Dengan tindakan sederhana namun penuh makna, perempuan muda itu telah membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari rumah.
Suatu sore yang cerah, saya memutuskan untuk mengunjungi Anita di desanya. Saya telah mendengar banyak tentang aksi iklim yang dilakukan Anita, dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang keberlanjutan kebunnya. Saat tiba, saya melihat Anita sedang sibuk membersihkan kebun pekarangannya, memetik cabai dan tomat yang sudah matang.
“Selamat sore, Anita!” sapa saya dengan ceria sambil melambaikan tangan.
“Selamat sore! Wah, om Nongki,” jawab Anita sambil tersenyum lebar. Ia terus memetik cabai merah yang tumbuh lebat di salah satu tanaman.
Saya menghampiri dan ikut membantu. “Kebunmu sangat subur! saya penasaran, sudah hampir tujuh bulan sejak kamu mulai menanam sayuran”.
Anita berhenti sejenak dan melihat sekeliling kebunnya. “Sungguh luar biasa om! Sejak mulai menanam, dan ketika tanaman ini sudah jadi, kami tidak perlu lagi membeli sayur. Ini sangat membantu anggaran rumah tangga. Dan sekarang, saya bahkan bisa menjual kelebihan sayur ini kepada tetangga.”
Sebagai seorang perempuan muda yang tinggal di desa, ia memiliki kesadaran tinggi akan dampak perubahan iklim. Anita berkesempatan mengikuti pelatihan Youth Adapt. Selama pelatihan, Anita merasa sangat terinspirasi. Ia berinteraksi dengan berbagai peserta yang memiliki pemikiran dan ide-ide segar tentang perubahan iklim. Sesi diskusi kelompok memberikan kesempatan bagi Anita untuk berbagi pandangan dan pengalaman, serta mendengar cerita dari orang lain yang juga peduli dengan lingkungan.
“Pelatihan waktu itu membuka mata saya tentang betapa pentingnya aksi kita sebagai generasi muda,” ujar Anita. “saya merasa lebih siap untuk berkontribusi di desa dan memberikan dampak positif.”
Anita melanjutkan cerita pengalamanya saat mengikuti pelatihan setahun yang lalu. Di akhir pelatihan, setiap peserta diminta untuk merancang rencana aksi yang bisa diimplementasikan di komunitas mereka. “Sebagai aksi individu saya memutuskan untuk memanfaatkan lahan pekarangan di rumah untuk menanam sayuran sebagai bagian dari upaya mengurangi dampak perubahan iklim dan meningkatkan ketahanan pangan keluarga. Sedangkan pada aksi komunitas, saya dan teman-teman di komunitas karang taruna memilih aksi penghijauan pada lokasi mata air desa, ini juga aksi kami untuk menjaga wilayah mata air agar tetap lestari”. Dengan pengetahuan yang didapat selama pelatihan, ia bertekad untuk menciptakan kebun sayur yang tidak hanya bermanfaat untuk keluarga, tetapi juga bisa menjadi contoh bagi masyarakat di sekitarnya.
Pelatihan Youth Adapt /Y-Adapt menjadi titik awal bagi Anita dan banyak pemuda lainnya untuk mengambil langkah nyata dalam menjaga lingkungan, dan memberikan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Ia mulai menyadari bahwa lingkungannya sedang mengalami perubahan signifikan, seperti cuaca yang tak menentu, musim kemarau yang lebih panjang, serta hujan deras yang sering menyebabkan banjir kecil di sekitarnya. Salah satu dampak dari perubahan adalah pergeseran musim yang menyulitkan para petani menetukan masa tanam juga masa panen bagi tanaman dan ini pasti berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan. Melihat kondisi ini, Anita merasa perlu untuk mengambil langkah nyata guna mengurangi dampak buruk dari perubahan iklim di lingkungannya.
