan dengan orang tua dan lingkungan—bahwa sikap kita terhadap orang-orang terdekat turut membentuk jalan hidup yang akan kita tempuh.
Di sinilah kita melihat transformasi sosok Putri. Seorang anak perempuan yang dulu pemalu dan takut berbicara di depan umum, kini menjadi pribadi yang percaya diri dan siap berbagi ilmu kepada sesama. Dengan semangat belajar yang tak pernah padam dia menemukan kekuatan di dalam dirinya. Sebuah keberanian untuk tampil dan menjadi pendidik sebaya.
Tak lama setelah kelulusannya dari program Remaja Mapan, Putri terpilih sebagai anggota Youth Advisory Panel (YAP) di Lembata. Ini adalah bukti bagaimana semangat dan kapasitas Putri diakui, tidak hanya oleh teman-teman sebayanya, tetapi juga oleh para pemangku kebijakan di komunitasnya. Melalui forum YAP, dia memainkan peranan penting dalam menyosialisasikan isu-isu seperti pencegahan perkawinan anak dan bullying di sekolah dan desanya. Sebagai fasilitator sebaya, mereka juga menyelenggarakan Program-program sosialisasi seperti lomba desain poster tentang internet sehat dan stop bullyng.
“Bersama Plan Indonesia saya menemukan wadah untuk mengembangkan potensi saya. Saya menjadi sangat berani dan percaya diri untuk tampil di depan umum seperti sekarang ini. Salah satu pengalaman yang berkesan untuk saya adalah menyelenggarakan lomba poster tentang internet sehat dan stop bullying.” Kata remaja berusia 15 tahun ini.
Banyak yang dapat kita pelajari dari Putri. Di usianya yang masih muda, ia telah menembus batas-batas yang kerap menghalangi remaja seusianya, terutama di wilayah pedesaan yang kadang terisolasi dari arus pendidikan modern. Keberanian Putri untuk melawan rasa takut dan rasa minder, serta semangatnya untuk terus belajar, menjadikan kisahnya sebagai simbol harapan bagi banyak remaja di Lembata dan sekitarnya.
Putri, dengan tekad yang kuat, berjanji untuk terus melanjutkan misinya. Bahkan saat ia bersiap untuk melanjutkan pendidikan SMA di ibu kota provinsi. semangatnya tidak akan surut, Ia berkomitmen untuk menjadi pendidik sebaya di mana pun ia berada, dan membuktikan bahwa seorang remaja perempuan dari desa pesisir Lembata dapat menembus batas dan meraih impian.
Dalam setiap langkah Putri, kita melihat cerminan banyak kaum muda yang hanya butuh sedikit dukungan dan kesempatan untuk mekar menjadi pemimpin masa depan. Tapi apakah kita, sebagai masyarakat, siap memberikan ruang yang cukup bagi mereka untuk berkembang?
Kisah Putri hanyalah permulaan. Di tangan para remaja inilah masa depan terletak, dan mungkin sudah saatnya kita memberikan perhatian lebih besar pada pendidikan yang benar-benar mempersiapkan mereka untuk tantangan hidup—pendidikan yang lebih dari sekadar angka di atas kertas, melainkan membentuk manusia seutuhnya.
Disadur dari cerita “Menepis Rintangan, Merajut Asa Menggapai Cita.” Hetmina, Marlin. 2024 (Lomba Menulis Bulanan Edisi III, PIA Lembata).
Ditulis Oleh: Alfred Ike Wurin | Editor: Agus Haru | Foto: Plan Indonesia/Alfred Ike Wurin