Anita memanfaatkan ketersediaaan air yang baik di desa dan sepetak lahan pekarangan di samping rumahnya untuk menanam sayuran seperti bayam, kangkung, cabai, dan tomat. Ia memilih menggunakan pupuk organik dari kotoran ternak kambing, juga menghindari penggunaan pupuk kimia yang bisa merusak tanah dan mencemari air. Dengan melakukan ini, Anita tidak hanya menyediakan makanan sehat bagi keluarganya, tetapi juga menjaga kualitas tanah di sekitarnya tetap subur.
Ia menyadari bahwa menanam sayuran di pekarangan rumah adalah salah satu cara efektif untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, sambil membantu lingkungan sekitar tetap hijau. Selama hampir tujuh bulan, keluarga Anita tidak perlu mengeluarkan anggaran untuk membeli sayuran, dan bahkan tetangga-tetangganya mulai membeli sayuran segar hasil kebunnya.
Sebagai seorang perempuan muda di desa, ia mampu memimpin dirinya sendiri untuk bertindak bertanggung jawab. Menjadi pemimpin tidak dimulai dari hal-hal besar, namun tumbuh dari dalam diri sendiri dan berawal dari hal sederhana. “saya memang sudah komitmen pada diri sendiri untuk konsisten melakukan apa yang sudah saya rencanakan dan apa yang sudah saya mulai. Karena yang paling susah untuk saya hadapi adalah diri sendiri. Ketika sudah cukup banyak aktivitas, kadang ada rasa malas dan godaan untuk menunda. Tapi saya berusaha untuk melawan itu. Ketika sudah bisa mengatasi diri sendiri rasanya lebih bebas dan bahagia. Seperti ada yang kurang saat saya belum melakukan aktivitas di pekarangan saya.” Ketekunan dan manajemen waktu yang baik menjadi kunci keberhasilannya. Setiap hari, ia mengatur waktu antara bekerja di kebun pekarangan, membantu mengurus rumah, aktivitas komunitas muda dan sebagai seorang guru PAUD di desa. Kedisiplinan inilah yang membuat kebunnya terus tumbuh dan memberi hasil yang bermanfaat.
Sebagai seorang perempuan muda di desa, Anita merasa perubahannya sendiri telah menjadi bukti bahwa setiap orang, terutama kaum muda, bisa berperan penting dalam menjaga bumi. Ia berharap aksinya ini dapat menginspirasi teman-teman sebayanya untuk melakukan hal yang sama. “Kalau kita mulai dari pekarangan sendiri, dampaknya akan terasa di mana-mana, apalagi ketika semakin banyak teman-teman perempuan muda yang melakukan ini, bisa jadi akan menjadi sesuatu yang besar di desa” tambah Anita.
Saya mengingat betapa bahagianya saya saat memetik cabai dan tomat, juga memotong kangkung pertama kali. “Setiap kali saya melihat sayuran tumbuh subur, saya merasa seperti saya sedang membuat perubahan, bukan hanya untuk keluarga saya, tetapi juga untuk desa ini. Melihat tetangga mulai datang untuk membeli sayuran, adalah momen yang sangat berharga bagi saya. Saya senang karena mereka mulai menghargai usaha saya dan menyadari bahwa perempuan juga bisa menciptakan solusi untuk masalah pangan walaupun itu dari aksi yang kecil”
“Saya ingin semua perempuan di desa ini merasa diberdayakan,” saya akan terus lanjutkan dengan penuh semangat. “Saya ingin mereka tahu bahwa mereka bisa melakukan sesuatu yang besar, tidak peduli seberapa kecil langkah awalnya dimulai dari halaman rumah.
“Saya berharap, melalui kebun kecil yang saya buat di pekarangan ini, lebih banyak perempuan yang berani mengambil inisiatif, terlebih perempuan muda di desa ini. Kita semua memiliki potensi untuk berkontribusi pada lingkungan dan ekonomi, kebun sayur ini adalah buktinya. Dan aksi kita untuk mejadi berdaya tidak harus sesuatu yang besar, bisa juga dari hal-hal sederhana seperti yang saya buat. Ketika semakin banyak yang yang melakukan itu pasti aksi itu akan menjadi besar. Jika saya bisa, maka perempuan lain juga bisa! Jika kami semakin banyak yang bisa kami menjadi semakin berdaya”